Kamis, 15 Februari 2024

Sejarah Bahasa (301):Penamaan Bahasa dan Pergantian Nama Bahasa di Indonesia Sejak Tempo Dulu; Geografi, Linguistik, Politik


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Indonesia awalnya Bernama bahasa Melayu di Indonesia. Lalu apa nama bahasa tersebut di masa lampau sebelum disebut bahasa Melayu. Apakah bahasa Austronesia. Seperti nama bahasa Batak? Demikian juga dengan nama-nama bahasa daerah di Indonesia pada masa ini, apakah namanya berbeda dengan nama masa lampau?


Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik. Abdul Gaffar Ruskhan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(3). Abstrak. Nama-nama geografi di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-macam, baik yang berasal dari bahasa Indonesia maupun yang berasal dari bahasa daerah masing-masing. Keberbagaian itu merupakan keunikan nama geografi yang kaya dengan budaya termasuk bahasanya dan bahwa terdapat pula nama geografi yang berasal bahasa asing. Namun, penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai nama geografi merupakan pilihan yang tidak dapat diabaikan. Dalam nama geografi, ada unsur generik dan unsur spesifik yang menjadi hal yang penting. Unsur generik itu merupakan unsur yang mengandung makna umum berupa kenampakan alam, seperti daratan dan perairan, serta. kawasan khusus, buatan, dan administratif. Sementara itu, nama spesifiknya adalah nama yang membatasi unsur generiknya. Unsur spesifik itu muncul dari penamaan masyarakatnya, yang tidak lepas dari nama generiknya.

Lantas bagaimana sejarah penamaan bahasa dan pergantian nama bahasa di Indonesia sejak rempoe doeloe? Seperti disebut di atas ada nama bahasa berbeda antara masa kini dengan masa lalo. Geografi, linguistic dan politik. Lalu bagaimana sejarah penamaan bahasa dan pergantian nama bahasa di Indonesia sejak rempoe doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (300): Bahasa Tebako di Daerah Aliran Sungai Membramo; Sungai Besar Sejak Era Portugis Hulu Sangat Jauh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Tebako dituturkan oleh masyarakat kampung Bareri, distrik Rufaer, kabupaten Mamberamo Raya, provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di kampung Tayai, Fauwi, Kordesi, Dofo, dan Foitau. Di sebelah barat kampung Bareri, yaitu kampung Taroure dan sebelah utara, yaitu kampung Pona dituturkan bahasa Biri. Di sebelah selatan kampung Bareri, yaitu lampung Obokui, dituturkan bahasa Obokuitai.

 

Rufaer adalah sebuah distrik di kabupaten Mamberamo Raya, Papua. Distrik Rufaer di daerah aliran sungai Memberamo terdiri kampong-kampong Bareri, Fona, Kai, Sikari, Taria, Tayai. Sungai Mamberamo adalah sebuah sungai sepanjang 1.102 km berhulu di Pegunungan Jayawijaya dan bermuara ke Samudera Pasifik. Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa Dani — mambe berarti 'besar' dan ramo berarti 'air'. Beberapa suku terasing bermukim di lembah sungai. Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di daerah hulu berupa Pegunungan Jayawijaya yang curam, dan di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Sedangkan di daerah hilir terdapat dataran yang berawa-rawa. Pada 1545, seorang pelayar bernama YƱigo Ortiz de Retez menelusuri daerah di sepanjang pesisir utara pulau hingga mulut sungai Mamberamo. Di lokasi ini, ia mengklaim pulau tersebut sebagai milik Kerajaan Spanyol dan menamakannya Nueva Guinea ('Nugini' dalam bahasa Spanyol) yang dikenal hingga kini. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tebako di daerah aliran sungai Membramo? Seperti disebut di atas bahasa Tebako di bagian tengah daerah aliran sungai Membramo. Sungai besar sejak era Portugis fulu sangat jauh di pedalaman. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tebako di daerah aliran sungai Membramo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 14 Februari 2024

Sejarah Bahasa (299): Bahasa-Bahasa Punah dan Ragam Bahasa di Pulau Papua; Lingua Franca Tempo Doeloe Lingua Franca Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Konon wilayah Papua punya 395 bahasa daerah. Artinya hampir 60% bahasa daerah yang dimiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia, punya Papua. Sebaliknya di wilayah pantai timur Sumatra dan kepulauan Riau semua berbasa Melayu dengan variasi dialeknya. Bagaimana dengan di Jawa? Di luar bahsa Sunda, bahasa Jawa yang meluas.


Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor Penyebab dan Implikasi Etnolinguistis. Fanny Henry Tondo. Abstract. This article tries to explain the language extinction phenomena in Indonesia particularly in accordance with factors that can cause the language extinction and its ethnolinguistic implications. There are some factors that can be identified as the reasons so that many languages are in the threshold of extinction. Those are the effects of major language, bilingual or multilingual community, globalization, migration, intermarriage, natural disaster, lack of appreciation towards ethnic language, lack of communication intensity using ethnic language in many domains, economic, and bahasa. Meanwhile, the language extinction can ethnolinguistically bring some implications. By the extinction of a language it could be the loss of knowledge on the internal aspects of it, that is, its structure. On the other side, it can bring implications to a loss of local knowledge and other cultural wealth of a certain ethnic using the language because they can only be known through the language used by its community, unless the language has been documented and revitalized (Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2 Tahun 2009).

Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa punah dan ragam bahasa di pulau Papua? Seperti disebut di atas ada anggapan sejumlah bahasa di Papua terancam punah. Lingua franca tempo doeloe lingua franca masa kini. Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa punah dan ragam bahasa di pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (298): Bahasa Yawa Bahasa Yava di Pulau Japen Pulau Yapen di Teluk Gelvink Teluk Cendrawasih; Bahasa Isolat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Yawa (Yava) adalah bahasa Papua di pulau Yapen tengah di Teluk Geelvink (Cenderawasih). Nama alternatifnya adalah Iau (tidak sama dengan bahasa Iau), Mantembu, Mora, Turu, dan Yapanani. Nama Yawa mirip nama Jawa. Mengapa?


Yava Stock-Level Isolate: Yava (Mantembu, Yapanani, Mora, Turu). Population 4500. Dialects: There are fifteen dialects, spoken in the following villages: Ariobu, Rasbori, Artanen, Dore, Tindaret, Kiriow; Sambarawai, Yobi; Ambaidiru, Mombon; Ariepi; Tatui, Abukarei, Aromarea; Sarawandori; Mariadei; Mantembu; Taraum, Kampong Baru, Woru; Tutu; Kabuaena; Yapanani-Borai; Konti-Unai, Kainui; Wadapi Darat; Saweru. (CL Voorhoeve. Languanges of Irian Jaya Checklist Preliminary Classification, Languange Maps, Wordlists (1976).

Lantas bagaimana sejarah bahasa Yawa bahasa Yava di pulau Japen pulau Yapen di teluk Gelvink teluk Cendrawasih? Seperti disebut di atas bahasa Yawa dituturkan di pulau Yapen di teluk Cendrawasih. Bahasa isolat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Yawa bahasa Yava di pulau Japen pulau Yapen di teluk Gelvink teluk Cendrawasih? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Selasa, 13 Februari 2024

Sejarah Bahasa (297): Bahasa Serui Orang Serui di Pulau Yapen di Teluk Cendrawasih; Pulau Japen - Teluk Gelvink Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Serui Laut, atau Arui, adalah bahasa Austronesia yang dituturkan di pulau Yapen, dan pulau Serui di kepulauan Ambai. Pulau Serui terletak di teluk Cenderawasih (dulu teluk Gelvink). Bahasa Serui adalah salah satu dari bahasa Yapen, dalam kelompok bahasa Halmahera Selatan–Bahasa Nugini Barat. Pulau Yapen adalah salah satu pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen terletak di selatan pulau Biak. Pulau-pulau sekitar: Biak, Num, Numfor dan Supiori.


Orang Serui (dikenal juga sebagai Serui Laut atau Arui) adalah kelompok etnis yang berdiam di pulau Yapen bagian tengah, pulau Nau di selatan pulau Yapen, Teluk Cendrawasih, Yapen Selatan, Yapen Barat, dan kepulauan Ambai. Daerah tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen, Jumlah populasinya sekitar 1.300 jiwa. Dari segi bahasa, bahasa suku Serui termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu-Polinesia Timur. Kata "Serui" berasal dari kata Arui-Sai yang dalam bahasa Serui Laut yang berarti "di atas laut", urutan penyebutan yang lebih sering adalah Sai-Arui yang kemudian pelafalannya berubah menjadi Serui. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Serui orang Serui di pulau Yapen teluk Cendrawasih? Seperti disebut di atas, bahasa Serui di pulau Yapen. Nama pulau Japen dan nama teluk Gelvink tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa Serui orang Serui di pulau Yapen teluk Cendrawasih? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (296): Bahasa Biak Orang Biak Pulau Biak; Garis Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe di Pulau Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Biak berasal dari kepulauan Biak di Teluk Cenderawasih. Orang Biak terdiri beberapa sub-suku, seperti Aimando, Betew, Kafdaron, Karon, Usba, dan Wardo yang kebanyakan telah bermigrasi dan menetap di Kepulauan Raja Ampat sejak abad ke-15. Penamaan Biak sendiri diawali zaman pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-17, orang Belanda memberi nama kepulauan Biak-Numfor dengan sebutan Schouten Eilanden. Ada juga yang menyebutnya Numfor, Mafor, Wiak, atau Vyak.


Bahasa Biak (WĆ³s Vyak) adalah salah satu bahasa Austronesia yang dituturkan di Provinsi Papua terutama di pulau Biak, pulau Numfor, dan sekitarnya. Penutur bahasa ini pada tahun 2000 berjumlah 30.000 orang. Bahasa Biak mempunyai beberapa dialek, antara lain: Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, Korem, Kaipuri, Manduser, Mofu, Opiaref, Padoa, Penasifu, Samberi, Sampori (Mokmer), Sor, Sorendidori, Sundei, Wari, Wadibu, Sorido, Bosnik, Korido, Warsa, Wardo, Kamer, Mapia, Mios, Num, Rumberpon, Monoarfu, V7ogelkop (Kepala Burung). Bahasa Biak berbeda dengan bahasa Serui Laut, Yawa Onare dan Waran Onate (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti disebut di atas bahasa Biak dituturkan di pulau Biak dan sekitar. Garis navigasi pelayaran perdagangan tempo doeloe di Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982