*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Apa itu teluk naga? Itu adalah nama desa dan juga sekaligus nama kecamatan di Kabupaten Tangerang. Bukan itu yang dimaksud. Yang ingin ditanyakan adalah apakah nama Teluknaga di Tangerang dulunya adalah benar-benar suatu teluk? Apa, iya? Desa Teluknaga pada masa ini berada di sisi timur sungai Cisadane yang lokasinya jauh dari lautan. Namun pertanyaan tetaplah membutuhkan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan keingintahuan.
Apa itu teluk naga? Itu adalah nama desa dan juga sekaligus nama kecamatan di Kabupaten Tangerang. Bukan itu yang dimaksud. Yang ingin ditanyakan adalah apakah nama Teluknaga di Tangerang dulunya adalah benar-benar suatu teluk? Apa, iya? Desa Teluknaga pada masa ini berada di sisi timur sungai Cisadane yang lokasinya jauh dari lautan. Namun pertanyaan tetaplah membutuhkan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan keingintahuan.
Peta kuno Teloknaga di muara sungai Tangerang |
Teluknaga itu sejatinya tempoe doeloe adalah suatu teluk. Suatu teluk
yang diberi nama Naga. Dengan kata lain seluruh wilayah kecamatan Teluknaga
yang sekarang di masa lampau adalah lautan (muara sungai Tangerang atau sungai Tjisadane). Bagaimana cara membuktikannya? Tentu
saja kita harus menggali data sebanyak mungkin, lalu kemudian menganalisisnya.
Dalam hal ini, sumber data utama adalah peta-peta kuno. Sumber-sumber pendukung
lainnya adalah surat kabar, majalah dan buku serta Daghregister (catatan harian
Kasteel Batavia). Untuk membuktikan bahwa Teluknaga berasal dari suatu teluk,
mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Untuk sekadar catatan: Tidak
hanya kecamatan Teluknaga (di Kabupaten Tangerang), tetapi juga kecamatan Muara
Gembong (di Kabupaten Bekasi) juga dulunya adalah lautan (muara sungai Karawang atau sungai Tjitaroem).
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Sungai Tangerang dan Proses Sedimentasi Meletusnya Gunung Salak
Peta yang lebih tua menunjukkan di muara sungai Tangerang terdapat tiga
ukuran pulau-pulau: ukuran besar, ukuran sedang dan lima ukuran kecil. Dengan
memperhatikan garis yang dibuat mengitari pulau-pulau tersebut menunjukkan
tempat dimana pulau-pulau itu berada di perairan dangkal. Semua pulau-pulau di
perairan dangkal ini diduga kuat adalah pulau yang terbentuk karena proses
sedimentasi. Garis perairan dangkal ini untuk membedakan dengan dua pulau di
lepas pantai, yakni pulau Rambut dan pulau Pramuka.
Proses sedimentasi dan pembentukan aliran sungai yang baru |
Pada peta yang lebih muda (Peta 1690) pulau-pulau
kecil tersebut telah menyatu menjadi pulau tunggal. Proses sedimentasi telah
berlangsung lebih cepat jika dibandingkan pada masa lampau. Hal ini diduga
karena di daerah aliran sungai Tangerang hingga ke hulu sejak tahun 1659 telah
terjadi pembukaan lahan pertanian oleh para pedagang VOC.
Proses
yang terjadi di seputar muara sungai Tangerang ini tampaknya sesuai gambaran
yang telah dilukiskan oleh seorang penulis Portugis Barbados dalam bukunya
1534. Disebutnya di pantai utara Jawa terdapat beberapa pelabuhan penting
diantaranya Tangaram (pelafalan nama Tangerang oleh orang Portugis yang ditulis
ke dalam teks). Tentu saja pelabuhan Tangaram ini berada di pantai, yakni di
muara sungai Tangerangf. Dalam hal ini boleh jadi pulau-pulau sedimen ini belum
menjadi penghalang menuju pelabuhan (muara) Tangaram.
Jalur navigasi sungai menuju Tangerang (Peta 1709) |
.
Namun dalam perkembangannya, cabang utama sungai
bergeser dari yang tegak lurus ke utara (cabang pertama) menjadi cabang yang
berbelok mengarah ke timur (cabang keempat). Mengapa itu bisa terjadi? Besar
duagaan bahwa cabang sungai pertama (cabang utama) telah terjadi proses
pendangkalan yang mengakibatkan arus air dari sungai Tangerang menjadi jalan
keluar melalui cabang sungai yang lebih dalam. Cabang sungai yang keempat akan
relatif lebih dalam karena tidak ada proses sedimen yang lebih radikal terjadi.
Peta 1724 dan peta sesudahnya |
Pada Peta 1724 pulau-pulau sedimen yang terbentuk
di muara sungai Tangerang telah diidentifikasi sebagai pulau besar. Ada dua
jalur navigasi yang tersisa. Namun jalur navigasi utama telah bergeser pada
cabang sungai yang mengarah ke pulau Onrust. Seperti disebutkan sebelumnya,
pulau Ontoeng Djawa telah diganti namanya menjadi pulau Amsterdam. Lalu nama
Ontoeng Djawa atau Ontong Java ditabalkan pada ujung pulau sedimen yang
terbentuk sebagai nama tanjung, yakni Tandjoeng Ontong Java atau Tandjoeng Pasir
(mungkin dari asal usulnya: tanjung yang permukaannya pasir).
