Rabu, 25 Januari 2023

Sejarah Surakarta (58): Teosofi di Surakarta, Asal Usul Gedung Theosofie; Freemason di Batavia - Para Teosofi Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Ada Freemason ada Theosofi. Itu cukup berkembang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Freemason ada Theosofi mulai eksis di Batavia, tetapi dalam perkembangannya meluas hingga ke berbagai tempat termasuk di Soerakarta. Ap aitu Freemason dan ap aitu Theosofi? Itu satu hal. Dalam hal ini bagaimana sejarah teosofi di Soerakarta.


Teosofi adalah filsafat keagamaan dibentuk di Amerika Serikat tahun 1875 oleh pendatang Rusia Helena Blavatsky. Teosofi merupakan pandangan semua agama merupakan upaya Occult Brotherhood agar manusia mencapai kesempurnaan, sehingga setiap agama mempunyai kepingan kebenaran. Ajaran teosofi dituangkan dalam tulisan-tulisan Blavatsky. Kepercayaan ini dianggap sebagai salah satu bentuk Esoterisme Barat oleh ahli agama. Filsafatnya terinspirasi dari filsuf-filsuf kuno Eropa dan agama-agama Asia seperti Hindu dan Buddha. Helena Petrovna Blavatsky (1831–1891), Henry Steel Olcott (1832–1907), dan William Quan Judge (1851–1896), mendirikan Masyarakat Teosofi di New York City pada tahun 1875. Oleh Blavatsky, teosofi memandang bahwa terdapat para ahli spiritual kuno dan rahasia berpusat di Tibet. Para ahli ini dianggap telah memupuk kebijaksanaan dan kekuatan paranormal, dan para penganut teosofi percaya bahwa merekalah yang memulai pergerakan teosofi modern dengan memberikan pengajaran kepada Blavatsky. Mereka mencoba memulihkan kembali pengetahuan agama-agama kuno, namun para penganut teosofi tidak menganggap kepercayaan mereka sebagai "agama". Mereka berkhotbah mengenai keberadaan sesuatu yang Absolut yang tunggal dan ilahi. Alam semesta dianggap sebagai refleksi Absolut dari luar. Teosofi mengajarkan bahwa tujuan kehidupan manusia adalah pembebasan secara spiritual dan manusia akan mengalami reinkarnasi setelah meninggal sesuai dengan karma mereka (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah teosofi di Surakarta dan asal usul gedung theosofie? Seperti disebut di atas, ada Freemason dan ada Theosofie, keduanya berkembang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah teosofi di Surakarta dan asal usul gedung theosofie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (57): Wayang, Opera dan Konser Musik di Surakarta; Sanoesi Pane hingga Seni Pentas Modern Ruang Terbuka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejak kapan ada (pertunjukan) wayang? Tentu saja sudah sejak lama. Wayang adalah seni tradisi (yang umumnya di Jawa) yang umunya didasarkan pada kisah-kisah klasik yang yang berasal dari era Hindoe Boendha yang terus dikembangkan hingga menemukan bentuknya dalam bentuk variasi. Sementara itu, seni pertunjukan yang berasal dari luar seperti opera yang kemudian disusul konser music menambah ragam seni pertunjukan bagi penduduk. Salah satu tokoh non-Jawa dalam pengembangan seni pertunjukkan tradisi dalam bentuk operasi adalah seorang Batak Sanoesi Pane.


Wayang Orang Sriwedari, Tradisi Lama yang Tak Lekang Waktu. March 3, 2022. Wayang orang merupakan pertunjukan berupa teater tradisional Jawa. Bentuknya, gabungan seni drama berkembang dalam budaya Barat dan pertunjukan wayang eksis dalam kebudayaan Jawa, pembawaannya tidak lagi dengan boneka atau peraga wayang kulit, melainkan diperankan oleh orang yang dirias sedemikian rupa sehingga mirip dengan tokoh-tokoh wayang. Kostum yang dikenakan juga persis dengan tokoh pewayangan. Cerita yang dibawakan memuat kisah-kisah pewayangan dari Mahabharata maupun Ramayana. Sesekali, ditampilkan pula tokoh Punakawan untuk mencairkan cerita sebagai penggambaran kawulo alit. Di Kota Solo, Wayang Orang Sriwedari menjadi salah satu tradisi tersohor dan masih terjaga hingga saat ini. Berdiri pada tahun 1911, oleh para penggiat budaya Kota Solo, pertunjukan komersialnya dimulai tahun 1922. Perkembangan Wayang Orang Sriwedari di tengah masyarakat semakin populer dengan munculnya siaran di Solosche Radio Vereeniging. Sejak saat itu, Wayang Orang Sriwedari tambah digandrungi warga Solo. Mulanya, Wayang Orang Sriwedari diadakan di komplek Pura Mangkunegaran. Tetapi, krisis ekonomi terjadi pada tahun 1896, sepeninggal Mangkunegaran V yang wafat, aibatnya, para pemain wayang banyak dirumahkan, namun pertunjukan wayang orang tetap dilakukan, dengan keliling dari kampung ke kampung, hingga raja memberi perintah agar Wayang Orang Sriwedari, ditempatkan di Taman Sriwedari. Bangunan ini dibangun pada era Pakubuwana X. Pembangunan Gedung Wayang Orang Sriwedari terus dilakukan, pada tahun 1928-1930 dibangun gedung permanen menampung sekitar 500 penonton (https://surakarta.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah wayang, opera dan konser musik di Surakarta? Seperti disebut di atas, Ketika seni pertunjukkan modern muncul, seni pertunjukkan tradisi terus eksis seperti wayang, bahkan hingga ini hari. Dalam hubungan ini bagaimana peran Sanoesi Pane dalam pengembangan seni tradisi hingga seni pentas modern di ruang terbuka. Lalu bagaimana sejarah wayang, opera dan konser musik di Surakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 24 Januari 2023

