Tampilkan postingan dengan label Sejarah Menjadi Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Menjadi Indonesia. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (774): Keadilan Sejarah, Tidak Ada Hakim; Kontroversi Narasi Sejarah (Promosi versus Degradasi)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Indonesia adalah susunan sejarah Indonesia yang seharusnya memiliki struktur bab dalam buku, sub-bab dan halaman demi halaman. Judul buku adalah Sejarah Indonesia. Sedangkan bab terdiri dari pembagian sejarah menurut waktu (era). Pada masing-masing bab ini delisting semua subjek sejarah sejaman. Dalam hal ini setiap isi halaman demi halaman sejarah haruslah mencerminkan keadilan sejarah. Artinya baik buruknya kejadian di masa lampau ditulis apa adanya. Buku sejarah bukan kumpulan prosa dan puisi yang indah-indah.


Demokratisasi sejarah harus diberlakukan dalam buku sejarah Indonesia. Demokratisasi sejarah harus mencerminkan jujur, adil, transparan dan akuntabel. Tidak ada yang memonopoli sejarah, tidak ada ahli sejarah yang bersuara mutlak. Memang dalam hal ini tidak ada hakim dalam pengadilan sejarah, sebab sejarah adalah narasi fakta dan data. Oleh karena itu setiap orang bangsa Indonesia berhak berpartisipasi dalam penulisan sejarah sekalipun hanya perannya pemberi data yang otentik. Namun dalam narasi sejarah kerap muncul kontroversi. Hal itu karena ada sejarah yang dipromosi dan sebaliknya ada sejarah yang didegradasikan.

Lantas bagaimana sejarah keadilan sejarah? Seperti disebut di atas, di dalam pengadilan sejarah tidak ada hakim sejarah. Yang menjadi rujukan dalam keadilan sejarah adalah ilmu pengetahuan (scientific). Oleh karenanya setiap orang berhak dalam pengadilan sejarah. Lalu bagaimana sejarah keadilan sejarah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (773): Proporsi Sejarah, Setiap Daerah Tidak Memaksakan Sejarah; Para Pahlawan Mewakili NKRI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Narasi sejarah negara-negara di dunia tidak sama, dan juga pengolahan narasinya juga tidak sama, Penulisan narasi sejarah di setiap negara tergantung misi politik. Namun tidak tertutup kemungkinan pengingkaran metodologi sejarah. Secara teoritis sejarah adalah narasi fakta dan data. Di Indonesia penentuan nama pahlawan sangat krusial karena bisa jadi narasi yang diusulkan berbeda dengan fakta yang sebenarnya. Proses penentuan pahlawan lebih pada prosedural daripada metodologis. Tidak jarang terjadi pengusulan bersifat kontroversi yang menimbulkan perdebatan.


Prosedur pemberian gelar Pahlawan Nasional dan fungsi Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sebenarnya tidak mencerminkan negara kesatuan Indonesia (NKRI). Karena dalam pelaksanaannya lebih bersifat administratif pemerintah (berdasarkan provinsi) yang kemudian memiliki kecenderungan bahwa setiap daerah (provinsi) diukur dari berapa banyaknya pahlawan Indonesia yang bergelar Pahlawan Nasional. Dalam hal ini yang terjadi adalah pemerataan pahlawan nasional. Okelah itu satu hal. Hal lainnya adalah bahwa para pahlawan (Pahlawan Nasional) umumnya individu yang memiliki peran di masa lalu dalam proses menjadi Indonesia. Oleh karena itu fungsi ilmu sejarah dan peran para sejarawan diperlukan. Yang dimaksud sejarawan dalam hal ini adalah ahli sejarah yang melakukan riset sejarah terhadap siapa yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Namun jika prosedur dan peran TP2GP yang terus diandalkan maka suatu waktu ada pemekaran provinsi, mlalu di wilayah provinsi baru tidak ada yang masuk list Pahlawan Nasional maka peluang menominasikan pahlawan baru sangat besar. Padahal Republik Indonesia mengusung negara kesatuan, yang artinya Pahlawan Nasional itu tidak memandang karakteristik tertentu. Siapa yang pantas menjadi pahlawan nasional itu saja yang ditabalkan.

Lantas bagaimana sejarah proporsi sejarah, setiap daerah tidak perlu memaksakan sejarah, para Pahlawan Indonesia telah mewakili semua bangsa (NKRI)?  Seperti disebut di atas, narasi sejarah Indonesia tidak terhindarkan dari hal politis baik dalam buku pelajaran sejarah maupun dalam penentuan status Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah proporsi sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 13 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (772): Pantai Timur Malaya dan Geomorfologi; Kerajaan Trengganu Kelantan, Kerajaan Baru Pahang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Pahang dan Kelantan hingga kini masih kerap menjadi perdebatan. Orang Malaysia masa kini menganggap peradaban awal di Kelantan, Trengganu (dan Pahang) juga penting (selain Malaka, Kedah dan Johor di pantai barat). Namun nama Pahang sendiri pada era Hindia Belanda para peneliti berbeda pendapat. Ada yang menyebut Pahang adalah Pekan. Namun kerajaan tua di Kawasan timur adalah Trengganu dan Kelantan. Prasasti di Trengganu mengindikasikan peradaban Islam yang terbilang tua di pantai timur Semenanjung Malaya.


