Tampilkan postingan dengan label Sejarah CIREBON. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah CIREBON. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Mei 2023

Sejarah Cirebon (30): Tegal, Tagal Tetangga Cirebon di Pantai Utara Jawa; Gunung Tagal hingga Gunung Ciremai Jauh di Padalaman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kota Tegal bermula dari nama Tagal. Gunung tinggi di pedalaman diidentidikasi sebagai gunung Tagal (kini dikenal dengan nama gunung Slamet). Gunung ini dapat dinavigasi dari pantai utara melalui sungai Tagal yang di bagian hilir dapat menggunakan perahu. Berbicara sejarah Tegal tidak terpisahkan dari sejarah di Cirebon sendiri. Penanda navigasi kota pelabuhan Cirebon adalah gunung Ciremai.


Kota Tegal kota di provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan kabupaten Brebes di barat, Laut Jawa di utara, kabupaten Tegal di selatan/timur. Hari jadi Kota Tegal 12 April 1580. Nama Tegal mengacu tegalan, tetegil (ladang), atau nama sebuah desa mulanya bagian kabupaten Pemalang yang setia kepada trah Kerajaan Pajang. Pada masa lalu, Tegal desa kecil terletak di tepi muara Kali Gung, nama Tetegal, bandar hasil bumi, yang perairannya diatur Ki Gede Sebayu di Danawarih. Ki Gede Sebayu menamakan Tegal. Versi lain Tegal berawal dari kedatangan Tome Pires, Portugis ke sebuah pelabuhan tua di muara Kali Gung abad ke-15, menyebut pelabuhan dengan nama Teteguall. Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Jurudemung (demang) atau sesepuh oleh Bupati Pemalang. Pengangkatan terjadi 12 April 1580. Pelabuhan sebelah barat kota Tegal, kini bernama Muaratua (Tegalsari), kemudian pindah ke Muara bagian timur atau Muara Bacin. Pada masa Mataram, Tegal bagian dari kekuasaannya dan masa pemerintahan kolonial, oleh pemerintah di Batavia. Pada tahun 1677 Amangkurat II kontrak dengan VOC, daerah Jepara dan Tegal suatu tempat yang tersisa di sepanjang pesisir utara Jawa yang belum dikuasai oleh Pasukan Trunojoyo. Perbatasan wilayah antara kompeni dan Mataram menggunakan patokan sungai Tjilosari (Ci Sanggarung). Berkat jasa VOC terhadap Mataram pada waktu membantu pemberontakan Trunojoyo, maka tahun 1680 VOC mengangkat dirinya sebagai penguasa di pesisir Jawa, termasuk di Tegal membangun benteng. Tahun 1729, Tegal ditetapkan sebagai gewest dipimpin seorang Belanda. Kota Tegal ditetapkan sebagai ibukota gewest Tegal, meliputi Pemalang, Tegal, dan Brebes. diangkat J. Thierens sebagai Residen. Pada tahun 1906, Tegal status gemeente. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Tegal, Tagal tetangga Cirebon di pantai utara Jawa? Seperti disebut di atas kota Tegal bermula sejak awal navigasi pelayaran perdagangan dengan penanda navigasi gunung Tagal. Idem dito dengan Cirebon dengan pananda navigasi gunung Ciremai. Bagaimana dengan populasi penduduk diantara gunung Tagal hingga gunung Ciremai di belakang pantai di padalaman? Lalu bagaimana sejarah Tegal, Tagal tetangga Cirebon di pantai utara Jawa?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (29): Indramayu di Wilayah Cirebon Bermula Kampong Kecil; Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu di Pedalaman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Indramyu? Nah, itu dia. Seperti sejarah asal-usul kota atau wilayah di berbagai tempat hanya dikisahkan saja. Namanya kisah, entah kapan itu terjadi. Namun sejarah adalah narasi fakta dan data. Dalam hal inilah ada perbedaan antara kisah dengan sejarah. Kisah itu sendiri di berbagai daerah disebut seperti babad, tambo, hikayat dan turi-turian. Satu yang pasti sejatahj Indramayu bermula di daerah aliran sungai Cimanuk.

 

