Rabu, 27 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (7): Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra Era Portugis; Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah narasi fakta dan data, fakta yang benar-benar ada atau terjadi dengan didukung bukti. Bukti-bukti sejarah masa lampau di Indonesia, sangat terbatas, hanya berupa teks prasasti atau bentuk lainnya. Dukungan teks dari asing sangat diperlukan untuk menambah pemahaman, terutama yang berasal dari Tiongkok dan dari Eropa. Salah satu sumber sejarah tentang keberadaan Kerajaan Aru yang jarang dicermati laporan seorang Portugis, Mendes Pinto.

 

Fernão Mendes Pinto (c.1509-8 Juli 1583) seorang penjelajah Portugis. Pelayarannya dicatat dalam Peregrinação;1614), memoar otobiografinya. Banyak aspek dari karya ini yang dapat diverifikasi. Pinto meninggalkan Lisbon 1537 menuju India melalui Mozambik. Lalu berlayar dengan kapal kargo Portugis ke Goa. Sejak tahun 1539, Pinto tetap berada di Malaka di bawah Pedro de Faria, kapten Malaka yang baru diangkat. Pinto diutus menjalin kontak diplomatic dengan kerajaan-kerajaan kecil yang bersekutu Portugis melawan umat Islam di Sumatera bagian utara. Pada tahun 1569, ia menemukan armada Ottoman yang dipimpin oleh Kurtoğlu Hızır Reis di Aceh. Setelah misi Pinto ke Sumatra, dia dikirim ke Patani, di pantai timur Semenanjung Malaya. Pinto melanjutkan operasi perdagangan di di Teluk Tonkin. Pinto memasuki Tiongkok dari Laut Kuning. Pinto memfasilitasi perdagangan antara Portugis dan Jepang. Pinto kembali ke Malaka lalu ke Goa. Sekembalinya Pinto ke Goa, Faria mengirimnya ke Banten, Jawa, untuk membeli lada untuk dijual ke Cina. Pada tahun 1558, Pinto kembali ke Portugal. Pinto memulai memoarnya pada tahun 1569 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti disebut di atas, sumber sejarah Kerajaan Aru di era Portugis berasal dari penulis-penulis Portugis. Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 25 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (6): Kerajaan Aru dan Era Navigasi Pelayaran Perdagangan; Apa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Mengapa ibu kota kerajaan masa lampau sulit ditemukan. Yang jelas minim data yang dapat dibaca dan apa yang dibaca sulit dinterpretasi. Para ahli pada era Pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan menemukan ibu kota Sriwijaya, kerajaan masa lampau karena banyaknya nama yang diyakini masing-masing peneliti. Tidak demikian dengan Kerajaan Aru, karena tarihnya masih terbilang muda. Apakah nama Aru sama dengan Haru? Yang jelas para ahli era Hindia Belanda ingin lekas menyelesaikan penyelidikan tetapi tidak buru membuat kesimpunan umum yang final. Bagaimana dengan para ahli sekarang?


Kerajaan Haru, kerajaan Batak Karo abad ke-13-16. Ibu kota Aru terletak dekat Kota Medan. Catatan sejarah terawal menyebut Kerajaan Haru dari catatan Tiongkok dinasti Yuan (akhir abad ke-13); Yingya Shenglan (1416) dari dinasti Ming. Nama Haru juga disebut dalam Nagarakretagama (1365) dan Pararaton (abad ke-15). Catatan Portugis dalam Suma Oriental awal abad ke-16 Masehi menyebut Aru sebagai kerajaan Makmur, kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatra memiliki wilayah kekuasaan luas dan pelabuhan ramai dikunjungi kapal asing. Peninggalan arkeologi yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru juga ditemukan di Kota China dan Kota Rantang. Pada abad ke-15, pemimpin Kerajaan Haru dan penduduknya kemungkinan besar telah memeluk agama Islam (Yingyai Shenglan 1416 oleh Ma Huan, yang ikut dalam pelayaran Cheng Ho. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin disebutkan bahwa kerajaan tersebut mengalami islamisasi (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti disebut di atas sejarah masa lampau sulit dipahami, semakin jauh ke masa lampau semakin sulit pula. Hal itulah mengapa Sriwijaya sulit ditemukan para ahli. Bagaimana dengan Kerajaan Aru yang lebih muda? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 24 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (5): Kerajaan Panai di Sumatra, Utusan Moor Ibnu Batutah dan Penjelajah Nicolo Conti;Kerajaan Majapahit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah soal timeline yang berkesinambungan. Kerajaan-kerajaan di Padang Lawas tetap eksis sementara kerajaan kuat di Jawa berada di Kerajaan Majapahit. Pada masa Kerajaan Singhasari terdapat hubungan dengan Kerajaan Panai di Padang Lawas. Apakah kemudian kemudian hubungan tersebut masih berlaku pada era Kerajaan Majapahit. Pada masa inilah utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti berkunjung ke pantai timur Sumatra.

