Jumat, 24 November 2017

Sejarah Semarang (12): Perkampungan Tionghoa Tempo Doeloe, Kini Pecinan Semarang; Majoor-Chinees Be Biauw Tjoan

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Dimana pecinan (China Town) Semarang? Bagi warga Kota Semarang sangat mudah menjawabnya. Namun bagi warga wisatawan agak sulit melihatnya, karena komunitas Tionghoa di Kota Semarang terkesan cukup menyebar di pusat kota dan jumlahnya terbilang cukup banyak. Namun demikian, masih perlu ditanyakan lebih lanjut dimana pecinan yang asli, suatu perkampungan orang-orang Tionghoa yang tertua, suatu perkampungan yang memiliki riwayat paling jauh ke masa lampau.

Majoor Be Biauw Tjoan, 1866
Di era kolonial Belanda, setiap komunitas Tionghoa memiliki pemimpin sendiri yang diangkat oleh pemerintah yang golongan/pangkatnya dibedakan: Letnan, Kapten dan Mayor. Di Kota Semarang ada Majoor Be Biauw Tjoan, salah satu mayor berpengarih di Kota Semarang pada masa lampau. Siapa dia sesungguhnya? Sebagai pembanding di Kota Medan terdapat dua mayor Tionghoa terkenal: Tjong Yong Hian dan Tjong A Fie.

Kota Semarang juga memiliki riwayat yang khas tentang kehadiran orang-orang Tionghoa dibandingkan dengan kota-kota lain. Satu kisah hubungan Tiongkok dan Jawa di masa lampau yang selalu menajdi perhatian hingga ini hari adalah tentang kedatangan Laksamana Cheng Ho. Satu situs tua yang dikaitkan dengan Cheng Ho di Kota Semarang adalah Klenteng Sam Poo Kong. Bagaimana semua itu terhubung satu sama lain menarik untuk ditelusuri.

Kamis, 23 November 2017

Sejarah Semarang (11): Kereta Api Pertama di Indonesia di Semarang; Interchange Jalan Pos Trans-Java dan Djogjakarta-Semarang

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Moda transporasi kereta api adalah solusi angkutan massal di Jawa ketika moda transportasi laut mengalami percepatan setelah mulainya beroperasinya Terusan Suez. Pergeseran pelabuhan Semarang dari sungai Semarang ke Moeara Baroe Havenkanaal merupakan salah satu bentuk respon perubahan drastis moda transportasi laut. Di darat, peran jalan pos Trans-Java (sejak Daendles, 1810) mulai kedodoran menghadapi denyut ekonomi internasional (komodi ekspor) dari pedalaman. Dalam situasi dan kondisi inilah ide pembangunan kereta api muncul.

Peta proyeksi pembangunan kereta api di Jawa, 1864
Ide kereta api muncul kali pertama bukan di Batavia tetapi di Semarang. Jalur jalan pos Trans-Java Batavia-Preanger via Buitenzorg dan Preanger-Cheribon via Carang Sambong dianggap masih optimal. Jalur jalan pos Trans-Java Semarang-Soerabaja via Semarang (ke arah timur) hanya dihubungkan dengan jalan ‘arteri’ ke pedalaman (ke arah selatan) di Soerakarta dan Djogjakarta. Perkembangan ekonomi yang pesat di selatan inilah yang menjadi pemicu munculnya ide pembangunan kereta api.  

Inilah alasan utama mengapa ide pembangunan kereta api dimulai di Semarang. Pada masa kini, moda transportasi (bahasa sekarang: infrastruktur) adalah instrumen penting dalam pengembangan ekonomi wilayah. Volume ekspor-import di pelabuhan (baru) Semarang di Moeara Baroe yang terus meningkat dan volume transaksi perdagangan komoditi di arah timur dan arah selatan Semarang memunculkan ide baru pengusaha untuk memperkenalkan alat angkutan massal kereta api. Mari kita telusuri asal-usulnya.

Sejarah Semarang (10): Sejarah Pelabuhan Semarang; dari Sungai Pindah ke Muara Baru Havenkanaal, Cikal Tanjung Emas

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Sejarah Pelabuhan Semarang adalah pelabuhan yang sudah cukup lama eksis (bahkan sejak era Cheng Ho yang kemudian diteruskan pada era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda). Keutamaan Pelabuhan Semarang sejak dari doeloe kerap diposisikan sebagai Port Java karena gate bagi ekonomi di pedalaman Jawa yang berpusat di Mataram (Djojacarta dan Cartasoera). Pelabuhan Semarang juga menjadi homebase penaklukan Mataram dalam Perang Jawa (Pangeran Diponegoro).