Pendiri Indramayu. Di daerah Bagelen di Banyu Urip tinggallah Tumenggung Bernama Gagak Singalodra, lima orang putra, diantaranya Raden Bagus Arya Wiralodra, putra ketiga berjiwa besar ingin membangun suatu Negara diwariskan kelak. Raden Wiralodra menjalankan tapa brata di perbukitan Melayu di Gunung Sumbing. Setelah tiga tahun, mendapat wangsit “apabila engkau ingin berbahagia serta keturunanmu dikemudian hari, pergilah merantau ke arah matahari terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk. dan tebanglah hutan belukar secukupnya untuk mendirikan sebuah pendukuhan dan menetaplah di sana. Kelak tempat itu akan subur dan makmur dan akan memerintah di sana”. Raden Arya Wiralodra kembali ke Banyu Urip menyampaikan wangsit kepada Ayahandanya. “ Hai Anakku Wiralodra betapapun berat hati ayah melepaskanmu mencari Sungai Cimanuk, ayah menghargai, berhati-hatilah hidup di rantau orang, bawalah Tinggil untuk menyertai perjalananmu.” Diceritakan bahwa perjalanan Raden Wiralodra dan Ki Tinggil memakan waktu 3 tahun. Ia pun terus berjalan menuju arah matahari tenggelam. Akhirnya suatu senja, sampai di sebuah sungai yang amat besar, betapa sukaria hatinya karena disangka sungai itu adalah Sungai Cimanuk yang sedang dicarinya. Berkata Raden Wiralodra pada Ki Tinggil, “ Rupanya inilah Sungai Cimanuk yang sedang kita cari.”Ki Tinggil menjawab, “Hamba pikir lebih baik ambil istirahat sampai besok pagi.” Pada keesokan paginya ada seorang kakek yang memperhatikan Raden Wiralodra dan Ki Tinggil yang tertidur lelap, kakek itu mendekati lalu berkata, “Hai kisanak, siapakah kalian bedua? Kenapa tidur di situ?” Ki Tinggil dan Raden Wiralodra terkejut melihat kakek yang tiba-tiba ada di hadapannya lalu Raden Wiralodra menjawab, “kek kami tertidur dan perlu kakek ketahui bahwa Saya Raden Wiralodra dan Ki Tinggil. Kami dari Banyu Urip”. Kemudian Raden Wiralodra bertanya sambil menatap wajah kakek tersebut.“kek, apakah ini Sungai Cimanuk yang selama ini saya cari?” (https://indramayukab.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah Indramayu di wilayah Cirebon bermula kampong kecil? Seperti disebut di atas, dalam narasi sejarah haruslah dipisahkan cerita atau kisah di satu sisi dan fakta dan data di sisi lain. Untuk memahami asal usul kota Indramayu yang kemudian menjadi nama wilayah harusnya mempelahari daerah aliran sungai Cimanuk berhulu di pedalaman. Lalu bagaimana sejarah Indramayu di wilayah Cirebon bermula kampong kecil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 06 Mei 2023

Sejarah Cirebon (28): Raden Soedja, Notaris Generasi Pertama; Daftar Tokoh di Cirebon Sunan Gunung Jati dan Tokoh Masih Hidup


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Siapa Raden Soedja? Nyaris tidak terinformasikan. Fakta Raden Soedja adalah salah satu notaris Indonesia generasi pertama. Raden Soedja berasal dari Cirebon. Dalam daftar tokoh asal Cirebon pada masa ini, tidak disebut nama Raden Soedja. Uniknya hanya mendaftar nama-nama generasi di tempo doeloe seperti Sunan Gunun Jati dan Maulana Hasanuddin dan nama-nama yang terkesan masa kini. Ada jarak yang lebar antara generasi baheula dengan generasi zaman Now. Mengapa bisa begitu? Fakta bahwa di daerah lain juga begitu. Apakah ada yang salah?


Aan Rohanah A Abbas Ismeth Abdullah Adib Alfikri Saleh Afiff AS Ismail Ahmad Zaenudin Arief Natadiningrat Ason Sukasa Atet Wiyono Mpok Atiek B Barda Nawawi Arief Irish Bella Sam Budigusdian Pitradjaja Burnama Ali Bustomi Buya Yahya Embie C. Noer Marissa Christina Claudia Santoso Dianda Sabrina Rokhmin Dahuri Datuk Kahfi Dedi Supardi Chitra Dewi Dunidja Daswita Elang Kusnandar Emon Bratadiwidjaja Endang Setyawati Thohari Ahem Erningpradja Eti Herawati Gerrit Faulhaber Gina Fizriya Ali Geno H. Subrata Makhtum Hannan Haryadi Suadi Hasan Alwi Heri Sulistianto Helsi Herlinda Sri Heviyana Charly van Houten Imron Rosyadi Saira Jihan Rico Karindra Kenedy Aboeng Koesman Affandi Kuntara Sri Lintang Madsuni Maqdis Shalim Alfarisi Maruto Nitimihardjo Maulana Hasanuddin Cindy May McGuire Yogie Suardi Memet Mochammad Insyaf Supriadi Moehamad Soeparno Mohamad Kusnaeni Mohammad Ali Mohammad Syahrif Muhammad Abdullah Syukri Djoko Munandar Nana Sudjana Narji Nasrudin Azis Vicky Nitinegoro Arifin C. Noer Toto Nurwanto Pandu Kartawiguna Panembahan Ratu I Pangeran Madrais Pangeran Walangsungsang Sunjaya Purwadi Sastra Wianda Pusponegoro Boy Syahril Qamar N Qomar RD Manggala Ratu Raja Arimbi Nurtina C Reza N Riantiarno AM Saefuddin Said Aqil Siroj AA Saputra Satori SA Gantina Herrie Setyawan RM Sewaka S Baharsjah ST Burhanuddin Kaboel Suadi Peggy Melati Sukma Sunan Gunung Jati Thomas Suratno Alam Surawidjaja Catherine Surya Bambang Suryo Aji Ricky Karanda Suwardi Ahmad Syaikhu Abdullah Syathori Tadjus Sobirin Tarmin Hariadi Tasiya Soemadi Taufik Hidayat Tjun Tjun Tina Toon Toto Sudarto Bachtiar Agus Triyono Umi Dachlan Vicky Kalea Wahyu Tjiptaningsih Djair Warni Kardaya Warnika Wastum Nani Widjaja Candra Wijaya Rendra Wijaya Yanuar Prihatin Yoe Sin Gie Yogie S Memet Yogie S. Memed Yudha Khan Dewi Yull HF Zaini M (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Raden Soedja, notaris generasi pertama? Seperti disebut di atas Raden Soedja adalah notaris Indonesia generasi pertama di era Pemerintah Hindia Belanda. Namanya kurang terinformasikan. Tidak hanya Raden Soedja, tetapi banyak lagi. Yang ada dalam daftar yokoh asal Cirebon hanya yang berasal dari era Sunan Gunung Jati hingga era masa kini termasuk yang masih hidup. Mengapa nama-nama yang begitu banyak terlupakan dan terabaikan? Lalu bagaimana sejarah Raden Soedja, notaris generasi pertama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (27): Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan Nama Rumah Sakit Cirebon; Asikin Jadi Marga Baru Cirebon?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama Asikin dari masa ke masa ditemukan di Cirebon. Nama ini sebenarnya nama biasa saja tetapi lambat laun menjadi nama yang luar biasa. Banyak yang menggunakan nama Asikin (seakan menjadi marga). Itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah siapa Dr Asikin? Lantas yang menjadi pertanyaan, biasanya yang ditabalkan menjadi nama rumah sakit adalah dokter terkenal. Memang sih tidak seharunya, yang jelas nama rumah sakit pusat di (kota) Cirebon disebut RSU Sunan Gunung Jati. Ini terkesan seakan kurang dipahami siapa Sunan Gunung Jati dan terkesan pengabaian terhadap nama-nam dokter penting asal Cirebon.