Wilayah pantai timur Semenanjung Malaya memiliki sejarah yang panjang. Pada era Hindia Belanda terjadi pemberontakan di Pahang yang dilancarkan oleh Mat Kilau dkk. Pada masa lampau sebelum Pahang dikenal sudah dikenal wilayah Trengganu dimana ditemukan prasasti yang berasal dari 1326 M. Prasasti itu berbahasa Melayu dengan aksara Jawi (Arab gundul). Namun sebelum dikenal wilayah pantai timur Semenanjung Malaya sudah dikenal wilayah di bagian utara sebagaimana ditemukan prasasti Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand), prasasti berupa pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama (sisi depan) disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya (sisi belakang) disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775 M.

.Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas kerajaan tua di pantai timur Semenanjung adalah Trengganu dan Kelantan sedangkan Pahang adalah kerajaan baru. Nama Pahang diduga awalnya adalah Pekan. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe

Sejarah Menjadi Indonesia (771): Pantai Barat Malaya dan Geomorfologi; Nama Tua Malajoer=Jambi dan San Bo Tsai=Tambusai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Malaka hingga kini masih kerap menjadi perdebatan. Orang Malaysia masa kini sangat mengagungkan peradaban awal Melayu di (kerajaan) Malaka. Namun nama Melayu sendiri pada era Hindia Belanda para peneliti berbeda pendapat. Ada yang menyebut Malajoer (sebagaimana dicatat dalam prasasti Tanjore 1030) adalah Malaka dan ada juga tempat itu adalah Jambi. Satu yang penting dalam perdebatan soal nama Melayu itu adalah nama tempat San Bo Tsai yang disebut Jambi (Tembesi). Namun hingga saat ini tidak ada yang menginterpretasi San Bo Tsai itu adalah Tamboesai di Padang Lawas (Tapanuli/Rokan).


Pantai barat semenanjung Malaya adalah bagian sejarah zaman kuno yang tidak terpisahkan dengan sejarah zaman kuno Nusantara. Pantai barat semenanjung Malaya berseberangan dengan pantai timur pulau Sumatra yang dipisahkan oleh selat Malaka. Selat Malaka ini menjadi salah satu jalur penting antara barat (India, Persia, Arab dan Eropa) dengan timur (Nusantara dan Tiongkok). Jalur penting lainnya adalah selat Sunda (di pantai selatan pulau Sumatra).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai barat Semenanjung Malaya dan nama Malajoer=Jambi dan nama San Bo Tsai=Tambusai? Seperti disebut di atas, para peneliti era Hindia Belanda ada yang menyebut nama Malajoer adalah Jambi atau Malaka dan nama San Bo Tsai adalah Jambi. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai barat Semenanjung Malaya dan nama Malajoer=Jambi dan nama San Bo Tsai=Tambusai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 12 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (770): Champa (Vietnam Selatan) dan Peta Geomorfologi; Indrapura - Panduranga (Beragam Etnik)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Champa masa lalu di wilayah Indochina yang sekarang begitu penting dalam narasi sejarah masa kini. Lebih-lebih kerajaan Champ aini dihubungkan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara (baca: Indonesia). Dalam hal ini kita tidak sedang mendeskripsikan sejarah kerajaan Champa tetapi secara geomorfologis di wilayah Champa dan sekitar.


