Senin, 13 Maret 2023

Sejarah Malang (40): Harimau di Wilayah Malang Tempo Doeloe, Apakah Jejak Masih Tersisa? Musuh Hewan Sahabat Penduduk


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Abdullah Sholeh disapa Cak Sholeh, 35 tahun, satu-satunya manusia yang bisa hidup dan mengobrol empat mata bersama seekor harimau. Pria asal Malang, telah hidup dengan seekor harimau jenis Benggala selama 13 tahun. Harimau diberi nama Mulan Jamilah didaptakan dari sumbangan sekolah Islam di Malang, lantaran pemilik sebelumnya mengaku tidak dapat merawatnya yang saat itu Mulan baru berusia tiga bulan (Kumparan.com 11 Juni 2020). Siapakah sebenarnya musuh harimau? Manusia atau hewan sendiri? Fakta bahwa kini harimau telah lama punah di wilayah Malang.


BKSDA Jatim Identifikasi Temuan Tengkorak Diduga Harimau Jawa di Kota Malang. Antara.com. 7 September 2020. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur melakukan identifikasi terhadap temuan tengkorak diduga harimau jawa (Panthera tigris sondaica), di kawasan Lowokwaru, Kota Malang. Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI BKSDA Jawa Timur mengatakan mendapatkan informasi temuan dari masyarakat dan akan melakukan identifikasi terhadap kerangka bagian kepala itu. "Informasinya tengkorak itu ditemukan di sekitar Kali Metro, kelurahan Merjosari." katanya, di Kota Malang, Senin. Disebutkan tengkorak berat delapan ons dengan ukuran tinggi 13 cm, lebar 21 cm, dan panjang 15 cm. Berdasarkan hasil identifikasi awal, diduga bahwa temuan tersebut adalah tengkorak macan tutul. "Kalau harimau, terlalu kecil. Di samping itu, pada kawasan sekitar sini, habitat macan tutul masih ada. Namun, kami tidak bisa pastikan 100 persen. Tunggu hasil laboratorium dulu," katanya. Tengkorak tersebut akan diboyong menuju LIPI Bogor untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Populasi macan tutul ditemukan di beberapa titik, termasuk di wilayah Malang Raya. Titik-titik tersebut, diantaranya di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger Semeru (TNBTS) hingga di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. "Kami sudah pasang kamera track di Pulau Sempu. Ciri-ciri atau jejak macan tutul bisa diidentifikasi dari cakaran pohon hingga jejak-jejaknya. Jumlahnya, kami masih belum tahu. Kami masih melakukan pengamatan," ujarnya. Tengkorak hewan yang diduga berusia 50 tahun (https://jatim.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti disebut di atas, harimau di wilayah Malang sudah lama punah. Fakta di wilayah Malang belum lama ini ditemukan warga Malang penyayang harimau dan penemuan diduga tengkorak harimau menjadi berita. Apakah dalam hal ini harimau musuh hewan atau sahabat penduduk. Lalu bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (39): Ngantang di Sisi Barat Malang Menjorok Masuk di Wilayah Kediri; Menjurus ke Malang di Lereng Kawi-Kelud


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang menjadi pertanyaan tentang wilayah (kecamatan) Ngantang adalah secara geografis dekat ke (kabupaten) Kediri tetapi secara geopolitik masuk wilayah (kabupaten) Malang? Wilayang Ngantang ‘tersembunyi; di sebelah barat Malang berada di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Ngantang dalam hal ini jalur pintas pegunungan (melalui Kota Batu) antara wilayah Malang di hulu sungai Brantas dan wilayah Kediri di hilir sungai Brantas. Kasus wilayah Ngantang bukan satu-satunya di wilayah Indonesia dan tidak tergolong dalam pembagian wilayah yang ekstrim.