Prof. Dr. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema alias R.D. Asikin Wijayakusumah atau dibaca Jenal Asikin Wijaya Kusumah (lahir di Manonjaya, Tasikmalaya 07 Juni 1891 meninggal tahun 1963) adalah salah satu Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia juga dikenal sebagai dokter sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Asikin lulus dari STOVIA pada tahun 1914 dan meraih gelar kedokteran di Universitas Amsterdam pada tahun 1925. Dia terlibat dengan beberapa laboratorium kedokteran di Eropa sebelum kembali ke Indonesia. Ia menulis tentang berbagai metode analisa sampel darah dan kegunaannya dalam hasil diagnosa. Asikin menjadi asisten pengajar di Batavia Medical School dan wakil kepala divisi penyakit dalam di rumah sakit yang bersebelahan dengan sekolah tersebut (sekarang adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Ia ditetapkan sebagai profesor di FKUI pada 1950. (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Dr Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan nama rumah sakit Cirebon? Seperti disebut di atas, nama rumah sakit umum di (kota) Cirebon disebut Sunan Gunung Jati. Diantara dokter-dokter tempo doeloe ada nama Dr RD Asikin WK. Nama Asikin banyak digunakan, apakah telah menjadi marga baru di Cirebon? Lantas bagaimana sejarah Dr Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan nama rumah sakit Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 05 Mei 2023

Sejarah Cirebon (26): Gunung Jati, Cirebon, Nama Gunung dan Tempat di Dekat Pantai; Kisah Sunan Goenoeng Djati Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama Gunung Jati dikaitkan dengan banyak hal. Nama Gunung Jati menunjukkan nama geografis (gunung Jati). Tentu salah satu wali songo (Sunan Gunung Jati). Nama Gunung Jati juga digunakan untuk nama rumah sakit dan nama perguruan tinggi. Artikel ini secara khusus mendeskripsikan nama tempat Gunung Jati di wilayah Cirebon.


Gunung Jati adalah salah satu kecamatan di kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Awalnya bernama kecamatan Cirebon Utara, dan berubah menjadi kecamatan Gunung Jati pada tahun 2006. Perubahan nama tersebut sebagai ciri adanya situs Makam Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu dari Wali Songo, tepatnya di desa Astana. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kota Cirebon. Fasilitas, kecamatan ini terdapat satu rumah sakit, yaitu: Rumah Sakit Pertamina Cirebon di Komplek Pertamina EP Region Jawa, Klayan. Selain terdapat Puskesmas Gunung Jati di desa Mertasinga dan juga dua puskesmas pembantu (pustu). Pembagian administrasi, kecamatan Gunung Jati memiliki 15 desa, yaitu: Pasindangan, Adidarma, Jadimulya, Klayan, Jatimerta, Astana, Kalisapu, Wanakaya, Grogol, Mertasinga, Mayung, Babadan, Buyut, Sirnabaya dan Sambeng (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Gunung Jati di wilayah Cirebon, nama gunung dan tempat dekat pantai? Seperti disebut di atas, nama Gunung Jati adalah nama gunung cukup dekat dengan pantai. Di suatu kampong kuno Astana terdapat makam sunan (Sunan Gunung Jati). Bagaimana hubungan Soenan Goenoeng Djati tempo doeloe dengan gunung Jati. Lalu bagaimana sejarah Gunung Jati di wilayah Cirebon, nama gunung dan tempat dekat pantai?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (25): Perkebunan Wilayah Cirebon;Pembangunan Pertanian Pedalaman dan Pengembangan Perikanan Laut Pesisir


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Petkebunan adalah bagian terakhir dari sejarah pertanian di wilayah Cirebon. Pada awalnya Pemerintah Hindia Belanda berupaya untuk mendorong pertanian penduduk dengan peningkatan infrastruktur irigasi (bendungan dan kanal). Semua itu dimaksudkan agar penduduk aman dalam pangan tetapi juga mampu produksi tanaman ekspor.  Lalu kemudian menyusul konsesi-konsesi perkebunan diberikan kepada investor swasta.