Kerajaan Champa (bahasa Cham: Nagarcam adalah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam tengah dan selatan, diperkirakan antara abad ke-7 sampai dengan 1832. Sebelum Champa, terdapat kerajaan yang dinamakan Lin-yi (Lam Ap). Bahasa Cham termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Lin-yi diperkirakan didirikan oleh seorang pejabat lokal bernama Ku-lien yang memberontak terhadap Kekaisaran Han pada tahun 192 masehi, yaitu di daerah kota Huế sekarang. Penguasa Champa pertama yang namanya diketahui secara pasti dan tertulis dalam prasasti adalah Bhadravarman I, yang memerintah antara tahun 380-413 M. Daerah Champa meliputi area pegunungan di sebelah barat daerah pantai Indochina, yang dari waktu ke waktu meluas meliputi wilayah Laos sekarang. Akan tetapi, bangsa Champa lebih berfokus pada laut dan memiliki beberapa kota berbagai ukuran di sepanjang pantai. Setelah abad ke-7, Champa melingkupi wilayah provinsi-provinsi modern Quảng Nam, Quảng Ngãi, Bình Định, Phú Yên, Khánh Hòa, Ninh Thuận, dan Bình Thuận di Vietnam. Pada awalnya Champa memiliki hubungan budaya dan agama yang erat dengan Tiongkok, tetapi peperangan dan penaklukan terhadap wilayah tetangganya yaitu Kerajaan Funan pada abad ke-4, telah menyebabkan masuknya budaya India. Setelah abad ke-10 dan seterusnya, perdagangan laut dari Arab ke wilayah ini akhirnya membawa pula pengaruh budaya dan agama Islam ke dalam masyarakat Champa. Sebelum tahun 1471, Champa merupakan konfederasi dari 4 atau 5 kepangeranan, yang dinamakan menyerupai nama wilayah-wilayah kuno di India: Indrapura, Amaravati; Vijaya; Kauthara; Panduranga. Di antara kepangeranan-kepangeranan tersebut terdapat dua kelompok atau suku: yaitu Dua dan Cau. Suku Dua terdapat di Amaravati dan Vijaya, sementara suku Cau terdapat di Kauthara dan Panduranga. Tahun 1451 Kerajaan Islam Champa diserang kerajaan Buddha dari pedalaman. Para penguasa Champa di Panduranga (Nagar Champa) yang terbentuk pada pertengahan abad ke-15, melakukan perlawanan terhadap Vietnam dan pada tahun 1695 melalui perundingan memperoleh status kepangeranan otonom (Tran Thuan Thanh) di bawah Dinasti Nguyen dari Cochinchina. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Champa (Vietnam Selatan)? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat kuno di pantai timur Indrapura hingga Panduranga. Pada masa kini wilayah Vietnam Selatan terdapat berbagai ernik dan ad juga populasi asal Indonesia. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Champa (Vietnam Selatan)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (769): Vietnam (Utara) di Teluk Tonkin dan Geomorfologi; Pulau Hainan dan Kota Hue - Kota Hanoi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Situasi dan kondisi wilayah pada masa ini sudah barang tentu berbeda dengan zaman doeloe, apalagi sudah beralangsung ratusan tahun dan bahkan ribuan tahun. Hal itu pulau dengan di wilayah Viernam (utara) yang sekarang. Namun yang jelas keberadaan pulau Hainan di teluk Tonkin sudah eksis. Bagaimana dengan muara sungai Tonkin sendiri dimana kini terdapat kota Hanoi (ibu kota negara Vietnam).


Vietnam sejak abad ke-11 SM sampai abad ke-10 mayoritas berada di bawah kekuasaan kekaisaran Tiongkok. Pada tahun 939, Vietnam merdeka secara politik, dan mulai menggunakan Champa sebagai nama negara. Masa ini dianggap sebagai masa pembangunan identitas Vietnam. Luas Vietnam 332.698 km², hampir setara dengan luas negara Jerman.]Bagian Vietnam yang berbatasan dengan batas-batas internasionalnya seluas 4639 km dan panjang pantainya sekitar 3444 km. Topografinya terdiri atas bukit-bukit dan pegunungan berhutan lebat, dengan dataran rendah meliputi tidak lebih dari 20%-nya. Pegunungan berkontribusi sebesar 40% dari total luas Vietnam, dengan bukit-bukit kecil berkontribusi sebesar 40% dan hutan tropis 42%. Bagian utara kebanyakan terdiri atas pegunungan dan delta Sungai Merah. Phan Xi Pang, berlokasi di provinsi Lao Cai, merupakan gunung tertinggi di Vietnam setinggi 3.143 meter. Selatan dibagi menjadi dataran rendah tepi pantai, puncak Annamite Chain, dengan hutan yang luas. Terdiri dari lima dataran tinggi tanah basalt yang rata, pegunungan berkontribusi sebesar 16% bagi tanah olah budidaya dan 22% dari total lahan berhutan Vietnam. Delta Sungai Merah (juga dikenal sebagai Song Hong), adalah sebuah wilayah rata berbentuk segitiga seluas 15 000 km², lebih kecil tetapi lebih berkembang dan berpenduduk padat daripada Delta Sungai Mekong. Dahulu Delta Sungai Merah adalah sebuah teluk kecil di kawasan Teluk Tonkin, diisi oleh deposit besar endapan sungai selama periode millenium dan memanjang 100 meter ke Teluk Tonkin setiap tahunnya. Delta Mekong meliputi sekitar 40.000 kilometer persegi, adalah dataran rendah yang tidak lebih dari tiga meter di atas permukaan laut dari titik mana pun dan saling menyilang oleh sebuah jaringan kanal dan sungai. Sangat banyak sedimen yang dibawa oleh cabang dan aliran Sungai Mekong sehingga delta tersebut memanjang sekitar 60 hingga 80 meter ke arah laut setiap tahunnya. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Vietnam (Utara) di Teluk Tonkin? Seperti disebut di atas, sejarah Vietnam mnasih baru, sejarah sebelumnya adalah situiasi dan kondisi sejak zaman kuno. Wilayah terpenting dari awal adalag teluk Tonkin dimana terdapat pulau Hainan. Bagaimana lalu muncul Kota Hue hingga Kota Hanoi. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Vietnam (Utara) di Teluk Tonkin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 11 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (768): Pers Pribumi Berbahasa Asing (Belanda-Inggris) Diinisiasi Orang Batak; Pers Internasional


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Surat kabar berbahasa asing sudah sejak lama ada di Asia Tenggara (bahasa Belanda, Inggris dan Spanyol). Pers berbahasa Melayu juga dimulai oleh orang-orang asing (terutama Belanda dan Jerman). Pers berbahasa Melayu ini kemudian diikuti orang-orang pribumi baik di Indonesia maupun di Singapoera (koloni Inggris). Dalam perkembangannya orang pribumi merambah ke pers berbahasa asing (berbahasa Belanda dan bahasa Inggris). Anehnya, pers berbahasa asing justru dimulai oleh orang Batak. Mengapa?


