Jumat, 26 Mei 2023

Sejarah Pendidikan (10): Sekolah Menengah di Hindia Belanda - Hoogere Burgerschool HBS; Docter Djawa School-Normaal School


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Setelah sekolah dasar diselenggarakan, dalam perkembangannya dibuka sekolah menengah di berbagai tempat di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Tidak hanya untuk untuk anak-anak Eropa/Belanda, juga pribumi. Untuk menjembatani lulusan sekolah menengah di Hindia dengan sekolah/perguruan tinggi di Belanda mulai diinisiasi sekolah berkurikulum setara Eropa yang dimulai di Batavia (Gymnasium Koning Willem III) tahun 1860. Dalam konteks inilah mulai ada siswa pribumi melanjutkan studi di perguruan tinggi di Belanda.

Hoogere Burgerschool (HBS) adalah pendidikan menengah umum untuk orang Eropa/Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Masa studi HBS berlangsung dalam lima tahun. Lalu kemudian pribumi lulusan ELS diterima. Lulusan ELS dapat diterima di HBS III dan V; Gymnasiun/Lyceum; MULO - AMS. Sekolah ELS diperluas dengan HIS/HCS yang dapat melanjutkan ke MULO, HBS, atau Kweekschool. Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek daripada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Jumlah anak pribumi yang masuk HBS pada tahun 1900 hanya 2%, pada tahun 1915 sebanyak 6,1% dari 915 siswa di tiga HBS (Jakarta, Surabaya, dan Semarang). Pemerintah Hindia Belanda sudah mengizinkan anak pribumi masuk HBS sejak tahun 1874. Middelbaar Onderwijs (pendidikan menengah) baik bagi orang Belanda/Eropa baru tahun 1860 dibuka Gymnasium Koning Willem III namun lebih merupakan HBS 3 tahun yang kemudian ditingkatkan menjadi HBS 5 tahun. Sampai 1937-1938 terdapat 27 sekolah HBS 3 tahun dan 14 sekolah HBS 5 tahun. Lalu HBS di Soerabaja dibuka 1 November 1875; Semarang dibuka 1 November 1877; Prins Hendrikschool te Batavia (PHS) dibuka 3 Juli 1911; HBS di Bandoeng dibuka 7 Februari 1919; Malang 2 Juli 1927; Medan 1928; Djogja 1 Juli 1931; Buitenzorg 31 Juli 1937; Makassar 1 Agustus 1939 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah sekolah menengah di Hindia Belanda dan Hoogere Burgerschool HBS? Seperti disebut di atas, sekolah menengah tidak hanya untuk anak-anak Eropa/Belanda juga anak-anak pribumi (Docter Djawa School dan Normaal School). Lalu bagaimana sejarah sekolah menengah di Hindia Belanda dan Hoogere Burgerschool HBS?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (10): Selat Bali, Tempo Dulu Nama Selat Blambangan; Keutamaan Navigasi Pelayaran Selat Bali-Selat Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Selat Bali di Banyuwangi. Tempo doeloe namanya selat Blambangan (straat van Balambangan). Itu semua berbeda situasi dan kondisi di kawasan selat. Sebagaimana penamaan nama geografis sejak awal kehadiran pelaut Eropa (Portugis/Belanda) ditentukan siapa dan darimana sumber diperoleh. Pada era VOC, sumber di Banyuwangi, tetapi kemudian sumber merujuk di Bali. Saat mana selat Blambangan bergeser menjadi nama Selat Bali, lalu selat Bali menjadi selat Lombok. Mengapa di dua selat di dua sisi pulau Bali ini penting dari masa ke masa.


Selat Bali adalah selat memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Selat Bali dihubungkan layanan kapal ferry dengan Pelabuhan Gilimanuk (Bali) dan Pelabuhan Ketapang (Jawa). Pelabuhan Ketapang di desa Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi. Pelabuhan Gilimanuk pelabuhan feri di kelurahan Gilimanuk, Melaya, Jembranai. Dirut PT Pelindo III, mengatakan, proyek pelabuhan wisata ini akan dibangun di lahan seluas 44,2 hektar di Pantai Boom. Pelabuhan Marina di Pantai Boom ini akan terintegrasi Pelabuhan Benoa di Bali dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Pelabuhan Ikan Muncar. Pelabuhan rakyat ini berada di Muncar, Banyuwangi. Kawasan ini juga menjadi salah satu pusat pengalengan ikan terbesar setelah Bagansiapiapi di Rokan Hilir, Riau. Beberapa pantai di selat Bali di Banyuwangi seperti Pantai Watudodol, Pantai Boom, Pantai Cacalan, Pantai Solong, Pantai Cemara, Pulau Santen, Pantai Sobo, Pantai Kampe, Rumah Apung Bangsring, Pantai Blimbingsari, Pantai Muncar, Tanjung Sembulungan dan lainnya. Di sisi Bali ada Pulau Menjangan dan Pantai Gilimanuk. Selat Bali memiliki pemandangan bawah air yang indah. Oleh karena itu terdapat titik-titik dimana pemandangan tersebut bisa dinikmati seperti di Bangsring Underwater (Bunder) di desa Bangsring, Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan bagian dari Taman Nasional Bali Barat. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Selat Bali, tempo doeloe Selat Blambangan? Seperti disebut di atas, dari masa ke masa selat Balambangan/selat Bali begitu penting. Mengapa memiliki keutamaan navigasi pelayaran di Selat Bali dan Selat Lombok. Lalu bagaimana sejarah Selat Bali, tempo doeloe Selat Blambangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 25 Mei 2023