Tanam Paksa di Cirebon, Saat Pribumi Dijajah di Perkebunan Tebu. 28-08-2022. Radarcirebon.com, Sistem tanam paksa juga diterapkan Pemerintah Kolonial di Cirebon, lewat perkebunan tebu. Masa-masa tersebut sangat pahit. Masyarakat Cirebon ketika itu menjadi budak tanam paksa, khususnya tebu di sejumlah kawasan perkebunan. Komoditas itu, menjadi salah satu adalan ekspor ke Eropa. Tidak hanya tanam paksa, VOC juga menancapkan kukunya dalam perdagangan teruama di Pelabuhan Cirebon sejak abad 17. Tidak hanya tanam paksa, perdagangan di Cirebon juga dikuasai oleh VOC. Pemerintah kolonial membangun benteng, hingga fasilitas perdagangan juga pergudangan. Komoditas yang menjadi komoditi tanam paksa ketika itu adalah kopi, gula, teh, kapas hingga lada. Tanaman seperti kopi dan teh dikirim dari wilayah Priangan, didatangkan ke Pelabuhan Cirebon untuk diangkut ke Eropa. Pada catatan Cirebon dalam Lima Zaman, di bawah kekuasaan kompeni, terutama pada abad ke-18, saat tanam paksa dilakukan di Cirebon terjadi kelaparan, wabah penyakit dan emigrasi penduduk. Kelaparan terjadi, karena padi atau beras dimonopoli kompeni dan faktor lainnya, lahan untuk menanam padi berkurang, lantaran sebagian lahan itu digunakan untuk menanam tarum (nila) dan kopi untuk kepentingan Belanda. (https://radarcirebon.disway.id/) 

Lantas bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas setelah pertanian penduduk ditingkatkan sejak era Pemerintah Hindia Belanda, pihak swasta mulai melakukan investasi di bidang perkebunan. Dalam hal ini kita juga sedang membicarakan sejarah awal pertanian di pedalaman dan sejarah awal perikanan laut di pesisir. Lalu bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 04 Mei 2023

Sejarah Cirebon (24): Pelabuhan di Cirebon, Zaman Kuno hingga Masa Kini, Bagaimana Berkembang? Mencusuar Penanda Navigasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Keberadaan pelabuhan di kota Cirebon sudah sejak lama, bahkan sejak zaman kuno. Pelabuhan di Cirebon terus berkembang hingga ke masa kini. Dimana posisi GPS pelabuhan masa kini dengan masa lampau berbeda. Perbedaan ini terjadi karena perkembangan tata kota dan juga perkembangan kebutuhan pelabuhan itu sendiri. Dalam hal posisi GPS mercusuar menjadi penting.


Pelabuhan Cirebon (Pelabuan Cerbon) atau PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 2 Cirebon adalah salah satu cabang dari PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) atau PELINDO yang sebelumnya bernama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau PELINDO II yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Pelabuhan Cirebon merupakan pintu gerbang perekonomian Jawa Barat dan merupakan pelabuhan alternatif bagi Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya dalam melayani kegiatan perdagangan antar pulau. Pelabuhan Cirebon terletak di Kota Cirebon, lintas utama pantai Utara Jawa Barat, kurang lebih 250 km dari Jakarta atau 130 km dari Bandung. Pelabuhan Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi Jawa Tengah maupun dari kota Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam -7 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft diatas 7 M dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 5–10 km lepas pantai. Pelabuhan Cirebon dibangun tahun 1865 dan pada tahun 1890 diperluas dengan pembangunan kolam pelabuhan dan pergudangan. Tahun 1927, Pelabuhan Cirebon masih berada di dalam struktur organisasi Pelabuhan Semarang, kemudian sejak tahun 1957 berada di bawah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan Cirebon dari zaman kuno hingga masa kini, bagaimana berkembang? Seperti disebut di atas, pelbauhan Cirebon sudah eksis sejak zaman kuno dan terus berkembang, dan berkembang terus hingga masa ini. Dimana pelabuhan bermula? Mencusuar adalah penanda navigasi di laut juga penanda navigasi dalam sejarah pelabuhan Cirebon. Lalu bagaimana sejarah pelabuhan Cirebon dari zaman kuno hingga masa kini, bagaimana berkembang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (23): Kanal Kota Cirebon, Mangapa, Dimana Dibangun? Kebutuhan Navigasi dan Pembangunan Drainase Kota


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kita tidak sedang membicarakan kanal informasi di (kota) Cirebon, tetapi kanal air yang terkait dengan kota. Geomorfologi kawasan (kota) Cirebon yang berada di kawasan rendah yang berhadapan permukaan laut, menyebabkan kawasan kota tidak sehat dan tidak produktif. Pembangunan kanal menjadi solusi. Pada era Pemerintah Hindia Belanda sejumlah kanal dibangun yang dapat meningkatkan navigasi dan mengefektifikkan fungsi drainase (banjir kanal).   

 

Empat Sungai Besar di Kota Cirebon Dikeruk. Inilahkoran. 5 Desember 2018. Cirebon. Sedikitnya empat sungai besar yang melintas di Kota Cirebon dikeruk. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Cirebon, Syarif menyebutkan, keempat sungai dikeruk sungai Cikalong di kelurahan Kecapi, sungai di kawasan Pilang Setrayasa, sungai dekat PDAM, serta sungai banjir kanal. Tak hanya sungai besar, sejumlah sungai kecil pun dikeruk. "Selama beberapa hari ini sungai-sungai di Kota Cirebon dikeruk. Rabu (5/11/2018) ini sungai Cikalong yang dikeruk," ungkap Syarif. Untuk keempat sungai besar yang dikeruk, imbuhnya, memiliki tingkat kesulitan tinggi sehingga harus menggunakan alat berat. Kesulitan meliputi tingkat sedimentasi yang cukup tinggi, baik di sisi sungai maupun di dalam sungai. Di Sungai Cikalong misalnya, kata dia, telah terjadi penyempitan badan sungai akibat sedimentasi. Karena itu, pengerukan dilakukan sepanjang 500-600 M dengan kedalaman sekitar satu meter. Dia memastikan, pengerukan sungai dilakukan mengingat banjir masih menghantui warga Kota Cirebon. Dengan permasalahan sungai seperti sedimentasi hingga penyempitan sungai akibat sampah, air sungai bisa meluap dan menyebabkan banjir, terutama kala hujan berintensitas tinggi turun. (https://www.inilahkoran.id/) 