Sejarah pers bagi orang pribumi di Asia Tenggara terbilang baru. Namun untuk urusan tulis menulis, tentu saja sudah lama ada. Orang Jawa di Jawa menulis dengan aksara Jawa dalam bahasa Jawa, demikian juga di Sumatra orang Batak menulis dengan aksara Batak berbahasa Batak. Di Semenanjung Malaya, orang Melayu menulis dengan aksara Jawi (Arab gundul) dengan bahasa Melayu. William Marsden yang pernah mengunjungi Tanah Batak di Angkola (lihat W Marsden 1781) merasa kaget karena lebih dari separuh penduduk bisa menulis (tentu saja dalam aksara Batak). Mereka menulis di kulit kayu yang tipis dengan tinta terbuat dari jelaga damar. dicampur air kamper dan pena dari lidi aren. Marsden dalam bukunya, tanpa malu-malu, menyatakan bahwa: ‘angka literasi orang Batak melampaui angka literasi bangsa-bangsa di Eropa’. Sebagaimana dilaporkan di Jawa pada zaman itu atau sebelumnya, para mpu yang menulis, di Gowa para penulis kerajaan yang menulis dan di Semenanjung Malaya para pujangga yang menulis. Akibatnya, penduduk biasa di Jawa dan Semenanjung memiliki angka literasi tinggi belum lama. Pada tahun 1863 di Jawa dari 23 residentie, baru di 15 residentie terdapat sekolah pemerintah (plus satu sekolah guru). Di Afdeeling Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli, di dua distrik (onderafdeeling) sudah terdapat enam sekolah pemerintah (plus satu sekolah guru). Di Semenanjung Malaya pada tahun yang sama belum ditemukan sekolah modern (aksara latin). Orang-orang Angkola Mandailing inilah yang terawal merintis pers, baik berbahasa Melayu maupun bahasa asing.

Lantas bagaimana sejarah pers pribumi berbahasa asing (Belanda dan Inggris)? Seperti disebut di atas, pers pribumi di Asia Tenggara justru dimulai oleh orang-orang Batak. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah pers pribumi berbahasa asing (Belanda dan Inggris)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (767): Pers Berbahasa Melayu Dikembangkan Orang Cina dan Batak; Awal Pers di Asia Tenggara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kegiatan tulis menulis tidak selalu linier. Itu juga terjadi dalam pers(uratkabaran). Pers berbahasa Melayu, sebenarnya dimulau oleh orang-orang Belanda, tetapi kemudian dikembangkan oleh orang Cina dan orang Batak. Pers berbahasa Melayu adalah surat kabar dan majalah yang menggunakan bahasa Melayu. Ini mengindikasikan pada awal orang Melayu sendiri belum terlibat dalam pers berbahasa Melayu. Orang-orang Melayu di Semenanjung Malaya bahkan belum kenal ap aitu pers berbahasa Melayu.


Surat kabar di Nusantara (Indonesia, Malaysia, Singapoera dan Filipina serta lainnya) bermula di Batavia (kini Jakarta). Dengan mengabaikan surat kabar pada era VOC/Belanda, surat kabar di Batavia dimulai pada tahun 1810. Surat kabar pertama ini berbahasa Belanda. Setelah Batavia kemudian baru muncul di Soerabaja. Semarang dan Padang. Seiring dengan pertumbuhan surat kabar di Indonesia (baca: Hindia Belanda), mulau muncul jurnal/semi/ilmiah di Batavia kemudian disusul di Singapoera (berbahasa Inggris) dan di Manila (berbahasa Spanyol). Surat kabar berbahasa Melayu muncul pertama di Soerabaja pada tahun 1853. Lalu kemudian menyusul di Padang dan Batavia. Pada awal pertumbuhan pers berbahasa Melayu ini mulai muncul surat kabar berbahasa Inggris di Singapoera dan berbahasa Spanyol di Manila. Hingga sejauh ini pers berbahasa Melayu (di Hindia Belanda) masih dikelola oleh orang-orang asing (Belanda dan Jerman). Pada tahun 1895 di Padang seorang pribumi (orang Batak) mulai aktif sebagai editor dalam surat kabar berbahasa Melayu. Lalu bagaimana dengan orang-orang Cina.

Lantas bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu dikembangkan orang Cina dan orang Batak? Seperti disebut di atas, pers berbahasa Melayu awalnya orang asing tetapi kemudian menysul yang pertama orang pribumi dan orang Cina. Lalu bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu dikembangkan orang Cina dan orang Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 10 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (766): Jose Rizal, Tokoh Filipina Sejaman Dja Endar Moeda; Mengapa Disebut Berjuang Demi Melayu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Melayu adalah suatu nama yang sudah jelas dan harus dijaga eksistensinya. Namun penempatan nama Melayu haruslah disesuaikan dengan konteksnya. Tidak tepat Bahasa Indonesia disebut Bahasa Melayu Indonesia, juga tidak pas candi Borobudur disebut salah satu hasil peradaban Melayu. Ada pula yang menyebut pejuang Filipina Jose Rizal berjuang atas nama Melayu. Apa iya? Juga di pantai barat Sumatra, pejuang sejaman dengan Jose Rizal Bernama Dja Endar Moeda disebut berjuang atas nama Melayu.