Ngantang adalah kecamatan di kabupaten Malang. Bersama Pujon dan Kasembon, berada di wilayah pegunungan sebelah barat Kota Malang. Jarak Ngantang ke Kota Malang 39 Km dan jarak ke ibu kota kabupaten Malang di Kepanjen 57 Km. Ngantang berada dijalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Ngantang berhawa dingin pada ketinggian 870 M dpl. Asal usul penamaan Ngantang sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Nama Ngantang diduga terkait isi prasasti yang berasal dari masa Raja Jayabhaya (1135 M). Isi prasasti pengesahan anugerah untuk penduduk desa Hantang karena telah berjasa dan setia pada kerajaan Panjalu (dalam perang melawan kerajaan Jenggala). Dalam hal ini Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Jenggala dan mempersatukannya kembali dengan Kediri. Dalam prasasti terdapat cap kerajaan bergambar Narasimha berupa semboyan Panjalu Jayati yang mungkiin artinya Kediri Menang. Batas wilayah (kecamatan) Ngantang di sebelah utara dan barat adalah kecamatan Kasembon; di sebelah timur kecamatan Pujon; di sebelah selatan kecamatan Gandusari (Blitar). Penduduk kecamatan Ngantang mayoritas suku Jawa yang berkebudayaan Jawa Arekan. Jumlah penduduk sekitar 60 ribu jiwa yang tersebar di 13 desa: Banjarejo, Banturejo, Jombok, Kaumrejo, Mulyorejo, Ngantru, Pagersari, Pandansari, Purworejo, Sidodadi, Sumberagung, Tulungrejo dan Waturejo (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti disebut di atas, secara geografis wilayah Ngantang berada di wilayah (kabupaten) Kediri, tetapi secara geopolitik (administrasi wilayah pemerintahan sejak era Pemerintah Hindia Belanda) masuk wilayah (kabupaten) Malang. Wilayah Ngantang menjurus ke Batu Malang di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Lalu bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 12 Maret 2023

Sejarah Malang (38): Blitar Diantara Kediri dan Malang;Pegunungan PantaiSelatan Jawa di Tulungagung, Blitar, Sengoro, Gondang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Blitar memiliki sejarah tersendiri yang jauh ke masa lampau. Karena itu hari jadi (kabupaten) Blitar 5 Agustus 1324 M.  Seperti halnya kota Malang dan kota Kediri, kota Blitar juga dilintasi sungai yang sama: sungai Brantas (dari Malang melalui Blitar hingga Kediri). Di wilayah Blitar juga ditemukan candi dan prasasti berasal dari zaman kuno. Satu yang kurang mendapat perhatian wilayah Blitar berada di pegunungan selatan di pantai selatan Jawa. So what? Check it out!


Blitar kota yang terletak di bagian Selatan provinsi Jawa Timur, terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. Kota Blitar berstatus gemeente 1 April 1906. Secara topografi, Kota Blitar di kaki gunung Kelud dengan ketinggian 150–200 M. Gunung Kelud (1.731 M) gunung api masih aktif. Bagian selatan kabupaten Blitar dipisahkan sungai Brantas penghasil kaolin (Pegunungan Kapur Selatan). Pantai yang terkenal antara lain Pantai Tambakrejo, Serang dan Jalasutra. Bagian timur kabupaten Blitar di lereng gunung berapi gunung Kawi (2551 M) sekaligus batas wilayah Malang. Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur yang tercampur tanah liat). bersifat masam, gembur dan peka terhadap erosi. Bagian selatan Blitar kebanyakan tanahnya grumusol, hanya produktif tanaman ketela pohon, jagung dan jati. Daerah aliran sungai Brantas dataran rendah aluvial seperti Tulungagung dan Kediri, memiliki tanah yang subur. Pada zaman dulu, daerah Blitar daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari). Banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah ini (kira-kira 21 prasasti) lebih dari 12 candi, paling terkenal candi Penataran (1197 M). Nama Penataran ini kemungkinan kata natar berarti pusat, sehingga candi Penataran diartikan candi pusat. Di sebelah timur candi Penataran terdapat candi Plumbangan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Blitar diantara Kediri dan Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Blitar di daerah aliran sungai Blitar, tidak hanya dilihat dari sudut pandang dari utara, juga harus dilihat dari sisi selatan. Dalam hal ini berbicara tentang pegunungan selatan di pantai selatan Jawa: Tulungagung, Blitar, Sengoro, Gondang. Lalu bagaimana sejarah Blitar diantara Kediri dan Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (37): Kediri di Hilir Sungai Brantas Malang Berada di Hulu; Jalan Pintas Antara Kediri Malang via Antang Kandangn


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kediri dan Malang dihubungkan sungai Brantas, Malang di hulu, Kediri di hilir. Malang dan Kediri dipisahkan oleh gunung Arjuno. Namun demikian ada jalan pintas antara Kediri dan Malang melalui Batu, Antang dan Kandangan. Sungai Brantas sejatinya berbentuk tiga perempat lingkatan, berhulu di gunung Arjuno dan berhilir di Mojekerto dan Suranaya. Antara Arjuno dan Mojokerto terdapat Pegunungan Penanggungan. Kota Kediri, Malang dan Surabaya di daerah aliran sungai Brantas adalah tiga kota terbesar di Jawa Timur (idem dito tempo doeloe: Kediri, Singosari/Malang dan Majapahit/Mojokerto).