Sejarah Surakarta (56): Hiburan - Rekreasi; Balapan, Klub, Hotel, Situs-Situs Eksotik, Sepakbola, Kolam Renang, Teater, Bioskop


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Hiburan dsan rekreasi tempoe doeloe tentu saja dapat berberda dengan masa kini. Kebutuhan hiburan dan rekreasi semasa Pemerintah Hindia Belanda sudah ada namun masih sangat terbatas. Akan tetapi hiburan dan rekreasi tempo doeloe memiliki garis continuum ke masa kini. Balapan (race) dan (berbagai kegiatan di) klub serta ketersediaan penginapan (pesanggrahan/logement/hotel) adalah sarana pertama hiburan dan rekreasi, baik orang Eropa/Belanda, Cina maupun pribumi. Keberadaan situs-situs eksotik mengundang minat para wisatawan. Permainan sepakbola dan ketersediaan kolam renang semakin menambah variasi hibiran dan rekreasi yang kemudian berkembang teater dan bioskop.


Tujuh Destinasi Wisata Sejarah di Solo yang Wajib Dikunjungi. 7 Desember 2021. SoloposFM.com. Kota Solo kental tradisi dan budaya Jawa. Kota penuh sejarah dan dulunya merupakan pusat kerajaan Mataram. Berikut 7 tempat wisata sejarah di Solo. (1) Keraton Surakarta Hadiningrat, di Baluwarti, Pasar Kliwon, menyimpan banyak sejarah. Terdapat museum koleksi peninggalan Kasunanan, seperti benda antic, senjata pusaka, gamelan, hingga perlengkapan kraton. (2) Benteng Vasternburg, di kawasan Gladak, peninggalan Belanda, arsitekturnya dengan nuansa Eropa, dulu merupakan garnisun pasukan Belanda. (3) Museum Keris Nusantara, di Laweyan, kental nuansa Jawa dan memiliki koleksi lebih dari 400 keris, selain keris, juga memamerkan senjata tradisional, dari berbagai daerah di Indonesia. (4) Taman Sriwedari, di jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, taman hiburan rakyat sudah ada sejak puluhan tahun lalu, dulu kawasan tempat diselenggarakannya tradisi hiburan malam Selikuran sejak era Pakubuwono X. (5) Museum Radya Pustaka, memiliki koleksi berbagai arca, pusaka adat, wayang kulit, alat tenun tradisional, gamelan dan berbagai buku kuno. Museum berlokasi tidak jauh dari Sriwedari. (6) Monumen Pers Nasional, didirikan 1978, bangunan induknya di jalan Gajah Mada, Timuran, Banjarsari, mengoleksi berbagai teknologi komunikasi dan reportase, seperti penerbangan, mesin ketik, pemancar, telepon dan lebih dari 1 juta koran dan majalah, berbagai benda terkait dengan pers Indonesia. (7) Kampung Wisata Batik Kauman terletak di dekat pasar Klewer, pengunjung bisa mempelajari sejarah batik, motif-motif hingga cara pembuatannya (https://www.soloposfm.com/)

Lantas bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi di Soerakarta? Seperti disebut di atas, sudah ada hiburan dan rekreasi di Soerakarta, meski berbeda dengan masa kini, pada masa ini antara lain balapan (pacuan kuda), berbagai kegiatan di Club, penginapan (pesanggrahan. Logement, hotel), situs-situs eksotik dan climbing, sepakbola, taman dan kolam renang, teater dan bioskop. Lalu bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi di Soerakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (55): Tata Kota Surakarta, Pusat Pemerintahan hingga Fasilitas Umum; Sekolah, Rumah Sakit, Pasar, Stasion, Bank