 

Niccolò de' Conti seorang penjelajah berangkat dari Venesia tahun 1419. Serelah menetap di Damaskus, belajar bahasa Arab. Conti melintasi gurun ke Bagdad dan berlayar menyusuri sungai Tigris ke Basra. Masa ini juga ekspedisi Tiongkok dipimpin Zheng He. Conti kemudian berlayar melalui Teluk Persia ke Iran. Setekag belajar bahasa Persia, Conti kemudian menyeberangi laut Arab hungga di Gujarat dan mencapai Vijayanagar, ibu kota Deccan sebelum 1420 dan Maliapur di pantai timur India. Tahun 1421 Conti menyeberang ke Pedir di Sumatera bagian utara. Setelah satu tahun, Conti kemudian melanjutkan ke Tenasserim di Semenanjung Malaya. Lalu dari Burma berangkat ke Jawa dimana Conti menghabiskan sembilan bulan, sebelum lanjut ke Champa. Conti pulang melalui laut pada tahun 1439. Conti menggambarkan Asia Tenggara sebagai "yang melampaui semua kawasan lain dalam hal kekayaan, budaya dan kemegahan, serta berada di depan Italia dalam hal peradaban". Catatan perjalanan Conti konsisten dengan catatan penulis di kapal Cheng Ho, seperti Ma Huan (1433) dan Fei Xin (1436) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti disebut di atas penting untuk memahami timeline sejarah Padang Lawas dengan menggunakan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Perjalanan utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti menjadi penting. Sementara itu di Jawa Kerajaan Majapahit tengah Berjaya. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 23 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (4): Kerajaan Panai di Sumatra dan Penjelajah Marco Polo Asal Venesia; Kerajaan Singhasari di Jawa Timur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Ada satu masa di wilayah Padang Lawas yang hampir tidak terinformasikan. Itu terjadi setelah invasi Chola. Berapa lama invasi Chola di Sumatra juga tidak diketahui secara pasti. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah soal timeline yang berkesinambungan. Pada saat invasi Chola teesebut di Laut Mediterania terjadi dinamika politik baru. Dalam hal inilah penting untuk tetap perlu menyelidiki sejarah berkesinambungan di Padang Lawas.

 

Singasari (Singhasari, Singosari) suatu kerajaan di Jawa (timur) didirikan Ken Arok tahun 1222. Lokasi kerajaan kini diduga di daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singhasari juga disebut Tumapel. Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanagara sebagai raja muda, nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari ini kemudian justru lebih dikenal dari nama Tumapel. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Tiongkok dinasti Yuan Tu-ma-pan. Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri dengan raja Tunggul Ametung, yang mati dibunuh oleh pengawalnya sendiri Ken Arok. Ken Arok mengawini istri alm Tunggul Ametung bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian melepaskan Tumapel dari Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu berafiliasi dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kerajaan di Panai di Sumatra dan penjelajah Marco Polo asal Venesia? Seperti disebut di atas catatan sejarah di wilayah Padang Lawas minim pada era pasca invasi Chola. Saat kehadiran orang Eropa Marco Polo, di Jawa Kerajaan Singhasari di Jawa Timur semakin menguat. Lalu bagaimana sejarah kerajaan di Pantai Timur Sumatra dan penjelajah Marco Polo asal Venesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 22 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (3): Pane, Binanga, Sunggam, Angkola dan Mandailing; Invasi Chola di Sumatra dan Prasasti Tanjore 1030


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya prasasti Kedoekan Boekit (682), prasasti Tanjore (1030) juga banyak dibicarakan oleh para ahli. Lagi-lagi George Cœdès, seorang arkeolog Prancis yang juga membaca dan menerjemahkan kedua prasasti. Satu diantara yang ambil bagian dalam diskusi prasasti Tanjore adalah Gerret Pieter Rouffaer. Dalam prasasti Kedoekan Boekit ada nama Minanga disebut. Bagaimana di dalam prasasti Tanjore?