Lantas bagaimana sejarah kanal Kota Cirebon, mangapa dibangun, dimana saja? Seperti disebut di atas, kota Cirebon hingga masih mengalami persoalan banjir. Karena itu upaya pengerukan dilakukan. Apakah dalam hal ini pembangunan kanal (navigasi dan banjir kanal) tempo doeloe pada era Pemeirintah Hindia Belanda tidak efekltif lagi? Mangapa? Lalu bagaimana sejarah kanal Kota Cirebon, mangapa dibangun, dimana saja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 03 Mei 2023

Sejarah Cirebon (22): Kereta Api di Wilayah Cirebon Sejak Tempo Doeloe; Bandoeng, Semarang, Tjikampek, Jogjakarta via Kroya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Penanda navigasi terpenting pembangunan jalur kereta api adalah pembangunan stasion. Stasion kereta api di Cirebon menjadi penting karena semua arah kereta api dari dan ke Cirebon di utara melalui stasion Cirebon. Semua bermula dari satu jalur. Dalam pengembangan jaringan kereta api di pulau Jawa kemudian dikembangkan di selatan dari Bandoeng ke Jogjakarta via Cilacap/Kroya.


Stasiun Cirebon juga dikenal sebagai Stasiun Kejaksan adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon pada ketinggian +4 M. Stasiun Cirebon menjadi penghubung utama antara jalur kereta api lintas utara, lintas selatan dan lintas tengah pulau Jawa. Untuk sebagian besar layanan kereta api kelas ekonomi dan sebagian kecil kelas campuran (seperti Bogowonto, Bangunkarta, dan Dharmawangsa) dilayani di stasiun Cirebon Prujakan. Staatsspoorwegen (SS) mulai akhir dasawarsa 1900-an. Jalur yang telah ada di Cikampek kemudian diperpanjang untuk menjaring pelanggan di Cirebon. Pada tanggal 3 Juni 1912, jalur kereta api Cikampek menuju Cirebon selesai dibangun serta merupakan bagian dari pembangunan jalur kereta api menuju Purwokerto dan Kroya. Jalur yang ke Cirebon difungsikan untuk menghubungkan jalur SS dengan jalur Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Pada tanggal 1 November 1914, kedua stasiun tersebut berhasil terhubung. Bangunan stasiun ini dirancang oleh Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879–1955). Stasiun Cirebon memiliki enam jalur kereta api ditambah satu jalur yang terhubung dengan depo di sisi timur laut kompleks stasiun. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Cirebon sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, stasion kereta api di kota Cirebon sangat penting di dalam sejarah pembangunan kereta aspi di Jawa. Stasion Cirebon menjadi penghubung antara Bandoeng dan Semarang serta Jogjakarta via Kroya dan Cikampek. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Cirebon sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (21): Tata Kota Cirebon, Berawal Dimana Berkembang Arah Mana? Tipologi Batavia, Semarang dan Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kawasan kota Cirebon yang sekarang bermula dari suatu area tertentu. Itu bermula sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Area awal kota Cirebon tersebut yang terus tumbuh dan berkembang ke berbagai arah menjadi pra kondisi terbentuknya kota modern Cirebon yang sekarang. Satu hal yang menjadi penting dalam tata kota, lokus kota Cirebon tepat berada di pesisir/pantai.


Komisi D Tertarik Pengembangan Tata Ruang Kota Cirebon. Konsep penataan ruang Kota Cirebon memantik perhatian Komisi D DPRD Jateng. Sebagaimana dituturkan Ketua Komisi D Alwin Basri, tentu dewan ingin mengetahui konsep penataan ruang tersebut sehingga bisa menjadi magnet tersendiri bagi Cirebon. “Program apa yang dikembangkan serta bagaimana pembangunan jalan yan ada di sini,” ucap Alwin dalam pertemuan bersama dengan Kepala Dinas PUPR Kota Cirebon Syahroni, Rabu (21/4/2021). Bahkan dalam tanya jawab pun, anggota Komisi D Hartini mempertanyakan tentang alokasi anggaran infrastruktur jalan apakah diambil dari APBD pemkot atau provinsi. Menjawab pertanyaan tersebut Syahroni menjelaskan secara keseluruhan. Kota Cirebon terbilang kawasan kecil hanya seluas lebih kurang 38 km2. Kota Cirebon sudah memiliki konsep tata ruang, yang masing-masing dibagi menjadi 4 sub wilayah kota (SWK). Untuk SWK pertama yaitu zona pelabuhan dan kelautan, serta faktor-faktor pendukung adanya pemerintahan, sosial, pendidikan dan lainnya. Zona kedua yaitu perdagangan dan jasa mencakup diantaranya mencakup wilayah Gunungsari. Fungsinya utamanya di bidang perbisnisan. Zona ketiga yaitu permukiman yang ada di wilayah perumnas dan Majasem. “Fungsi utamanya adalah untuk perumahan dan pendidikan,” ungkapnya. Selanjutnya zona perkantoran dan olahraga di sekitaran Stadion Bima. Dengan empat zona tersebut, sekarang ini perkembangan Kota Cirebon di wilayah pantura Jabar begitu pesat. (https://dprd.jatengprov.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah tata kota Cirebon, berawal dimana berkembang ke arah mana? Seperti disebut di atas, kota Cirebon bermu pada suatu area pada masa Pemerintaah Hindia belanda. Dalam perkembangannya area kota semakin meluas dan diperluas, sebagaimana perkembangan awal/tipologi kota-kota Batavia, Semarang dan Soerabaja. Lalu bagaimana sejarah tata kota Cirebon, berawal dimana berkembang ke arah mana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 02 Mei 2023