Sejarah Pendidikan (9): Sekolah Militer di Hindia Belanda,Siapa Saja Perwira Pribumi? Sekolah Militer Semarang dan Perang Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah narasi fakta dan data. Namun narasi sejarah acap kali sesuai pengetahuan penulis, untuk menambahkan diperkaya dengan karangan sendiri (her/his story). Dalam hal ini, sejarah sekolah militer di Indonesia nyaris tidak tersentuh dan jarang diperhatikan. Meski lebih awal kehadiran sekolah meltier di Indonesia (baca: Hindia Belanda), namun dapat dikatakan juga sebagai bagian dari perluasan pendidikan (sebagaimana sekolah guru dan sekolah kedokteran). Sekolah militer (di Meester Cornelis) inilah yang kemudian bertransformasi yang kemudian cikal bakal pendirian Akademi Militer di Bandoeng dimana tiga kadetnya TB Simatoepang, A Kawilarang dan Abdoel Haris Nasoetion. 


Oerip Soemohardjo: Bapak Tentara Yang Dilupakan. Tim Majalah Historia. Deskripsi Buku: Oerip lahir 22 Februari 1893, nama Muhammad Sidik. Tidak ada menyangka, ini kelak menentukan jalannya sejarah militer Indonesia. Ketertarikan dunia militer mendorongnya masuk Sekolah Militer Meester Cornelis (kini Jakarta). Kariernya di KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) moncer. Dia menjadi mayor, pangkat tertinggi di antara tentara bumiputera. Karirnya tamat setelah Jepang. Proklamasi 17 Agustus 1945 Oerip kembali ke dunia militer. Oktober 1945, Oerip sebagai Kepala Staf Oemoem (KSO) TKR. Pada 12 November 1945, Oerip membuat konferensi dihadiri eks KNIL dan eks PETA di Yogyakarta. Dari konferensi ini muncul nama Soedirman sebagai Panglima Besar TKR, sementara Oerip tetap menjabat KSO. Oerip Soemohardjo wafat 17 November 1948. Sebagai tentara profesional, Oerip kecewa sikap politik pemerintah, baik terhadap militer Indonesia maupun dalam menghadapi Belanda. Kendati berhasil membangun tentara Indonesia, tetapi Oerip seakan dilupakan. Kita lebih mengenal Jenderal Soedirman yang mengalahkan Oerip dalam pemilihan sebagai Panglima Besar. Sebagaimana dwitunggal Soekarno-Hatta, Soedirman-Oerip merupakan dwitunggal memimpin tentara. Mereka seperti “abang dan adik”. Oerip memanggil Soedirman, “Dimas”; dan Soedirman memanggilnya, “Kang Mas atau Pak Oerip”. Buku 154 halaman, penerbit Penerbit Buku Kompas: 2020 (https://www.gramedia.com/)

Lantas bagaimana sejarah Sekolah Militer di Hindia Belanda, siapa perwira pribumi? Seperti disebut di atas, dalam perluasan pendidikan di Hindia Belanda, sekolah militer juga pada akhirnya merekrut siswa pribumi. Lalu bagaimana sejarah Sekolah Militer di Hindia Belanda, siapa perwira pribumi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (9):P'gunungan Selatan di Wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa; G.Raung-Pantai Timur di Banyuwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Seandainya wilayan (daratan) Australia tidak dicaplok Inggris dari hak otoritas VOC/Belanda, boleh jadi pantai selatan Jawa tidak sesepi selarang. Nasib malang dialami pantai selatan Jawa. Di wilayah selatan pulau Jawa ini sudah sedari doeloe populasi penduduk di kawasan pegunungan selatan (pegunungan Kendeng) meramaikan navigasi pelayaran perdagangan. Bagian wilayah zaman kuno ini berada di wilayah Banyuwangi yang sekarang.


Gunung Betiri. Gunung Betiri adalah sebuah gunung yang berada di Provinsi Jawa Timur. Gunung Betiri merupakan salah satu puncak tertinggi di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Gunung Betiri masih merupakan bagian dari rangkaian zona Pegunungan Selatan Jawa. Secara Administrasi, Gunung Betiri terletak di perbatasan dua kabupaten yakni Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Di Kabupaten Banyuwangi gunung ini mencangkup Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggrahan, Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan di Kabupaten Jember meliputi Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Gunung Betiri memiliki ketinggian 1.233 meter di atas permukaan air laut Mdpl dengan ketinggian relative 1.215 Mdpl. Sejumlah Gunung disekitarnya adalah Gunung Betiri I (1.160 Mdpl), Gunung Betiri II (1.020 Mdpl) dan Gunung Butak (960 Mdpl). Sungai yang berhulu dari Gunung Betiri diantaranya Sungai Sanen, dan Sungai Sukamande. (https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/)

