Kamis, 21 Desember 2023

Sejarah Bahasa (189): Bahasa Kolana atau Bahasa Wersing di Pulau Alor; Pelindungan Bahasa - Revitalisasi Bahasa Rawan Punah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Wersing (Kolana) (Wirasina) dituturkan di desa Kolana Utara, Alor Timur, dan juga di desa Maritaing, Maisamang, Elok, dan Kolana Selatan. Jumlah penutur berkisar 599 orang mendiami daerah pesisir pantai. Suku yang dominan di desa Kolana Utara adalah suku Sawila. Bahasa Wersing bahasa tersendiri dibandingkan bahasa-bahasa lain di sekitarnya seperti Nedebang, Alor, Batu, Deing, dan bahasa Kepo dengan perbedaan 81 persen.


Dua Bahasa di Alor Terancam Punah. Suryani Wandari Putri Pertiwi. Rabu, 16 Desember 2020. Kepala Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggaa Timur, Syaiful Bahri Lubis, menyatakan kondisi bahasa di NTT saat ini ada terancam punah, utamanya dua bahasa di Alor. Dari 72 bahasa daerah di NTT, ada dua bahasa yang menjadi fokus kami tahun depan yakni bahasa Sar dan bahasa Kafoa, keduanya terancam punah sebut Syaiful dalam webinar Revitalisasi Bahasa yang Terancam Punah, Rabu (16/12). Dijelaskan bahasa Sar merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Nule, kecamatan Pantar Timur. Saat ini, penuturnya hanya 1.125 jiwa di kampung Nuhawala dan kampung Adiabang.  Lebih lanjut disebut dengan jumlah penutur sebanyak itu, sudah terkategori terancam punah, bahasa ini juga sudah sedikit digunakan oleh penutur muda. Bahasa Sar bertetangga dengan bahasa Teiwa di sebelah timurnya dengan perbedaaan bahasa 87,5 persen. Sementara, di sebelah baratnya bertetangga dengan bahasa Deing.  (https://mediaindonesia.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kolana bahasa Wersing di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Kolana atau bahasa Wersing dituturkan di Alor Timur. Pelindungan bahasa dan revitalisasi bahasa rawan punah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kolana bahasa Wersing di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (188): Bahasa Adang di Pulau Alor; Banyak Bahasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Terbanyak Kabupaten Alor


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Adang adalah sebuah bahasa Timor-Alor-Pantar yang dipertuturkan di wilayah pulau Alor bagian barat laut, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Adang mempunyai dialek bernama "Aimoli". Atas dasar perbedaan linguistik dan identitas sosial, dialek itu dianggap sebagai bahasa terpisah dari bahasa Kabola. Kelompok populasi berbahasa Adang berada di kepala burung pulau Alor.


Kabupaten Alor sebagian besar tanah pegunungan terdiri tiga pulau besar dan pulau-pulau kecil. Disebutkan tempo dulu ada kerajaan Abui di pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Kerajaan berikutnya adalah Pandai dekat Munaseli dan kerajaan Bunga Bali di Alor Besar. Disebutkan tentara Majapahit tiba di Munaseli mereka temukan puing-puing kerajaan Munaseli penduduknya telah melarikan diri. Para tentara Majapahit banyak yang menetap di Munaseli. Galiau (Pantar) dalam Negarakartagama disebut terdiri 5 kerajaan: Kui dan Bunga Bali di Alor; Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan raja-raja mereka memiliki leluhur yang sama. Mereka juga memiliki hubungan darah dengan aliansi serupa di Solor dan Lembata. Pigafetta, sempat berlabuh di pantai Pureman 8-25 Januari 1522. Pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan pelabuhan dan pusat pemerintahan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi. Gereja pertama dibangun di Kalabahi (sekarang Gereja Pola) pada tahun 1912. (https://www.detik.com/))

Lantas bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Adang dituturkan di wilayah kepala burung pulau Alor. Banyak bahasa di provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak di kabupaten Alor. Lalu bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 20 Desember 2023

Sejarah Bahasa (187): Bahasa di Kerajaan Rokkas Tempo Doeloe; Kini Dialek Bahasa Rokkas di Wilayah Ngada, Flores Tengah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Rokkaa tinggal di selatan, suku Langos di barat laut, suku Weggos tinggal di selatan, suku Langos di barat laut, suku Weggos di barat laut suku-suku pemberani ini selalu dengan berani menawarkan keunggulan kepada Bima dan Ende. Rokkaa khususnya selalu menjadi musuh bebuyutan para perampok budak dan bajak laut Bima dan Ende, yang tak henti-hentinya menerima gelar yang patut dihormati (Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 16-09-1876).