Kediri kota terletak sekitar 130 km sebelah barat daya Surabaya kota terbesar ketiga di provinsi Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang. Kediri kota tertua di Jawa Timur. Kota Kediri dilalui sungai Brantas dari selatan ke utara. Temuan arkeologi di Tondowongso 2007 menunjukkan sekitar Kediri lokasi Kerajaan Kadiri (Hindu-Buddha abad ke-11). Menurut Serat Calon Arang, awal mula Kediri permukiman perkotaan dimulai Airlangga pindahkan pusat kerajaan dari Kahuripan ke Dahanapura (sekitar Kota Kediri). Wilayah Panjalu menjadi dua, Kediri di barat (berpusat di Daha) dan Jenggala di timur (pusat di Janggala). Panjalu sebagai Kerajaan Kediri. Tumapel (berpusat di Singhasari) menguat, ibukota Dahanapura diserang dan kota jadi kedudukan raja vazal, berlanjut hingga Majapahit, Demak dan Mataram Islam. Pasukan VOC menyerbu Kediri yang dijadikan ibukota oleh Trunajaya–tahun 1678. Kediri jatuh ke tangan VOC pada saat itu dikuasai Cakraningrat IV, adipati Madura yang memihak VOC dan menginginkan bebasnya Madura dari Kasunanan Kartasura. Karena ditolak oleh VOC, ia memberontak. Pemberontakannya ini dikalahkan VOC, dibantu Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai pembayaran, Kediri menjadi bagian yang dikuasai VOC. Kota Kediri menjadi Gemeente 1 April 1906. Struktur wilayah Kediri dataran rendah terletak di bagian timur sungai, dataran tinggi di bagian barat sungai. Kabupaten Kediri berbatasan kabupaten Malang dan kabupaten Blitar di timur, Di sebelah timur laut, tepatnya di kecamatan Kandangan, terdapat rangkaian Pegunungan Anjasmoro - Argowayang batas Kediri dan Malang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kediri di hilir sungai Brantas, Malang berada di hulu? Seperti disebut di atas, sungai Brantas pada dasarnya sungai melingkar, hulunya di wilayah Malang dan hilirnya di Kediri (hingga Mojokerto). Jalan pintas antara Kediri dan Malang melalui Antang dan Kandangan. Lalu bagaimana sejarah Kediri di hilir sungai Brantas, Malang berada di hulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 11 Maret 2023

Sejarah Malang (36): Pasuruan dari Masa ke Masa, Kota Lama Seberapa Tua? Wilayah Pasuruan Masa Lalu, Malang di Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Pasuruan adalah kota tua. Ada dua kerajaan kuno berpengaruh di sekitar: Singasari (di Malang) dan Majapahit (di Mojokerto). Sejak kehadiran Belanda/VOC Pasoeroean menjadi salah satu perhatian penting. Namun situasi dan kondisi mulai bergeser ke wilayah Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagimana itu bergeser? Yang jelas wilayah Pasuruan menjadi masa lalu dan wilayah Malang kembali menjadi masa ke depan (bahkan hingga ini hari).


