Sabtu, 10 Juni 2017

Sejarah Bogor (10): Jembatan Merah di Kampong Gardoe; Berwarna Merah Sedari Doeloe; Awalnya Disebut Roode Brug

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Jembatan Merah Bogor, Roode Brug Buitenzorg, 1880
Jembatan Merah di Buitenzorg (kini Kota Bogor) sudah ada sejak doeloe. Disebut ‘jembatan merah’ diduga terinspirasi dari penamaan jembatan merah di sejumlah tempat. Jembatan merah di Kota Buitenzorg dibangun di atas sungai Tjipakantjilan yang menghubungkan pusat kota Buitenzorg (aloon-aloon kota) dengan Land Tjiomas/Land Semplak. Pembangunan jembatan merah ini seiring dengan pembangunan kanal barat untuk kebutuhan pengairan (irigasi) di sepanjang lahan yang berada di sisi barat sungai Tjiliwong dari Kedong Badak hingga Depok. Jembatan merah Kota Bogor ini masih eksis hingga ini hari..

Jembatan Merah Soerabaja, 1860
Nama jembatan merah sudah disebutkan ada di Batavia dekat Pintoe Besi (Bataviaasch handelsblad, 12-02-1875). Nama jembatan merah di Soerabaja paling tidak sudah diketahui tahun 1860. Jembatan merah di Soerabaja berada di atas sungai Kali Mas..

Secara visual bentuk konstruksi Jembatan Merah di Buitenzorg tampak seperti teknologi 'mortar' untuk pembangunan jembatan pada masa ini. Ciri konstruksi mortar, desain dibuat melengkung. Secara teknis konstruksi jembatan menjadi lebih kuat karena konstruksi penahan jembatan dibuat melengkung (arch construction). Seperti kita lihat nanti, ternyata, nenek moyang kita di Bogor sudah sejak lama menerapkan konstruksi lengkung ini dalam pembuatan jembatan bamboo.

Sejarah Bandung (37): KF Holle, Tokoh Pendidikan di Preanger; Kweekschool Bandoeng Dibuka 1866

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Seseorang menulis pada surat kabar Java Bode 03-02-1864 mengindikasikan bahwa di Bandoeng dibutuhkan 15 guru. Namun tidak praktis dengan cara mengirim siswa untuk studi ke Belanda (seperti yang telah dilakukan oleh Willem Iskander). Pembaca menulis ini besar dugaan adalah KF. Holle.

KF Holle, 1860
Gubernur Sumatra’s Westkust Van den Bosche telah datang ke Tanobato untuk melihat sekolah guru yang didirikan dan diasuh Willem Iskander tanggal 13 September 1863. Dia melihat kemajuan sekolah guru itu dan mengusulkan kepada Gubernur Jenderal di Batavia agar sekolah guru di Fort de Kock dan sekolah guru di Tanobato ditutup dan dibangun di Kota Padang sekolah guru yang besar yang dapat dipimpin oleh Willem Iskander. Dalam tindak lanjut usul itu, parlemen (Raad van Indie) menolak usul itu. Yang mengemuka dalam sidang itu adalah perlunya reformasi pendidikan. Isu inilah yang diduga mengapa seseorang menulis di surat kabar Java Bode yang coba membentangkan kebutuhan guru sebanyak 15 orang tersebut.

KF Holle adalah seorang pengusaha perkebunan sukses di Preanger. Pengusaha perkebunan ini ternyata sangat suka belajar, mempelajari budaya dan kesusasteraan Soenda. KF Holle tampaknya memiliki misi yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan di Preanger: meningkatkan literasi penduduk sambil mengembangkan kesusasteraan dan mengembangkan industri perkebunan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga kerja pribumi yang terdidik.

Jumat, 09 Juni 2017

Sejarah Bogor (9): Raden Saleh, Pelukis Terkenal Makam di Bondongan; Willem Iskander, Guru Terkenal Lahir di Pidoli

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Hanya ada dua orang Indonesia (baca: pribumi) di Hindia Belanda yang disebut pionir, yakni: Raden Saleh dan Willem Iskander. Raden Saleh tahun 1836 berangkat ke Eropa untuk belajar seni lukis modern, sedangkan Willem Iskander tahun 1857 berangkat ke Eropa untuk belajar ilmu keguruan.

Batu nisan di makam Raden Saleh di Bondongan (foto 1935)
Raden Saleh kelahiran Semarang, Afdeeling Semarang berangkat studi pada tahun 1836 pada usia 12 tahun. Willem Iskander kelahiran Pidoli, Afdeeling Mandailing berangkat studi pada tahun 1857 pada usia 17 tahun. Perjalanan dari Batavia ke Amsterdam, Belanda saat itu ditempuh cukup lama melalui Afrika Selatan (terusan Suez baru dibuka tahun 1869).Kelak, Raden Saleh bermukim di Buitenzorg dan beristri wanita Buitenzorg. Raden Saleh meninggal di Buitenzorg. Sedangkan Willem Iskander kembali ke Belanda tahun 1874 dengan membawa tiga guru muda: Adi Sasmita dari Preanger, Raden Soerono dari Soerakarta dan Barnas Loebis dari Tapanoeli. Namun dalam masa studi keempat guru tersebut meninggal satu per satu di Belanda. Willem Iskander adalah kakek buyut dari Drh. Anwar Nasoetion di Buitenzorg (ayah dari Prof. Andi Hakim Nasoetion)

Raden Saleh setelah selesai pelajarannya tentang seni lukis di Belanda, tahun 1839 Raden Saleh dilaporkan ikut pameran lukisan di Jerman, Austria, Paris dan Italia (Overijsselsche courant, 29-10-1839), Sejak itu, nama Raden Saleh semakin popular di kalangan para pelukis. Raden Saleh setelah memiliki kesempatan melukis di Eropa dan berpameran di Eropa kembali ke tanah air tahun 1851. Raden Saleh di Menteng membangun villa mewah yang sekaligus galerinya.