Sejarah Cirebon (20):Pendidikan di Wilayah Cirebon; Introduksi Pendidikan Modern Terawal, Minat Penduduk Sempat Menurun


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Cirebon, introduksi pendidikan modern (aksara Larain) dapat dikatakan terawal. Akan tetapi dalam perkembangannya menurun. Mengapa? Persoalan tidak hanya di Cirebon, tetapi di berbagai wilayah di Jawa. Lantas mengapa pendidikan cepat berkembang di afdeeling Angkola Mandailing, Residen Tapanoeli? Bagaimana setelah sekolah guru dibangun di Bandoeng pada tahun 1866?


Perkembangan Pendidikan di Wilayah Cirebon Sejak Abad ke-19. Kumparan.com 27 Januari 2018. Tahun 1808, di Cirebon dibangun sebuah sekolah rendah untuk masyarakat umum menampung 150 murid. Dibangun pula sekolah rendah yang dapat menampung 60 orang untuk pelajar perempuan. Pendidikan di pesantren dan madrasah pun terus berkembang. Tercatat hingga awal abad ke-19 sudah ada 190 pesantren dengan jumlah santri 2.763 orang. Bahasa yang digunakan di pesantren adalah bahasa daerah. Tahun 1863 di Cirebon terdapat sekolah rendah partikulir dengan jumlah murid sebanyak 40 orang. Pemerintah di wilayah Cirebon membangun sekolah-sekolah umum di setiap distrik yang dikenal dengan sebutan sekolah distrik. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah distrik tersebut di antaranya, membaca dan menulis bahasa Jawa, Sunda, Melayu dengan huruf Latin. Kemudian pelajaran khusus meliputi pelajaran berhitung, ilmu bumi, khususnya pulau Jawa. Pertengahan abad ke-19, terjadi penurunan minat di seluruh distrik. Tahun 1864 jumlah murid di sekolah distrik tercatat 99 orang. Tahun selanjutnya bertambah menjadi 133 orang. Akhir tahun 1865, jumlah murid berkurang menjadi 85 orang. Penurunan minat belajar di masyarakat tidak hanya terjadi di Cirebon, di beberapa sekolah distrik di wilayah Priangan, seperti di sekolah distrik Majalengka hingga akhir tahun 1865 hanya 12 murid saja. (https://kumparan.com/) 

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, introduksi pendidikan modern aksara Latin terbilang awal di Cirebon, tetapi kemudian minat penduduk menurun. Mengapa minat penduduk sempat menurun? Lalu bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 

Sejarah Cirebon (19): Kesehatan di Wilayah Cirebon; Kesehatan Lingkungan, Dokter Djawa, Pembangunan Rumah Sakit Kota


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebion? Yang pertama sebaiknya merujuk pada upaya pembangunan rumah sakit di kota di Cirebon. Namun tidak hanya itu. Bagaimana dengan awal kehadiran dokter di Cirebon dan bagaimana peran para dokter djawa. Kehadiran dokter dan status kesehatan penduduk menjadi pemicu pembangunan ruimah sakit.

 

Pada awal abad XX, Cirebon adalah kota kurang sehat. Keadaan ini menjadi semakin buruk adanya "Kali Bacin" dipenuhi tumpukan kotoran terendam air asin menaburkan aroma yang tidak sedap. Gemeente Cirebon membuat kebijakan bertujuan mengubah kondisi kota Cirebon. Gemeente Cirebon dengan semboyan "per aspera ad astra" mengandung semangat membangun kota dalam mencapai kemakmuran. "Per aspera ad astra" diartikan "dari duri onak dan rawa-rawa menuju bintang". Upaya-upaya yang dilakukan memperbaiki dan membangun prasarana yang dapat mengubah kondisi fisik dan citra Kota Cirebon. Jenis-jenis prasarana sosial yang dibangun meliputi pengadaan prasarana air bersih, prasarana kesehatan, dan penerangan jalan. Kali Bacin yang dianggap sebagai salah satu sumber penyakit akibat bau tidak sedap yang menyengat dan membuat lingkungan menjadi kumuh ditutup pada 1917. Untuk mendukung program di bidang kesehatan masyarakat, Gemeente Cirebon mendirikan Rumah Sakit Oranje. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon, awalnya diajukan oleh Dewan Kota pada tahun 1919 dan kemudian pada tanggal 14 Maret 1920 dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gedung rumah sakit yang terletak di Jalan Kesambi. Rumah sakit selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus 1921 oleh De Burgermeester Van Cheribon "J. H Johan", sehingga tanggal 31 Agustus 1921 ditetapkan sebagai hari lahir RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. (https://rsdgunungjati.cirebonkota.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebon? Seperti disebut itu bermula pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam hal ini terkait antara kesehatan lingkungan, kehadiran dokter termasuk Dokter Djawa hingga pembangunan rumah sakit kota. Lalu bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 01 Mei 2023

Sejarah Cirebon (18): Pulau Cirebon Tempo Doeloe, Hilang Tanpa Kesan?Riwayat Pulau Moria dan Pulau Carimon di Laut Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada pulau di Cirebon? Nah itu dia. Mungkin ada saja masa ini, suatu pulai kecil dekat muara sungai atau dekat pantai yang merupukan pulau sedimen. Akan tetapi apakah benar-benar ada pulau di Cirebon, sebut saja Pulau Cirebon? Itu yang akan diselidiki sebagai bagian dari sejarah Cirebon. Bukti bahwa banyak pulau hilang di Indonesia, hilang karena abrasi dan menghilang karena menyatu dengan daratan. Jika itu ada, yang mana? Pertanyaan ini sama dengan apakah ada pulau Muria? Lalu apakah pulau Karimun semakin luas atau semakin ramping?