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Kota-kota di Indonesia masa kini, umumnya tumbuh dan berkembang sejak masa lampau. Banyak kota-kota yang dimulai dari nol seperti Batavia, Semarang, Soerabaja, Palembang, Padang, Bandoeng dan Medan. Namun sedikit berbeda dengan kota Jogjakarta dan kota Soerakarta. Dalam hal ini kota Soerakarta bermula dari keberadaan area kraton dan area benteng VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda dua area ini menjadi cikal bakal kota Soerakarta yang sekarang. Dari sinilah tata kota Soerakarta dikembangkan yang pada gilirannya terbetuk fasilitas-fasilitas umum.    


Pola Struktur Kota Surakarta dalam Lingkup Pengaruh Pembangunan Masjid Agung pada Masa Kerajaan Mataram Islam. Junianto. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. Abstrak. Kota Surakarta berawal terbentuk seiring dengan berdirinya kerajaan Mataram Islam, yang mengalami perpindahan dari Kartasura. Struktur inti kota Surakarta, berupa Kraton, Alunalun dan Masjid. Struktur kota semacam ini, merupakan prototype kota kerajaan Mataram Islam. Keberadaan Masjid memiliki makna simbol bahwa raja selain menjadi pemimpin (pusat orientasi) budaya, juga pemimpin keagamaan. Bentuk masjid Agung Surakarta meniru bangunan masjid Demak, sebagai simbol kedudukan raja yang setara sebagai pusat orientasi keagamaan tersebut. Masjid Agung Surakarta dalam struktur kota, terkait secara diakronik dalam perkembangan unsur-unsur kota lain, mewarnai pola tata ruang kota. Terjadi poros Timur-Barat, membentang antara Kampung Arab, masjid Agung, hingga Laweyan, secara sinkronik cukup kuat mewarnai kultur ke-Islaman. Keberadaan masjid Agung Surakarta dalam struktur kota kerajaan Mataram Islam, dikaji dalam pendekatan diakronik-sinkronik terhadap unsur-unsur kota lainnya. Masing-masing unsur, signifikan mempengaruhi berdirinya fasilitas-fasilitas dan kawasan baru, sebagai unsur-unsur kota. Penggambaran masjid Agung dalam konteks struktur kota Surakarta, dilihat secara morfologis pembentukan, dalam interrelasi unsur-unsur kota lainnya. Telaah morfologis tersebut, dilakukan dengan pendekatan interpretasi artefak fisik (arsitektural), mengkaitkan latar sejarah pembentukan kota Surakarta beserta unsur-unsur kotanya. Sebagai temuan, masjid Agung Surakarta ternyata menjadi penyebab terjadinya poros Timur – Barat, yang seolah membelah kota Surakarta. Poros tersebut selanjutnya menjadi ciri yang berlatar keIslaman. Disisi lain, unsur-unsur kota yang berlatar budaya Jawa, tersusun dalam poros Utara-Selatan, mulai Pasar Gede, Kraton, hingga Pasar Gading (https://publikasiilmiah.ums.ac.id)  

Lantas bagaimana sejarah tata kota Surakarta, pusat pemerintahan hingga layanan umum? Seperti disebut di atas, tata kota Soerakarta bermula dari area kraton dan area benteng pada era VOC dan berlanjut pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam penataan kota ini terbentuk berbagai fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, pasar, stasion dan bank. Lalu bagaimana sejarah tata kota Surakarta, pusat pemerintahan hingga layanan umum? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 23 Januari 2023

Sejarah Surakarta (54): Nama Jalan di Kota Soerakarta Doeloe, Belanda, Cina, Pribumi; Mengapa Ada Perbedaan Nama Sekarang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah jalan adalah satu hal, sejarah penamaan jalan adalah hal lain lagi. Seperti di kota-kota lainnya, di kota Surakarta juga memiliki dinamika penamaan jalan tersendiri. Jika nama jalan pertama di Jogjakarta dalah jalan Malioboro, lantas nama jalan apa yang pertama di Soerakarta? Mungkin pertanyaan ini tidak penting-penting amat, tetapi sejarah tetaplah sejarah, sejarah tentang penamaan jalan di Kota Surakarta. 