 

Prasasti Tanjore terdapat pada kuil Parijatavanesvara di Tirukkalar, distrik Tanjore (Thanjavur), India. Prasasti ini merupakan peninggalan dari raja-raja dinasti Chola di Koromandel, selatan India. Isi dari teks prasasti dengan penanggalan peristiwa Rajendra Chola I naik tahta pada tahun 1012 dan tentang penaklukan beberapa kawasan termasuk di nusantara serta penawanan raja Kadaram, beserta negeri-negeri Sriwijaya: Vidyadhara-torana, kota pedalaman yang luas, gerbang kemakmuran Sriwijaya; Pannai dengan kolam air, Malaiyur dengan benteng di atas bukit; Mayirudingam dikelilingi oleh parit; Ilangasogam yang tak gentar dalam pertempuran sengit; Mappappalam dengan air sebagai pertahanan; Mevilimbangam, dengan dinding tipis sebagai pertahanan; Valaippanduru, memiliki lahan budidaya dan hutan; Takkolam yang memiliki ilmuwan; pulau Madamalingam berbenteng kuat; Ilamuri-Desam, yang dilengkapi dengan teknologi hebat; Nakkavaram yang memiliki kebun madu berlimpah; dan Kadaram berkekuatan seimbang, dengan tentara memakai kalal. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Pane, Binanga, Sunggam, Angkola dan Mandailing? Seperti disebut di atas, nama Pane, Binanga, Soenggam, Angkola dan Mandailing disebut dalam prasasti Tanjore, suatu prasasti yang mengindikasikan invasi Chola di Sumatra tahun 1025. Lalu bagaimana sejarah nama Pane, Padang Lawas, Mandailing dan Angkola? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 21 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (2): Kawasan Situs Percandian ‘Metropolitan’ di Padang Lawas; Prasasti dan Candi Terluas di Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Di Sumatra bagian utara, candi dan prasasti hanya ditemukan di wilayah Padang Lawas (Tapanuli bagian selatan). Untuk kawasan seluas Padang Lawas, jumlahnya sangat banyak sebanyak 26 situs candi dan boleh dikatakan terpadat di Nusantara. Namun sangat disayangkan percandingan Padang Lawas selalu dari waktu ke waktu diremehkan. Perhatikan judul berita-berita yang mengerdilkan berikut: hanya ada 6 candi faktanya ada 26 situs. Disebut hanya sebatas Sumatra Utara dan hanya sebatas peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Utara. Mengapa bisa begitu?

 

Miliki 6 Candi, Padang Lawas Jadi Situs Hindu-Buddha Terbesar di Sumut. 27/05/2021 (https://regional.kompas.com/); Padang Lawas, Situs Hindu-Budha Terbesar di Sumatera Utara. Senin, 23 September 2019 (https://indonesia.go.id/); Sejarah Candi Bahal, Jejak Sriwijaya di Sumut Lokasi Peringatan Waisak 2023. Minggu, 04 Jun 2023 (https://www.detik.com/); Candi Bahal, Kompleks Percandian Terluas di Sumatera Utara. 23/01/2023 (https://www.kompas.com/); Menelusuri Sejarah Candi Bahal Peninggalan Sriwijaya Sejak Abad Ke-11. 20 Desember 2023 (https://www.goodnewsfromindonesia.id/); 7 Fakta Candi Bahal Portibi, Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumut. 27 Apr 22 (https://sumut.idntimes.com/); Candi Bahal Portibi, Peninggalan Sriwijaya di Sumatera Utara. Sabtu, 25 Agustus 2018 (https://daerah.sindonews.com/)

Lantas bagaimana sejarah kawasan ‘metropolitan’ percandian di Padang Lawas? Seperti disebut di atas percandian Padang Lawas kurang mendapat perhatian, namun jikapun ada yang ingin memperhatikan tetapi narasinya sengaja tidak sengaja dikerdilkan. Lalu bagaimana sejarah kawasan ‘metropolitan’ percandian di Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.