Muara Sungai Tangerang dan Teluk Naga
Pada permulaan orang Eropa/Belanda membuka lahan
di daerah aliran sungai Tangerang (1670an), muara sungai Tangerang terletak di sekitar
Teluk Naga yang sekarang. Orang yang bermukim di sekitar muara sungai ini
diduga adalah orang-orang Tionghoa. Nama pemukiman (kampong) orang-orang
Tionghoa ini disebut kampong Moeara. Sementara orang-orang Melayu bermukim di
arah timur teluk (sekitar kampong Melayu yang sekarang).
Dalam
perkembangannya, sehubungan dengan pembukaan lahan di arah hulu sungai
Tangerang, lambat laun teluk mengalami proses sedimentasi yang kemudian
membentuk pulau-pulau baru. Pulau-pulau ini terus berkembang sehingga antar
satu pulau dengan pulau yang lainnya menyatu menjadi daratan yang luas. Kampong
Moea (Tionghoa) dan kampong Melajoe menjadi terlindung oleh deretan pulau-pulau
baru yang bertransformasi menjadi darata. Proses serupa juga banyak ditemukan
di tempat lain seperti di Batavia, Semarang dan Soerabaja dan Deli. Pada
peta-peta awal, sungai Deli bermuara di teluk Belawan. Pada awalnya di dalam
peta diidentifikasi sebuah pulau kecil di tengah teluk (pulau Sitjanang). Akan
tetapi pulau (sedimen) itu berkembang dan menutupi seluruh teluk. Seperti
halnya di teluk Naga (Tangerang) akibat terjadi proses daratan yang kemudian membentuk dua cabang sungai utama,
di Deli juga terbentuk dua cabang sungai utama (sungai Deli dan sungai Belawan,
karena di teluk tersebut bermuara sungai Deli dan sungai Belawan). Dalam
perkembangannya, menyatu pulau Sitjanang dengan daratan menyebabkan pelabuhan
tua terjepit (diduga kini sebagai situs Kota Cina). Proses sedimentasi ini
mengalami percepatan karena meletusnya gunung Sibajak dan gunung Sinaboeng. Dalam
perkembangan lebih lanjut di cabang sungai Deli di muara yang baru terbentuk
perkampongan baru yang disebut kampong (Laboehan) Deli. Seluruh teluk Belawan
kini telah tertutup oleh daratan.
,
Sehubungan dengan tertutupnya teluk nama kampong
Moeara telah berubah menjadi nama kampong baru yak kampong Teloknaga. Oleh
karena muara sungai Tangerang sebagai penanda navigasi telah bergser ke arah
timur, muara sungai Tangerang yang baru ini kemudian dikenal sebagai kampong
Moeara. Pada era VOC kampong Moeara yang baru ini disebut de Qual (kmapong
Moera ini masih eksis hingga sekarang). Lalu dalam perkembangannya, antara
kampong kampong Melajoe dengan kampong Moeara (di pantai) bermunculan
kampong-kampong baru seperti kampong Tegal Angoes, kampong Ketapang dan kampong
Lemo.
Fort Tangerang (1695) |
Pada tahun 1674 orang Eropa/Belanda membuka lahan
pertanian di daerah aliran sungai Tangerang. Untuk melindungi mereka dari musuh
mereka membangun benteng (palisade) yang terbuat dari bahan kayu dan bambu.
Pada tahun 1680 terjadi perang saudara di Banten. Dampak perang saudara di
Banten, situasi di sisi timur sungai Tangerang tempat orang Eropa/Belanda
membangun pertanian menjadi terganggu. Cornelis van Mook pada tahun 1680 mulai
merintis membangun kanal dari benteng Tangeran ke arah timur menuju Batavia.
Kanal ini dimaksudkan untuk jalur pelayaran dari Tangerang ke Batavia. Kanal
ini selesai pada tahun 1687 yang kemudian disebut kanal Mookervaart (sesuai
nama pembuat kanal).
Fort Moeara (de Qual), 1764 |
Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan Cina di
Batavia. Pemerintah VOC/Belanda melancarkan serangan terhadap kantong-kantong
Tionghoa di Batavia yang menimbulkan korban sekitar 10.000 orang Tionghoa.
Orang-orang Tionghoa melarikan diri dari Batavia dan banyak yang berpindah ke
daerah aliran sungai Tangerang. Sejumlah tempat diduduki oleh orang Tionghoa
diantaranya land Kedawoeng dan pos militer di Moeara (de Qual) dekat pantai di
seberang pulau Onrust. Militer VOC/Belanda mengusir mereka dari dua tempat itu.
Sejak kerusuhan 1740 ini diduga orang-orang migran Cina yang melarikan diri
dari Batavia mulai membangun kampong-kampong baru antara Kampong Melajoe dan
kampong Moera.