Daftar jalan di Kota Surakarta. Berikut ini adalah daftar jalan di Kota Surakarta berdasarkan klasifikasi jalan di Indonesia: Jalan arteri (Ahmad Yani, Slamet Riyadi, Solo-Yogya); Jalan lokal (Agus Salim, Bhayangkara, Gajah Mada, Honggowongso, Cokroaminoto, Juanda, Katamso, MT Haryono, Monginsidi, Mulyadi, Muwardi, Panjaitan, RM Said, Rajiman, Ronggowarsito, S. Parman, Sudiarto, Sugiono, Sumpah Pemuda, Sutami, Sutan Syahrir, Sutarto, Sutoyo, Tentara Pelajar, Urip Sumoharjo, Veteran, Kyai Mojo, Wahidin Sudirohusodo, Yos Sudarso; Jalan lingkungan (Abdul Muis, Abdul Rahmat, Adisucipto, Adisumarmo, Ahmad Dahlan, Arifin, Cokroaminoto, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Diponegoro, Gatot Subroto , Gotong Royong, Gremet, Hasanuddin, Imam Bonjol, Jayawijaya, KH Maskur, Karel S. Tubun, Kartini, Kebangkitan Nasional, Ketandan, Ki Hajar Dewantara, Krakatau, Kusmanto, Kyai Gede, Lumban Tobing, Moch. Yamin, Pattimura, Perintis Kemerdekaan, RE Martadinata, Raden Saleh, Reksoninten, Sam Ratulangi, Samanhudi, Sampangan, Setia Budi, Sugiyopranoto, Suharso, Sunaryo, Supomo, Supono, Suprapto, Suryo, Suryo Pranoto, Sutarjo, Tangkuban Perahu, Teuku Umar, Thamrin, Untung Suropati, Wahid Hasyim, Wora Wari, Yohanes, Yosodipuro. Jalan terkenal dan jalan penting (Sudirman, pusat pemerintahan; Yap Tjwan Bing, nama jalan pertama di Indonesia yang dinamakan berdasarkan tokoh Tionghoa) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama jalan di Kota Surakarta, nama Belanda, Cina dan pribumi? Seperti disebut di atas, Ketika jalan belum berkembang seperti masa ini, di Surakarta tempo doeloe sudah diberi nama jalan. Mengapa ada perbedaan dengan nama Sekarang? Lalu bagaimana sejarah nama jalan di Kota Surakarta, nama Belanda, Cina dan pribumi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (53): Industri Manufaktur di Surakarta, Gilingan Padi, Batik, Fabriek; Sandang, Pangan, Papan, Barang Kerajinan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Sebelum berkembang industri jasa, sudah sejak lama berkembang berbagai industry seperti gilingan padi, pengolahan kopi, besi dan kerajinan barang logam dan batik, penganan dan minuman termasuk jamu dan sebagainya. Industri manufaktur tradisional ini semakin diperkaya dengan kehaadiran pengusahan Eropa/Belanda yang bergerak di bidang industry manufaktur dan tumbuhnya pabrik-pabrik.   

Pusat Batik Surakarta Hadiningrat di Laweyan Surakarta. Sari Saraswati Anisah dan Agus Dharma Tohjiwa. Universitas Gunadarma. Abstrak. Kota Surakata merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang dikenal sebagai kota budaya dan sejarah bahkan mendapat predikat “Spirit of Java”. Salah satunya yaitu kawasan kampung Laweyan yang menjadi kampung industri batik pertama di Indonesia yang memiliki unsur-unsur etnik pada penataan kampungnya sebagai peninggalan sejarah. Namun, yang terjadi sekarang adalah bangunan di Kampung Laweyan yang mencirikan Kampung Batik pada zaman dahulu telah luntur, tergusur oleh bangunan baru bergaya modern yang saling tumpang tindih tidak terkontrol. Eksistensi kampung Laweyan sebagai kampung industri batik sekaligus sebagai destinasi wisata pun terganggu. Untuk itu, perancangan Pusat Batik Surakarta Hadiningrat di Laweyan Surakarta ini bertujuan sebagai upaya peningkatan kembali eksistensi kampung Laweyan sebagai kampung industri batik dan kampung wisata. Pada perancangan Pusat Batik ini dibuat wadah kegiatan seperti pusat edukasi batik, pusat produksi dan produk jual batik dan dilengkapi dengan pusat pagelaran untuk lebih menarik pengunjung serta membangkitkan lagi suasana yang khas di Laweyan (https://ejournal.gunadarma.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah industri manufaktur di Surakarta, gilingan padi, kopi, batik hingga fabriek modern? Seperti disebut di atas, sebelum kehadiran pengasuha Eropa/Belanda sudah ada industry manufaktur tradisional seperti gilingan padi dan kerajian penduduk. Ini seiring dengan kertersediaan dan kebutuhan panduduk dalam sandang, pangan, papan, barang kerajinan. Lalu bagaimana sejarah industri manufaktur di Surakarta, gilingan padi, kopi, batik hingga fabriek modern? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.