Peta kota Semarang, 1875
Riwayat pelabuhan Tanjung Emas Semarang memiliki riwayat sendiri namun mirip dengan riwayat pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Pelabuhan di dua kota ini sama-sama bermula di sungai: Pelabuhan Batavia (baca: Jakarta) di sungai Tjiliwong Pelabuhan Semarang di sungai Semarang. Ketika kapasitasnya tidak memadai lagi karena perkembangan jaman (pendangkalan sungai dan peningkatan tonase kapal-kapal), dua pelabuhan mengalami relokasi. Pelabuhan Batavia relokasi ke sebuah tanjung di sebelah timur yang airnya dalam (kemudian disebut Tanjong Priok), sedangkan Pelabuhan Semarang relokasi ke sebuah muara di sebelah timur yang airnya dalam (kemudian disebut Moeara Baroe).

Pada masa ini kita hanya mengenal Pelabuhan Semarang dengan posisi GPS sebagai Pelabuhan Tanjung Emas. Namun di masa lampau, pelabuhan Semarang sesungguhnya bermula di sungai Semarang. Bagaimana Pelabuhan Semarang bertransformasi menjadi Pelabuhan ‘Tanjung Emas’ Semarang tentu saja menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri.

Selasa, 21 November 2017

Sejarah Semarang (9): Ekspedisi Jacob Couper ke Mataram via Benteng Missier di Tegal; Prakondisi Penyerahan Semarang

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Semarang yang dipimpin Bupati berada di bawah kekuasaan Mataram/Cartosoera sejak doeloe memang telah menjadi pelabuhan penting. VOC/Belanda telah membuka pos perdagangan di Demak dan Tegal.  Untuk memasuki wilayah pedalaman yang berpusat di Mataram VOC memulai ekspedisi yang dimulai dari benteng Missier, tiga jam perjalanan dari Tegal. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob Couper. Wilayah pedalaman ini berhasil ditaklukkan pada tanggal 16 Desember 1681. Lalu benteng Missier dibangun.

Peta ekspedisi ke Mataram, 1695
Ekspedisi serupa pada tahun 1687 dilakukan ke hulu sungai Tjiliwong di bawah pimpinan Sersan Scipio. Ekspedisi Scipio ini dimulai dari selatan Jawa di muara sungai Tjimandiri (yang kelak dikenal sebagai Pelabuhan Ratu). Ekspedisi ini merangsek dengan mendaki hingga tiba di Bogor dan membangun benteng Fort Padjadjaran (yang lokasinya kini berada di Istana Bogor). Lalu jalur dari Bogor dibuka menuju Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong (oostern weg). Pada tahun 1701 dan 1703 Abraham van Riebeeck melakukan ekspedisi dari Batavia menuju hulu sungai Tjiliwong melalui sisi barat sungai Tjiliwong (western weg). Sejak itu wilayah Bogor semakin terbuka bagi VOC. Pada perkembangan berikutnya nanti dari Buitenzorg dilakukan ekspedisi ke Preanger oleh Johannes van den Bosch (sebelum Daendles mendeklarasikan dibangunnya jalan pos trans-Java dari Anjer ke Panaroekan via Tegal dan Semarang tahun 1810).

Pada dekade-dekade terakhir sebelum ekspedisi tersebut telah terjadi perebutan kekuasaan di (Kesultanan) Mataram. Momen ini tampaknya menjadi dasar VOC untuk memulai koloni di Semarang, sebagai pintu masuk (ekonomi perdagangan) ke Cartasoera dan Djogjakarta. Bagaimana pertarungan VOC dan bagaimana pihak-pihak dari dalam Kraton di Mataram dan Cartasoera menjadi pemicu dibangunnya sejumlah benteng di tempat-tempat tertentu. Mari kita telusuri.