Pada tahun 1949 terbit sebuah buku tentang Jose Rizal yang ditulis oleh Rafael Palma dengan judul The Pride of the Malay Race: A Biography of José Rizal. Dalam buku ini disebut Jose Rizal bisa 22 buah bahasa termasuk bahasa Melayu. Ada juga tulisan yang dibuat oleh Leon Guerrero dengan judul The First Filipino: A Biography of Jose Rizal. Disebutkan didalamnya Jose Rizal ingin menjadikan bangsa Melayu Filipina setara bangsa-bangsa lain di dunia. Dua buku inilah yang kemudian kerap dikutip para penulis di Malaysia. Lalu mengapa di Filipina ada yang menyebut Jose Rizal berjuang atas nama Melayu? Itu satu hal. Hal lainnya adalah di mengapa akhir-akhir ini nama Jose Rizal di Malaysia menjadi penting dalam konteks Melayu? Bukankah Jose Rizal bukan beragama Islam, dan Jose Rizal juga bukan berasal dari orang (etnik) Melayu.

Lantas bagaimana sejarah Jose Rizal pahlawan Filipina sejaman Dja Endar Moeda dan mengapa pula Jose Rizal disebut berjuang demi Melayu? Seperti disebut di atas, Jose Rizal bukan beragama Islam dan Melayu disebut harus orang Islam. Lalu bagaimana sejarah Jose Rizal pahlawan Filipina sejaman dengan Dja Endar Moeda di pantai barat Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (765): Afiliasi Melayu Diantara Nama Malaya - Malaysia; Bahasa, Budaya, Bangsa Jadi Kontroversi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Selama negara Malaysia tidak menggunakan nama Malaysia, selama itu juga akan bergesekan dengan Indonesia. Apa pasal? Penduduk eks wilayah Hindia Belanda telah memperjuangkan nama Indonesia. Sebaliknya eks wilayah Inggris (Federasi Malaya, Singapoera, Serawak, Brunai dan Sabah) dinamai Malaysia. Sebagaimana diketahui, Brunai menolak bergabung dengan Federasi Malaysia (1963), lalu kemudian Singapoera keluar dari Federasi (1965). Kini, Serawak dan Sabah galau.


Ketika Inggris keluar dari wilayah koloni (1963), ingin negara-negara eks koloni dengan nama Federasi Malaysia. Negara Singapoera bersedis karena sangat tergantung dengan arus perdagangan (ekspor dan impor) di Semenanjung Malaya (wilayah Federasi Malaya). Sebelum itu, Singapoera sudah tidak nyaman ketika para politisi Malaya memaksakan agar bahasa resmi di Singapoera adalah bahasa Melayu dan agama Islam bebas di Singapoera plus ada perwakilan (negara) Malaya di dalam parlemen (negara) Singapoera. Saat mana muncul pemberontakan kaum komunis di Semenanjung Malaya dan di Indonesia, Singapoera keluar dari Federasi Malaysia pada tahun 1965. Federasi Malaya tidak berkutik. Pertama, saat pembentukan Federasi Malaysia, pihak Indonesia dan Filipina mengecam dan bahkan Indonesia melancarkan propaganda Ganyang Malaysia. Kedua, angkatan laut Inggris, yang memberi lampu kuning Singapoera keluar dari federasi, masih berada di Singapoera. Lalu mengapa isu Melayu di Malaysia, yang menjadi pemicu Singapoera keluar dari Federasi Malaysia, masih terus dikembangkan hingga ini hari?  Kini, isu bahasa, budaya dan bangsa Melayu jadi kontroversi?

Lantas bagaimana sejarah identifikasi nama Melayu diantara Malaya dan Malaysia yang kini isu bahasa, budaya dan bangsa menjadi kontroversi? Seperti disebut di atas, masalah itu sudah berlangsung lama, bahkan sebelum Inggris memberikan kemerdekaan kepada Federasi Malaya. Lalu bagaimana sejarah identifikasi nama Melayu diantara Malaya dan Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 09 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (764): Orang Malaysia, Kini Terbelah Melihat Indonesia; Pejuang Malaysia di Indonesia Dilupakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa kini kerap terjadi gesekan antara Malaysia dengan Indonesia, antara pejabat dengan pejabat dan antara warga dengan warga? Padahal, faktanya kedua negara bertetangga dan bahkan warga Malaysia banyak yang berasal dari etnik yang ada di Indonesia. Fakta lain bahwa antara warga Semenanjung Malaya (baca: Malaysia) dan warga Indonesia (baca: Hindia Belanda) begitu akrab di masa colonial. Apakah rujukan sejarah tidak berlaku lagi pada masa ini.