Kamis, 08 Juni 2017

Sejarah Bogor (8): Golf di Bogor Tempo Doeloe, Buitenzorgsche Golfclub; Lapangan Golf Rawamangun Diresmikan Tahun 1937

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Kota Bogor termasuk salah satu kota terawal di Hindia Belanda (baca: Indonesia) yang menyelenggarakan permainan golf. Beberapa olah raga luar lapangan saat itu, seperti pacuan kuda dan sepakbola sudah lebih awal berkembang. Oleh karena permainan golf sendiri sangat terbatas segmennya, menjadi salah satu alasan mengapa keberadaan golf kurang popular. Meski demikian, permainan golf secara perlahan dan pasti terus berkembang.

Taman Semplak, 1914
Permainan golf kali pertama diperkenalkan pada tahun 1872 di Batavia (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 11-03-1937). Namun kabar berita perkembangannya tidak begitu terdengar cukup lama. Keberadaan permainan golf baru muncul (kembali) ke permukaan pada awal tahun 1900. Ini sehubungan dengan pembentukan klub golf di Batavia yang diberi nama Batavia Golfclub. Lapangan yang digunakan adalah Manggarai course. Batavia Golfclub semakin menunjukkan keberadaannya (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-01-1928).

Selain di Batavia, kota-kota lain yang terbilang awal aktif menyelenggarakan permaianan golf, antara lain Soerabaja dan Semarang. Di Kota Bogor, kapan permainan golf diperkenalkan kali pertama tidak diketahui secara pasti. Namun ketika di Bogor diberitakan adanya penyelenggaraan permainan golf, permainan golf di sejumlah kota juga muncul.

Rabu, 07 Juni 2017

Sejarah Bogor (7): Nama Kampung di Bogor Tempo Doeloe; Gemeente Buitenzorg Terdiri Tiga Desa (Paledang, Bondongan, Pasar)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Pada awal pembagian administratif Regentschappen (Kabupaten) Buitenzorg memiliki lima district (kecamatan), yakni: Buitenzorg, Paroeng, Tjibinong, Jassinga dan Tjibaroessa. Pada tahun 1861 (lihat Statistiek der Assiten Residentie Buitenzorg, 1861) Regentschappen Buitenzorg terdiri dari 62 tanah (landerien) dan 1.030 kampong. Jumlah penduduk sebanyak 341.083 jiwa, tidak termasuk  orang Eropa/Belanda sebanyak 759.

District Buitenzorg terdiri dari 12 landerien dengan jumlah kampong sebanyak 262 buah. Jumlah penduduk sebanyak 78.607 jiwa. Jumlah penduduk yang terbilang banyak (di atas 10.000 jiwa) berada di land Tjiawi, Land Tjidjeroek en Srogol, Land Bloeboer dan Land Tjiomas.    

Pemerintah Kota Buitenzorg

Land Bloebor adalah wilayah awal yang menjadi cikal bakal Kota Buitenzorg. Sebagaimana diketahui VOC Hindia Timur digantikan Pemerintah Hindian Belanda 1799 dimana pemerintah membeli tanah-tanah VOC untuk tempat pemerintahan seperti di Batavia dan Buitenzorg. Pada tahun 1800, Land Bloebor dibeli oleh pemerintah dimana land tersebut dijadikan pusat pemerintahan. Sejak itu Land Bloeboer  dianggap wilayah kekuasaan pemerintah dan nama Bloeboer berganti nama menjadi Buitenzorg.

Selasa, 06 Juni 2017

Sejarah Bogor (6): Nama Jalan Di Bogor Tempo Doeloe; Nama Masa Kini, Teranyar Jalan Prof. Dr. H. Andi Hakim Nasoetion

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Nama Kota Bogor adalah sesuatu yang baru. Nama Kota Bogor menggantikan nama Kota Buitenzorg baru terjadi pada tahun 1950. Pengumuman nama resmi Kota Bogor disampaikan oleh Menteri Pendidikan, A. Mononutu dalam konferensi pers (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 21-01-1950). Hal ini berbeda dengan Djakarta yang menggantikan nama Batavia, saat Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 otomatis Batavia berganti menjadi Djakarta. Tidak demikian dengan Buitenzorg.

Nama jalan baru: Andi Hakim Nasoetion (foto asli ayobogor.com)
Nama kota dengan nama Buitenzorg secara resmi dimulai tahun 1810. Hal ini terkait dengan pembelian tanah-tanah partikelir yang dilakukan oleh Gubenur Jenderal Daendels mewakili Pemeribntah Hindia Belanda pada tahun 1810 untuk membentuk Kota Bogor sebagai milik pemerintah. Buitenzorg sendiri sebelum ditetapkan sebagai nama kota adalah nama area. Suatu nama area yang meliputi dari Dermaga hingga Tjiseroa dan dari Kampong Baro hingga Tjidjeroek. Nama area Buitenzorg berasal-usul dengan keberadaan Istana Gubernur Jenderal VOC di Kampong Baro (Kampong masa lampau dimana Istana Bogor yang sekarang berada). Bahasa Belanda, buiten=luar rumah, zorg=tempat peristirahatan.  

Setelah nama resmi Kota Bogor diubah, lalu nama-nama jalan juga diubah. Namun nama-nama jalan yang diubah hanya yang berbau Belanda. Sedangkan nama yang berbau pribumi tetap dipertahankan, seperti nama-nama geografis (nama kampong, nama area dan sebagainya).