Sejarah Semarang (8): Kampung Tempo Doeloe di Semarang, 1719; Nama-Nama Desa di Semarang Sensus Penduduk 1930

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Kota Semarang tempo doeloe adalah kota melting pot. Ada penduduk asli dan ada penduduk pendatang. Penduduk asli adalah orang Jawa. Orang pendatang ada orang Melayu, ada orang Tionghoa dan ada juga orang Moor dan orang Arab. Orang Eropa yang datang belakangan umumnya adalah orang Belanda. Komunitas Eropa/Belanda diduga muncul kali pertama tahun 1708 (setelah selesainya pembangunan benteng Semarang). Tidak diketahui kapan muncul komunitas Melayu, Tionghoa dan Moor/Arab.


Sebuah (jalan) Desa di Semarang, 1890
Orang pendatang bermukim di dua sisi sungai Semarang. Penduduk asli orang Jawa ada yang bermukim di sisi sungai dan lebih banyak lagi yang berada jauh dari sungai. Dalam peta kuno Semarang dan sekitarnya 1719 pemukiman penduduk asli yang jauh dari sungai disebut Negerj [negeri]. Tidak disebut namanya, hanya diidentifikasi sebagai Negerj. Dalam peta kuno ini hanya diidentifikasi empat negerj yang disekitarnya terdapat kebun dan persawahan. Negerj boleh jadi kata lain desa untuk terminologi Jawa.

Komunitas Jawa di sisi sungai terdapat di (lingkungan) Dalam (kraton). Di lokasi lingkungan kraton ini kini dikenal masjid kauman (Masjid Agung), alun-alun dan pasar (Johar). Lokasi komunitas pendatang, dalam perkembangannya diperkenalkan terminologi kamp(ement) yang diduga kemudian asal-usul terminologi kamp(ung). Negeri dan kampong bukanlah terminologi yang sesuai untuk penduduk Jawa, karena penduduk Jawa memiliki terminologi sendiri yakni desa yang dipimpin oleh seorang loerah.

Senin, 20 November 2017

Sejarah Semarang (7): Situs Tertua di Kota Semarang, Masjid Agung Kauman, Pasar, Alun-Alun dan Kraton Bupati Semarang

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Semua telah berubah dan semua telah mengalami relokasi kecuali satu situs, yakni lokasi masjid kuno yang kini lebih dikenal sebagai Masjid Agung Kota Semarang. Lokasi masjid tua Semarang ini sudah terdeteksi keberadaannya pada era VOC. Situs lain di area masjid ini adalah rumah Bupati Semarang, alun-alun, kauman (lingkungan warga Islam) dan pasar. Masjid Tua Semarang atau Masjid Agung Kauman Semarang kini dengan posisi GPS berada di hook Jalan Alun-Alun Barat dan Jalan Pasar Johar.

Peta Kota Semarang, 1741
Area orang-orang Eropa/Belanda di era VOC telah mengalami relokasi. Demikian juga kampement Tionghoa telah direlokasi. Perkampungan orang-orang Moor dan Arab juga telah mengalami relokasi. Yang tidak mengalami relokasi adalah perkampungan penduduk asli (pribumi) Jawa dan perkampungan Melayu. Di perkampungan Jawa inilah satu-satunya situs yang terdeteksi di era VOC. Saat itu, keberadaan Bupati memang sudah dilaporkan tetapi tidak terdeteksi dimana rumah Bupati. Satu situs lagi yang terdeteksi saat itu adalah keberadaan Klenteng Tionghoa. Situs masjid dan situs klenteng dipisahkan oleh sungai Semarang. Klenteng Tionghoa ini diduga adalah Klenteng Sam Poo Kong. Keterangan Peta 1741: A. Kastis, B. Area Eropa; 20. Klenteng di area Tionghoa, 21. Masjid di area perkampungan asli (Jawa), 22. Perkampungan Melayu, Moor dan Arab.

Dengan mengacu pada dokumen kuno, peta-peta yang dibuat pada era VOC dengan membandingkan situasi dan kondisi di lokasi tersebut pada era digital ini, hanya situs masjid yang tetap berada di tempatnya. Ini mengindikasikan bahwa situs masjid kuno Semarang yang tidak lain adalah lokasi Masjid Agung Kauman Semarang dapat dikatakan (satu-satunya) adalah situs tertua di Kota Semarang. Situs penting di sekitar adalah benteng (casteel) Semarang, namun situs ini di awal era Pemerintahan Hindia Belanda sudah dibongkar.