Struktur politik di Malaysia pada masa ini sudah berbeda jauh dengan keadaan pada waktu menjelang dan awal kemerdekaan Federasi Malaya di Semenanjung Malaya. Situasi dan kondisinya berubah drastis setelah Singaoera keluar dari Federasi Malaysia, Bibit perpecahan warga sesama bertetangga antara Malaysia dan Indonesia mulai terjadi ketika pembentukan Federasi Malaysia 1963 dimana Indonesia memprovokasi Malaysia dengan selogan Ganyang Malaysia. Meski demikian, tidak cukup tenaga warga Malaysia untuk merespon balik, Bahkan warga Malaysia memilih berdamai yang dengan sukarela membuka puntu bagi guru-guru Indonesia untuk mengajar di Malaysia. Namun situasi cepat berubah, ketika Malaysia mulau maju secara ekonomi, tidak tergantung lagi dengan Indonesia, lebih-lebih TKI Indonesia banyak yang ke Malaysia, warga Malaysia mulai ingat luka lama hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Dalam situasi inilah warga dan bahkan pejabat Malaysia mulai membuka front dengan Indonesia mulai dari soal perbatasan, klaim budaya dan yang terakhir soal bahasa Melayu di Alam Melayu. Perselisihan tidak hanya diantara warga, juga pemeriontah dan bahkan para akademisi Malaysia yang bergelar guru besar terang-terangan menyerang Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah orang Malaysia, kini terbelah melihat Indonesia? Apakah pejuang Malaysia di Indonesia pada era colonial telah dilupakan? Seperti disebut di atas, warga Malaysia sekarang banyak yang keturunan Indonesia. Apakah keadaan masa kini mereka telah mulai tersisih di Malaysia? Lalu bagaimana sejarah orang Malaysia, kini terbelah melihat Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (763): Ibrahim Yakub van Malaya; Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung Berada di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah modern Malaysia (baca: Semenanjung Malaya) perjuangan kemerdekaan justru dimulai di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Salah satu dari yang pertama perjuangan itu dilancarkan oleh Ibrahim Yakub dkk. Untuk menggalang kekuatan mereka membentuk perhimpunan dengan nama Persatoean Melajoe Indonesia. Siapa mereka itu? Mereka adalah orang-orang Malaya yang memiliki keturunan dari wilayah-wilayah di Hindia Belanda seperti dari Sumatra, bahkan dari Tapanoeli.


Banyak migran asal Indonesia (baca: Hindia Belanda) ke Malaysia (baca: Malaya), seperti Minangkabau, Jawa, Bugis dan Angkola Mandailing (Tapanoeli). Tingginya populasi Angkola Mandailing di Malaya karena begitu dekat jaraknya hanya dibatasi oleh selat Malaka di wilayah Selangor. Pendiri kota Koealaloempoer di Selangor adalah orang Angkola Mandailing yang dipimpin oleh Soetan Puasa yang kemudian menyebar ke Perak dan Kedah. Tiga Negara bagian Malaysia ini merupakan tempat dimana terkonsentrasi etnik Angkola dan etnik Mandailing. Oleh karenanya, di era kemerdekaan Malaysia, sejumlah etnik Mandailing dan etnik Angkola  yang berada di Malaysia banyak yang mengambil peran di dunia  politik dan pemerintahan Malaysia. Sejumlah individu asal (etnik) Angkola dan etnik Mandailing yang menonjol di Malaysia diantaranya adalah Tan Sri Dato’ Senu Abdurrahman Siregar (pernah menjadi Duta Besar Malaysia untuk Indonesia dan juga mantan Menteri Penerangan Kerajaan Malaysia), Tun Mohammad Haniff bin Omar Nasution (mantan Ketua Polis Diraja Malaysia), Laksamana Dato’ Mohammad Zain Salleh Nasution (mantan Panglima Angkatan Laut Diraja Malaysia), Dato' Harun bin Idris Harahap (mantan Menteri Besar Selanggor), Tan Sri Dato’ Mohammad bin Haji Mohammad Taib Nasution (mantan Menteri Besar Selanggor), Tan Sri Dato’ Haji Mohammed Azmi bin Haji Kamaruddin Harahap (Hakim Agung), dan Dato’ Kamaruddin bin Idris Harahap (mantan Ketua Polis Diraja Malaysia).

Lantas bagaimana sejarah Ibrahim Yakub van Malaya pendiri Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung yang berada di Indonesia? Seperti disebut di atas, populasi Malaysia hari ini terdiri dari ras/bangsa dan juga suku/bangsa (etnik) berasal dari Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Ibrahim Yakub van Malaya pendiri Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung yang berada di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 08 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (762): Bahasa Inggris Diakui dan Bahasa Cina Lestari di Singapura; Apakah Bahasa Melayu Punah?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Penduduk asli (pulau) Singapoera yang berasal dari pulau-pulau di Nusantara berbahasa Melayu. Kehadiran pendatang Cina dan India yang intens sejak kehadiran Inggris di Semenanjung Malaya (khususnya Penang dan Malaka). Manakala Inggris membuka koloni di pulau Singapoera, para pendatang Cina khususnya lambat laun semakin dominan (bahkan sudah jauh melampaui penduduk berbahasa Melayu). Sejak kemerdekaan Singapoera dan memisahkan diri dari Federasi Malaysia 1965, posisi penduduk berbahasa Melayu menjadi pangkal arah kepunahan bahasa Melayu.