Lantas bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa? Seperti disebut di atas, pegunungan selatan Banywangi di pantai selatan Jawa kurang mendapat perhatian dalam sejarah Indonesia. Yang banyak ditulis adalah Gunung Raung dan Pantai Timur di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 24 Mei 2023

Sejarah Pendidikan (8): Sekolah Kedokteran Pribumi Batavia dan Docter Djawa School; Garis Continuum Dokter - Doktor Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini di Indonesia sudah banyak fakultas kedokteran yang terdapat di berbagai universita. Namun semua itu berawal dari sekolah kedokteran pada era Hindia Belanda. Sekolah kedokteran dibuka pertama tahun 1851 di Batavia (kini Jakarta). Dalam perkembangannya sekolah kedokteran pribumi ini bertransformasi ke bentuk fakultas kedokteran. Dalam garis continuum sejarah inilah lahir dokter-dokter dan doctor-dokter Indonesia.


Delapan Jurusan Kedokteran Terbaik Indonesia 2022, Daya Tampung Vs Peminat Kompas.com. 20/09/2022. Seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkenal akan persaingannya yang ketat dengan jumlah peminat yang tinggi. Indonesia memiliki kampus dengan jurusan kedokteran yang masuk dalam pemeringkatan Times Higher Education Asia University Rankings 2022. Ranking didasarkan pada semua misi inti terkait pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan, dan pandangan internasional. Berikut 8 kampus dengan jurusan kedokteran di Indonesia dan jumlah daya tampung berdasarkan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2022. 1. Universitas Indonesia. 2. Universitas Airlangga. 3. Universitas Gadjah Mada. 4. Universitas Hasanuddin. 5. Universitas Sebelas Maret. 6. Universitas Brawijaya. 7. Universitas Diponegoro. 8. Universitas Padjadjaran. (https://www.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah sekolah kedokteran pribumi di Batavia dan Docter Djawa School? Seperti disebut fakultas kedokteran di Indonesia berawal dari sekolah kedokteran pada era Hindia Belanda (Docter Djawa School). Sekolah kedokteran adalah garis continuum Dokter dan Doktor Indonesia. Lanlu bagaimana sejarah sekolah kedokteran pribumi di Batavia dan Docter Djawa School? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (8): Pulau di Wilayah Banyuwangi; Boom, Santen, Watulayar dan Tabuhan Serta Pulau di Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Adakah pulau di wilayah Banyuwangi? Tentu saja ada. Apa menariknya dalam sejarah Banyuwangi? Okelah satu hal. Di masa lampau ada pulau besar di Banyuwangi, namun kemudian menghilang. Mengapa? Apakah ada pulau baru yang terbentuk? Pulau Boom dan pulau Santen dekat kota Banyuwangi adalah peulau-pulau yang terbentuk baru. Disebut pada masa ini ada pulau-pulau di tengah laut antara lain pulau Tabuhan di utara dan pulau Watulayar di selatan. Tentu saja banyak pulau di kecamatan Pesanggrahan.


Pulau Tabuhan Banyuwangi: Pulau Kecil Tak Berpenghuni di Tengah Selat Bali. Wisata Pulau Tabuhan Banyuwangi, pulau Tabuhan merupakan pulau kecil yang kosong atau tidak berpenduduk dengan luas sekitar 5 hektar, lokasi pulau berada diantara Pulau Jawa dan Bali, ditengah selat Bali. Pulau Tabuhan meski kecil tapi memiliki pantai berpasir putih yang luas, kehidupan bawah lautnya yang menakjubkan, serta flora dan fauna yang cantik dan satu-satunya lokasi di Banyuwangi yang ideal untuk aktivitas Kiteboarding. Di tengah-tengah pulau terdapat pohon-pohon hijau yang subur dan dikelilingi dengan pasir berwarna putih. Selain itu, kejernihan air laut yang unik ini bergradasi seperti biru mudah dan hijau muda jika di lihat dari kejauhan. Berlokasi di kecamatan Wongsorejo Banyuwangi. Akses menuju wisata Pulau Tabuhan ini bisa ditempuh dengan menggunakan perahu. Dari arah pantai kampe di Wongsorejo maupun dari arah Watudodol di kecamatan Kalipuro. Untuk bisa menyeberangi pulau tabuhan dari arah Banyuwangi hanya butuh waktu hingga 45 menit dengan menggunakan perahu. Kedalaman laut mulai dari tiga meter sudah dapat melihat banyak biota laut yang cantik-cantik. Misalnya saja seperti ikan yang berwarna warni dan terumbu karang. (https://www.exploreijen.com/2021/)

Lantas bagaimana sejarah pulau-pulau di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyuwangi ada pulau yang hilang dan ada pulau yang terbentuk baru. Pulau-pulau yang masih eksis di wilayah Banyuwangi antara lain Boom, Santen, Watulayar, Tabuhan dan pulau pulau di kecamatan Pesanggrahan. Lalu bagaimana sejarah pulau-pulau di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.