Pasuruan sebuah kota 60 km sebelah tenggara Kota Surabaya. Kota pelabuhan kuno, zaman Kerajaan Airlangga, dikenal dengan sebutan "Paravan". Pasuruan juga pernah disebut Gembong (era raja-raja beragama Hindu). Pada abad XVI, raja di Gamda (Pasuruan) adalah Pate Supetak, dalam babad Pasuruan disebutkan pendiri ibu kota Pasuruan. Sultan Trenggono dari Demak menaklukkan Pasuruan tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam. Pada tahun-tahun berikut terjadi perang dengan kerajaan Blambangan Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibu kota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan. Pada tahun 1617-1645 berkuasa di Pasuruan Tumenggung dari Kapulungan. Pasuruan diserang Kertosuro. Pada tahun 1657 diserang Mas Pekik (Surabaya). Kiai Onggojoyo harus menyerahkan kekuasaan kepada Untung Suropati. Untung Suropati di Mataram membunuh Kapten Tack. Untung Suropati menjadi adipati (raja) Pasuruan. Selama 20 tahun pemerintahan Suropati (1686-1706) dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan VOC. Onggojoyo dibantu VOC mengalahkan Untung Suropati (1706). Adipati Nitiadiningrat menjadi Bupati di Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799). Seluruh wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran rendah rata-rata 4 M dan menjadi hilir Sungai Gembong. Wilayah daratannya yaitu: Daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai, dengan ketinggian antara 2 – 8 m. Di bagian utara meliputi kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Bagian utara merupakan dataran rendah, bagian barat daya dengan puncaknya Gunung Arjuno dan Gunung Welirang; bagian tenggara Pegunungan Tengger, dengan puncaknya Gunung Bromo. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pasuruan masa ke masa, kota lama seberapa tua? Seperti disebut di atas, nama Pasuruan sebagai tempat (kota) sudah termasuk tua. Sejak kehadiran Belanda Pasuruan menjadi sangat penting. Akan tetapi situasi kemudian bergeser dimana wilayah Pasuruan menjadi masa lalu dan wilayah Malang menjadi masa depan (hingga ini hari). Lalu bagaimana sejarah Pasuruan masa ke masa, Pasuruan seberapa tua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (35): Probolinggo, Sekolah Guru, Pendidikan di Malang; van Ophuijsen Guru di Kweekschool Padang Sidempoean


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Probolinggo? Tentu saja sudah banyak ditulis. Artikel ini hanya sekadar melengkapi, menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebihan. Dari Namanya, Probolinggo adalah nama tua (probo. prabu; dan lingga. linggo). Namun seberapa tua. Yang jelas kota Probolinggo terletak di dataran rendah di pesisir pantai timur Jawa dimana di wilayah pedalaman berada wilayah Malang. Satu yang penting di Probolinggo, pernah eksis sekolah guru pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Probolinggo (Madura: Prabâlingghâ), kota 100 Km tenggara Surabaya terbesar keempat di Jawa Timur. Probo bahasa Sanskerta sinar, lingga berarti tanda. Era Majapahit, Probolinggo dikenal dengan nama “Banger” juga nama sungai (tercatat dalam teks Negarakertagama). Pedukuhan kecil di muara kali Banger, berkembang manjadi Pakuwon (batas antara Majapahit dan Blambangan). Pada masa VOC, Mataram menyerahkan daerah di sebelah timur Pasuruan (termasuk Banger) tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, tahun 1746 mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen). Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kyai Djojolelono menangkap/membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang memusuhi VOC. Kyai Djojolelono menyingkir tahun 1768, dengan mengembara/lelono. VOC mengangkat RT Djojonegoro, putra Bupati Surabaya dan kabupatennya dipindah ke Benteng Lama. Pada tahun 1770 nama Banger diubah “Probolinggo”. Wilayah kota ketinggian 0- 50 M, semakin ke selatan semakin tinggi. Sungai-sungai utama di kota sungai Banger (6.40 Km; dari arah selatan ke utara). Tanah alluvial (63.98%); Masyarakat sebagian besar suku Jawa dan Madura Pendalungan. Kini ibu kota kabupaten di Kraksaan Kota. Kabupaten di lereng pegunungan gunung Semeru, Argopuro, Lemongan, dan pegunungan Bromo-Tengger (ketinggian wilayah 0-2500 M). Sungai antara lain Pekalen, Pancarglagas, Krasak, Kertosuko, Rondoningo, Pendil, Gending, Banyubiru, Ronggojalu, Kedunggaleng dan Patalan dan terpanjang Rondoningo (95,2 Km) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Probolinggo di pantai timur Jawa? Seperti disebut di atas, sejarahnya bermula sejak era Majapahit lokasi di muara sungai Banger di lerang gunung. Desa Banger menjadi Probolinggo yang relokasi ke benteng. Di Probolinggo pernah eksis sekolah guru yang menjadi penting di wilayah Malang. Sekolah guru ini semasa dengan CA van Ophuijsen dan Dja Endar Moeda di Kweekschool Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah Probolinggo di pantai timur Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.