Setelah lama Inggris berkoloni di Penang, Malaka dan Singapoera dengan wilayah Semenanjung Malaya sebagai protektorat (penjajahan ala Inggris), pada tahun 1954 Inggris mulai memberikan Federasi Malaya kemerdekaan (termasuk Penang, Malaka dan Singapoera). Menjelang kemerdekaan ini ada tuntutan Malaya agar ada perwakilan Malaya di parlemen Singapoera, bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dan agama Islam memiliki kebebasan. Namun situasi berubah pada tahun 1957 yang diberikan kemerdekaan adalah Federasi Malaya (minus Singapoera). Inggris masih berkoloni di Singapoera. Dalam pembentukan Federasi Malaysia tahun 1963 (Federasi Malaya, plus Singapoera, Serawak dan Sabah), awalnya Singapoera nyaman-nyaman saja (karena ketergantungan perdagangan kepada Semenanjung Malaya), namun menjadi masalah yang menyebabkan Singapoera keluar dari federasi pada tahun 1965. Latah orang Melayu di Malaya terhadap Singapoera dan dominasi Cina di Singapoera menjadi faktor penting Singapoera menjadi negara yang berdiri sendiri (meski pangkalan angkatan laut Inggris masih di Singapoera).

Lantas bagaimana sejarah bahasa Inggris diakui dan bahasa Cina lestari di Singapoera? Apakah Bahasa Melayu akan punah? Seperti disebut di atas, Singapoera awalnya bagian dari Federasi Malaya, namun kemudian Singapoera memisahkan diri dari Federasi Malaysia menjadi negara sendiri. Lalu bagaimana sejarah bahasa Inggris diakui dan bahasa Cina lestari di Singapoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (761): Bahasa Belanda Gagal di Indonesia, Bahasa Inggris Sukses di Malaysia; Merdeka atau Merdeka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat mana kehadiran orang Eropa pertama di Nusantara (Portugis) bahasa yang digunakan secara luas (lingua franca) adalah bahasa Melayu. Namun bahasa Melayu bukanlah penutur terbanyak, tetapi adalah penutur bahasa Jawa dan juga bahasa Batak. Di Semenanjung Malaya bahasa yang dominan adalah bahasa Melayu. Dua bahasa Eropa yang kemudian berkembang pesat kemudian adalah bahasa Belanda dan bahasa Inggris.


Orang-orang pertama Eropa (terutama Portugis) di Nusantara tidak terlalu intens memperkenalkan bahasanya, tetapi sebaliknya orang-orang Portugis belajar berbahasa Melayu (karena mereka cenderung merakyat dan kawin mawin dengan berbagai penduduk asli). Orang-orang Spanyol di pulau-pulau Filipina melalui kegiatan misionaris yang masif melembagakan bahasa Spanyol melalui pendidikan yang diselenggarakan para misionaris. Dua Eropa berikutnya yakni Belanda dan Inggris memiliki pola koloni yang berbeda. Orang-orang Belanda sejak era Portugis telah membentuk koloni yang diperluas dengan kahadirannya di berbagai wilayah bahkan hingga ke pedalaman. Sementara Inggris membentuk koloni di kota-kota pantai/pulau dan bekerjasama dengan para pemimpin lokal baik di India maupun Bengkulu yang kemudian di Semenanjung. Hanya di Australia populasi Inggris dominan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda (sejak 1800) Kerajaan Belanda membentuk cabang-cabang pemerintah yang sangat luas dan bahkan hingga ke tingkat distrik (dengan pejabat Controleur(. Belanda melestarikan bahasa Belanda melalui pemerintahan dan pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya Inggris seperti di India dan Semenanjung hanya melesatrikan bahasa Inggris di kota-kota koloni.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti disebut di atas, ada perbedaan cara berkoloni Belanda di Indonesia dengan cara berkoloni Inggris di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 07 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (760): Orang Melayu di Malaysia Berbeda Tidak Bersatu; Hanya Mayoritas di Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya dapat dikatakan negeri Melayu negara Melayu. Mengapa? Negara menjunjung tinggi orang Melayu, bahasa resmi negara bahasa Melayu. Negara Malaysia ‘berbendera Melayu, menganggap negara lain bukan Melayu. Orang Melayu Semenanjung Malaya merasa mewakili semua orang Melayu di Nusantara. Namun hal itu yang menyebabkan munculnya ketidaksatuan diantara Melayu. Faktanya orang Melayu di Malaysia hanya mayoritas di Semenanjung Malaya.