Suku Ngada (Ngadha, Nad'a, Nga'da) adalah suku yang mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup ethnis ini umumnya adalah berladang, sebagian di sawah, ada pula yang beternak sapi, kerbau, kuda dan mayoritasnya beternak babi. Ethnis Ngada merupakan penutur [bahasa Ngada atau Rokka]. Berdasarkan perbedaan dialek-dialek bahasa, Kabupaten Ngada dibagi atas empat ethnis yakni Rokka, Riung, Nage, Bajawa, Masing-masing klan mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, seperti rumah adat, tarian, pakaian adat, dan lain-lain.

 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Rokkas tempo doeloe? Seperti disebut di atas tempo doeloe ada yang dikenal kerajaan Rokkas di pulau Flores Tengah. Kini salah satu kelompok populasi di Ngada di Flores Tengah. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Rokkas tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (186): Bahasa di Kerajaan Pamangkajoe Tempo Doeloe; Kini Nama Desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa dan kelompok populasi berkaitan di suatu wilayah. Besarnya ada yang setara kampong dan ada yang setara pulau. Ada yang pemimpinya raja kecil dan ada yang raja besar. Tempo dulu begitu banyak kerajaan. Di pulau Solor ada yang dikenal sebagai kerajaan Pamangkajoe. Tentu saja semua kerajaan itu telah hilang. Hal yang diwariskan misalnya disebutkan sebagai nama wilayah, nama pulua, nama desa atau nama bahasa. Nama kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe diduga kini menjadi nama desa Pamakayo.


Pamakayo merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Solor Barat, kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini merupakan satu dari 18 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Solor Barat. Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian besar bersuku daerah Flores. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Hasil pertanian utama di desa ini ialah kemiri, kakao dan lain-lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe? Seperti disebut diatas temo doeloe ada kerajaan bernama Pamakayo. Bahasa apa yang dituturkan di kerajaan tersebut? Kini nama desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Selasa, 19 Desember 2023

Sejarah Bahasa (185): Bahasa Kalela Pulau Lembata Diantara Bahasa Lamaholot dan Kedang; Bahasa Galela di Pulau Halmahera


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah provinsi Nusa Tenggara ada sebanyak 16 kelompok populasi dengan 68 dialek bahasa. Jumlah tersebut tidak sedikit di wilayah yang relatif kecil. Ada dialek bahasa yang penuturnya banyak dan ada juga yang sedikit. Bahasa Kalela terdapat di kecamatan Atadei dan kecamatan Naga Wutung di pulau Lembata.  


Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kalela (Kawela) merupakan bahasa tersendiri. Persentase perbedaannya di atas 81 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasalain, misalnya dengan bahasa Lamaholot dan Kedang. Dialek adalah Katakeja (Kalikasa), Lerek dan Boto. Sebaran di Kec. Atadei pulau Lembata kabupaten Lembata (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kalela di pulau Lembata diantara bahasa Lamaholot dan bahasa Kedang? Seperti disebut di atas bahasa dituturkan di pulau Lembata. Bahasa Galela di pulau Halmahera. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kalela di pulau Lembata diantara bahasa Lamaholot dan bahasa Kedang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (184): Bahasa Kedang di Pulau Lembata, Legenda Gunung Uyelewun dan Tene Mua ManuSama; Medang-Modang


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Kedang adalah bahasa yang digunakan suku Kedang. Penuturnya terdapat di pulau Lembata (pulau Lomblen) bagian timur laut, tepatnya di desa-desa di kaki gunung berapi. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Mengenal Suku Kedang, Suku di NTT yang Jarang Diketahui. Antonius Rian. Jumat, 24 Maret 2023. Floreseditorial.com - Salah satu suku di NTT jarang diketahui suku Kedang, salah satu suku di Kabupaten Lembata, khususnya Kecamatan Omesuri dan Buyasuri. Sesuai tuturan warga setempat, mayoritas orang Kedang berasal dari Uyelewun. Nenek moyang mereka diketahui, sesuai legenda, berasal dari puncak gunung Uyelewun. Sebagian penduduk suku Kedang lainnya berasal dari pulau Lepan Batan yang letaknya di antara pulau Pantar, Kabupaten Alor dan Lembata. Orang Kedang nenek moyangnya datang dari luar pulau Lembata dikenal sebutan tene mua' manu' sama yang bisa berarti mereka berlayar dan terdampar di wilayah Kedang dan bergabung bersama masyarakat yang nenek moyangnya berasal dari puncak gunung Uyelewun. Dengan demikian, masyarakat suku Kedang sangat heterogen dari berbagai aspek tetapi mampu berbaur menjadi satu (https://www.floreseditorial.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kedang di pulau Lembata, legenda gunung Uyelewun dan Tene Mua Manu Sama? Seperti disebut di atas bahasa Kedang dituturkan suku Kedang di pulau Lembata.  Medang di Jawa dan Modang di Batak. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kedang di pulau Lembata, legenda gunung Uyelewun dan Tene Mua Manu Sama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982