Salah satu pulau sedang menjadi ikon pariwisata adalah kepulauan Biawak. Pulau terletak di Laut Jawa (Indramayu). Pulau Biawak di utara semenanjung Indramayu 40 Km dari pantai (kecamatan Indramayu). Kepulauan Biawak, terdiri tiga pulau: Biawak, Candikian, Gosong. Pulau Biawak seluas 120 hektar kaya tanaman bakau. Nama diambil dari banyaknya biawak di kepulauan ini yang dapat ditempuh 3-4 jam perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu. Pulau ini terkenal objek wisata bahari taman laut dan ikan hias serta terumbu karang. Nama lama pulau adalah Pulau Rakit, oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena satwa unik hidup di habitat air asin dimana setiap jelang matahari terbenam, puluhan biawak berenang di tepian pantai. Selain disebut pulau Biawak, juga disebut Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis. Pulau karangnya masih perawan dan hidup. Dua pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, kondisinya rusak karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Balongan. Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut. Pemerintah Hindia Belanda bangun mercusuar tinggi 65 M oleh ZM Willem tahun 1872 (hingga kini masih berfungsi). Pulau Gosong dan pulau Candikian masing-masing berjarak setengah jam dari Pulau Biawak. Kedua pulau ini tak berpenghuni. Pulau Gosong sendiri sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak sering digunakan untuk bertapa. Pulau ini “hilang” akibat pengerukan untuk pembangunan Balongan sekitar tahun 1980-an (http://infocirebon.com/)

Lantas bagaimana sejarah pulau Cirebon tempo doeloe, hilang tanpa kesan? Seperti di sebut di atas hanya ada pulau di wilayah Indramayu. Di Cirebon pantai-pantainya yang terkenal dan jumlahnya cukup banyak. Apakah dalam hal ini ada benar-bernar ada pulau di Cerebon? Kita bandingkan riwayat pulau Muria dan pulau Karimun di laut Jawa. Lalu bagaimana sejarah pulau Cirebon tempo doeloe, hilang tanpa kesan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (17): Gunung Ciremai atau Gunung Ceremai; Gunung Berapi Kerucut atau Gunung Kerucut Berapi, Apa Penting?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti suatu nama? Demikian William Shakespeare. Mungkin orang pedalaman berbeda menyebut nama gunung yang sama dengan orang pesisir. Dalam hal ini pula apakah gunung berapi kerucut atau gunung kerucut berapi yang benar. Ini bukan semata soal tata bahasa: penekanannya gunung berapi atau gunung kerucut. Gunung Ciremai berada di wilayah terpisah dan bersifat soliter. Gunung semacam ini ditemukan di Sumatra di Pasaman (gunung Ophir). Apakah gunung Ciremai atau gunung Ceremai begitu penting dalam navigasi pelayaran perdagangan tempo doeloe?


Gunung Ceremai (salah kaprah Ciremai: Latin: Gunung Ceremé) adalah gunung berapi kerucut di kabupaten Kuningan/Majalengka. Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat radius 400 M terpotong oleh kawah timur radius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 M di lereng selatan, terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini, Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun sering kali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat. Gunung Ceremai termasuk gunung api Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur (deretan gunung Galunggung, Guntur, Gunung Papandayan, Patuha hingga Tangkuban Perahu) yang terletak di Zona Bandung. Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah gunung Ciremai atau gunung Ceremai? Seperti disebut di atas, gunung Ciremai bersifat soliter seperti gunung Pasaman di Sumatra. Letaknya yang begitu dekat dengan pantai utara Jawa menjadi menarik diperhatikan. Dalam hubungan ini bagaimana memandang gunung Ceremai, apakah gunung berapi kerucut atau gunung kerucut berapi. Lalu bagaimana sejarah gunung Ciremai atau gunung Ceremai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 

Minggu, 30 April 2023

Sejarah Cirebon (16): Loh, Losari di Timur Cirebon Batas Wilayah Cirebon dan Brebes; Residentie Chirebon dan Residentie Tagal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Losari? Siapa yang peduli. Toh juga apa pentingnya sejarah Losari. Nah, itu dia. Lalu, Losari yang mana? Fakta pada masa kini adalah kecamatan Losari Cirebon dan ada kecamatan Losari Brebes. Fakta kedua kecamatan ini bersebelahan. Loh?! Nama Lo[h]sari adalah nama unik, mirip dengan nama Loh-bener. Ini menjadi benar-benar menarik, tidak seperti yang dipahami selama. Sejatinya, Losari memiliki sejarah yang panjang. Mungkin sejaman denga Cirebon sendiri. Check this Out.