Kampong Kalimati sungai Tjisadane di Teloknaga (Peta 1888) |
Setelah VOC dibubarkan tahun 1799, Pemerintah
Hindia Belanda melalui kebijakan Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), sebagian
land Tangerang dibeli pemerintah untuk membentuk kota. Pemerintah Hindia Belanda
melalui pemerintah lokal di Tangerang mulai membangun pertanian penduduk.
Selama ini pembangunan pertanian hanya berlangsung di dalam land. Pemerintah
memperluasnya dengan mendorong dan mengarahkan penduduk.
Kalibaru, Kalimati Tjisadane dan Kampong Moeara (Peta 1888) |
Untuk menekan dampak banjir pada daerah aliran
sungai terutama wilayah yang berada antara land Pakadjangan hingga Moeara,
pemerintah mulai mengeruk cabang pertama sungai Tangerang . Cabang sungai ini
akan dijadikan saluran utama kembali sungai Tangerang menuju laut (Tandjoeng
Boroeng). Cabang pertama sungai yang dikeruk ini kemduian dikenal sebagai Kali
Baroe. Dengan demikian, debit air sungai Tangerang yang melalui kampong Melajoe
hingga kampong Moeara akan semakin mengecil. Dalam perkembangannya, lambat laun
sungai ini menjadi mati dan penduduk menyebutnya sebagai kalimati. Area sekitar
pangkal sungai Tjisadane/sungai Tangerang yang ditutup ini menjadi perkampunga penduduk
yang namanya disebut kampong Kalimati.
Situasi dan kondisi (kecamatan) Teloknaga pada masa ini |
Pada tahun 1913 membangun bendungan di sungai
Tjisadane. Tujuan pembangunan bendungan ini terutama ditujukan untuk membangun
irigasi pertanian ke arah wilayah daerah aliran sungai Kalimati dan tujuan
untuk meningkatkan debit air kanal Mookervaart. Peningkatan debit air
Mookervaart ini dimaksudkan untuk dua tujuan yakni untuk mempertahankan
pelayaran kanal dan dan juga untuk pembangunan irisgasi di sepanjang dua sisi
kanal Mookervaart mulai dari Tanah Tinggi hingga Pesing.
Sejak berkembangnya daerah aliran sungai Kalimati
(ke arah kampong Meoera) dan daerah aliran sungai Kali Baroe (ke arah Tandjoeng
Boeroeng), maka Pemerintah Hindia Belanda melakukan pemekaran wilayah District
Maoek dengan membentuk Onderdistrict yang baru di Teloknaga yang beribukota di
kampong Teloknaga. Posisi GPS kampong Kalimati tersebut, pada masa ini diperkirakan
tepat berada di desa Kampung Melayu Barat, kecamatan Teluk Naga.
Pada era Republik Indonesia (pasca pengakuan kedaulatan Indonesia),
onderdistrict Teloknaga dijadikan sebagai satu wilayah kecamatan, yakni
kecamatan Teloknaga (hingga sekarang). Nama-nama desa di kecamatan Teluknaga
lihat kembali di awal tulisan ini. Beberapa nama desa di kecamatan Teluk Naga
yang memiliki riwayat lama adalah desa Telok Naga (suatu teluk, dimana muara
sungai Tangerang yang pertama); desa Muara (suatu muara sungai Tangerang yang kedua)
dan desa Tanjung Burung (muara sungai Tangerang yang ketiga). Tentu saja nama
desa Kampong Melayu (barat dan timur). Di desa Kampong Melayu Barat tempo
doeloe terdapat nama kampong Kalimati. Tentu saja nama desa Tanjung Pasir
(tempo doeloe disebut Oentong Djawa, karena orang Belanda mengganti nama pulau
Oentoeng Djawa dengan nama baru pulau Amsterdam).
jarang sekali orang2 yang mengerti akan sejarah daerah.
BalasHapusbang mohon izin untuk pake referensinya
BalasHapusSilahkan saja, Salman. Selamat belajar sejarah
HapusPak mohon izin bertanya dari mencari sumbernya dari artikel ini dimana ya? Saya ingin tau lebih dalam terimakasih
Hapusmohon ijin tentang sejarah desa saya teluknaga.
BalasHapusbagus
BalasHapusSaya aali warga hp. Kalimati...sekarang sudah diganti menjadi hp.kalijaya, tp walaupun nama kp.kalimati sudah diganti nama kp.kalijaya sebutan warga kp. Kalimati masih tetap melekat dan masih disebut2 sampai sekarang. Lokasi cabang belokan dari sungai cisadane ke kp. Kalimati pun lokasinya saya tau titiknya
BalasHapusSaya tahu lokasinya karena saya asli kp. Kalimati. Terimakasih sudah menulis artikel ini
BalasHapusMaaf kalau saya boleh bertanya apa asal usul deah Bojong renged
BalasHapusBojo recet
HapusMohon ijin untuk dijadikan salah satu referensi penyusunan story lan sendratari Teluknaga
BalasHapusSilahkan saja. Semoga bermanfaat
Hapus