Losari adalah sebuah kecamatan di kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Losari berada di ujung timur wilayah kabupaten Cirebon dan berbatasan dengan desa Gebang barat, laut Losari/Ambulu di utara, kecamatan Pabedilan di selatan dan kali Cisanggarung (wilayah Brebes) di timur. Kecamatan Losari pintu gerbang kabupaten Cirebon dari Jawa Tengah. Banyak terdapat percampuran adat budaya Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kelurahan/desa: Ambulu, Astanalanggar, Barisan. Kalirahayu, Kalisari, Losari Kidul, Losari Lor, Mulyasari, Panggangsari, Tawangsari. Sementara itu, Losari juga sebuah kecamatan di kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kecamatan ini di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ibu kota kecamatan di desa Losari Lor. Wilayah kecamatan Losari berada di sebelah timur sungai Cisanggarung yang memanjang dari daerah pantai Laut Jawa di ke arah selatan. Terdapat lima desa yang mempunyai wilayah garis pantai Laut Jawa yaitu desa-desa Karangdempel, Prapag Lor, Prapag Kidul, Kecipir dan Limbangan yang total panjang pantainya mencapai 16,82 KM. Desa/kelurahan: Babakan, Blubuk, Bojongsari, Dukuhsalam, Jati Sawit, Kalibuntu, Karangdempel, Karangjunti, Karangsambung, Kecipir, Kedungneng, Limbangan, Losari Kidul, Losari Lor, Negla, Pekauman, Pengabean, Prapag Kidul, Prapag Lor, Randegan, Randusari, Rungkang (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Losari, di timur Cirebon menjadi batas wilayah Cirebon dan wilayah Tegal? Seperti disebut di atas, sejatinya Losari memiliki sejarah yang panjang, bahkan jauh sebelum terbentuk residentie Chirebon dan residentie Tagal. Lalu bagaimana sejarah Losari, di timur Cirebon menjadi batas wilayah Cirebon dan wilayah Tegal? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (15): Sungai Cimanuk, Hilir di Indramayu - Hulu di Limbangan; Sungai Citandui Hulu Sumedang - Hilir di Sukapura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sungai Cimanuk memiliki kekhususan dalam sejarah. Tidak hanya sejarahnya yang panjang hingga jauh di masa lampau, sungai Cimanuk sangat penting pada awal Pemerintahj Hindia Belanda sebagai batas Batavia dan Cirebon. Mengapa? Kekhususan lainnya adalah sungai yang terbilang panjang dan menjadi penanda navigasi dari pantai pantai utara (Jawa) ke wilayah yang jauh di pedalaman. Sementara sebaliknya sungai Cintadui di pantai selatan.


Ci Manuk Cimanuk, adalah sebuah sungai yang mengalir di bagian timur Provinsi Jawa Barat. Ci Manuk berhulu di Pegunungan Mandalagiri (di desa Simpang, kecamatan Cikajang) di kabupaten Garut pada ketinggian 1700 M mengalir ke arah timur laut sepanjang 180 Km dan bermuara di Laut Jawa di kabupaten Indramayu. Ci Manuk pada bagian hilir cukup lebar sehingga dapat dilayari oleh kapal yang berukuran relatif besar. Pada abad ke-16, muara Ci Manuk adalah pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pelabuhan milik Kerajaan Sunda, sebagaimana dilaporkan oleh Tome Pires sebagai "Chemano". Di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, aliran Ci Manuk dibendung untuk pembangunan Waduk Jatigede. Ci Manuk memiliki dua muara, yakni Cimanuk Lawas dan Cimanuk Anyar. Pada tanggal 21 September 2016, terjadi banjir bandang akibat luapan Ci Manuk. Daerah aliran sungai ini dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS Cimancis). Daerah aliran sungai ini meliputi Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Sungai ini melalui Kota Garut, Jatibarang dan Indramayu. Anak sungai: Ci Rambatan, Ci Keruh, Ci Sambeng, Ci Pelang, Ci Lutung, Ci Peles, Ci Babakan, Ci Peudeus, Ci Pancar. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah sungai Cimanuk, hilir di Indramayu dan hulu di Limbangan? Seperti disebut di atas, sungai Cimanuk air mengalir sampai jauh di Indramayu dari Limbangan (Garut). Untuk memahami sungai Cimanuk harus juga memahami sungai Citandui, hulu di Sumedang dan hilir di Sukapura/Banjar. Lalu bagaimana sejarah sungai Cimanuk, hilir di Indramayu dan hulu di Limbangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 29 April 2023

Sejarah Cirebon (14): Masjid Kota Cirebon dan Sejarah Awal Islam di Wilayah Cirebon; Kehadiran Orang Cina Era Hindoe Boedha


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Masjid di kota Cirebon pada masa ini tidak hanya sekadar masjid tua, tetapi penting artinya dalam terbentuknya kota Cirebon. Jika benteng dikaitkan dengan kehadiran Belanda (sejak era VOC), keberadaan masjid dihubungkan dengan eksistensi kerajaan (kesulatanan). Keberadaan awal masjid di Cirebon terkait dengan sejarah awal Islam dan kehadiran pendatang terutama dari Tiongkok pada era Hindoe Boedha.


Masjid Agung Cirebon terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon. Lokasi berada di bagian barat dari Alun-Alun Kota Cirebon. Konon, masjid adalah masjid tertua di Cirebon, dibangun tahun 1480 semasa Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan. Pembangunan masjid melibatkan lima ratus orang didatangkan dari Majapahit dan Demak. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut. Kekhasan masjid atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana lazim atap masjid-masjid di Jawa. Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon. Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah masjid di Kota Cirebon dan sejarah awal Islam di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, di Cirebon terdapat masjid-masjid tua, termasuk yang berasal dari era Hindoe Boedha (awal masuknya siar Islam). Dalam konteks arsitektur bagaimana kehadiran orang Tiongkok era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah masjid di Kota Cirebon dan sejarah awal Islam di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.