Ada kecenderungan orang-orang di Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya, merasa segalanya, bahkan diantara warga Malaysia sendiri. Hal ini berbeda dengan Melayu di berbagai wilayah di Indonesia, orang Melayu lebih merasa berbagi dengan etnik lain dalam banyak hal, seperti wilayah, peradaban maupun dalam pengembangan diri. Meski orang Melayu di berbagai wilayah di Indonesia saling berbeda (dialek bahasa, budaya dan agama) namun merasa satu melayu di bawah bingkai nasional Indonesia. Di Malaysia, seperti haalnya di Indonesia, dapat dikatakan berbeda-beda, tetapi ke atas hanya satu Melayu yang ‘bersaing’ dengan etnik lain (China, India, suku bangsa yang lain). Hal itu yang kemudian menyebabkan diantara orang Melayu di Malaysia menjadi tidak bersatu karena nyatanya tidak seperti perasaan bersatu di Indonesia diantara orang Melayu yang berbeda-beda. Strategi negara yang berbeda menjadi penyebab perbedaan diantara orang Melayu antar negara.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas, negara Malaysia mengusung nama Melayu, menganggap negaranya mewakili Melayu di seluruh Nusantara dan bahkan di muka bumi. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (759): Orang Melayu Berbeda-Beda di Nusantara; Banyak di Sumatra, Hanya Minoritas di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara pada zaman dahulu sudah terbentuk dari berbagai suku/bangsa. Ada yang sudah punah/lenyap atau tersamar dalam suku lain yang populasinya lebih besar. Jumlah suku di Indonesia yang ada sekarang dibandingkan di masa lampau tentu jauh lebih sedikit. Hal itu juga dengan di Malaysia. Suku/bangsa Melayu di Indonesia kini hanya minoritas, yang mayoritas adalah suku/bangsa Jawa. Sementara di Malaysia suku/bangsa terbesar adalah Melayu. Namun karena berbeda definisi di Indonesia dan Malaysia, banyak suku/bangsa asal Indonesia di Malaysia dianggap Melayu (bahkan sekalipun mereka berbahasa etnik sendiri).


Suku atau juga bangsa, adalah suatu afiliasi bagi seseorang atau sekelompok orang yang mengidentifikasi diri masuk atau dikelompokkan sebagai suku apa atau beragama. Pengelompokkan diri dalam suku lebih longgar dari agama. Kelonggaran dalam afiliasasi suku itu bisa dipengaruhi karena hubungan tempat tinggal, batas-batas wilayah/negara, hubungan perkawinan, bahasa yang digunakan atau elemen-elemen budaya lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini secara makro pengelompokkan suku bisa karena atas pengakuan atau karena diidentifikasi orang lain (label yang diberikan oleh orang luar/asing). Pengelompokkan suku/bangsa yang dimaksud di atas dapat berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Di Indonesia dan di Malaysia pengelompokkan etnik Melayu tampaknya berbeda.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti disebut di atas, suku/bangsa adalah suatu afiliasi, suatu pengelompokkan yang berbeda-beda antara satu pihak dengan pihak lain antara satu negara dengan negara lain. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 06 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (758): Orang Melayu Malaysia Rasialkah? Perbedaan Konfigurasi Cina dan India, Dulu dan Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Politik rasial sejak zaman kuno masih eksis hingga kini. Masih ada negara di dunia terus terang atau tidak masih menganut paham politik rasial. Di negara dimana muncul isu rasial, bentrok dan huru hara kerap terjadi. Politik rasial lebih membuat negara tidak aman dan tidak nyaman. Sebaliknya, kemajuan internasional menyebabkan orang bepergian kemana saja. Dalam hal ini hanya negara yang tidak memiliki politik rasial yang akan membuat pengunjung menjadi nyaman dan aman. Indonesia termasuk negara yang menolak politik rasial. Lalu bagaimana dengan di Malaysia.


Politik Rasialis Warisan Kolonial di Malaysia. Oleh Maruli Tobing. Kompas.com. Gemerlap Kuala Lumpur, Malaysia, dengan menara kembar pencakar langit itulah merupakan etalase keberhasilan pembangunan di Dunia Ketiga. Hanya dalam waktu tiga dekade, negeri biji timah dan sawit berubah menjadi negara industri manufaktur. Tahun 1970-an, negara yang sekarang berpenduduk 28 juta jiwa ini tidak lebih maju dibandingkan dengan tetangganya di Asia Tenggara. Bahkan, Malaysia harus mendatangkan tenaga guru, dosen, dokter, ahli pertanian, dan tenaga profesional lainnya dari Indonesia. Kini pendapatan per kapita Malaysia sekitar 6.500 dollar AS, jauh di atas Indonesia yang hanya sekitar 1.500 dollar AS. Diperkirakan, lebih dari dua juta tenaga kerja Indonesia mencari nafkah di negeri jiran tersebut. Ratusan ribu lainnya datang dari China, India, Thailand, Myanmar, Kamboja, Banglades, Pakistan, Filipina, dan seterusnya. Kemajuan ekonomi dan tingginya upah di Malaysia menjadi daya pesona bagi para pekerja migrasi. Akan tetapi, di balik gemerlap tersebut, suatu pergolakan sedang berlangsung. Ia adalah politik rasial warisan kolonial Inggris, yang sekarang mirip api dalam sekam.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu Malaysia rasialkah? Seperti disebut di atas, pada masa ini sejumlah orang menuduh terjadi politik rasial di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu Malaysia rasialkah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (757): Malaysia Dulu Akui Bahasa Indonesia; Kini, Ada Orang Malaysia Menolak Bahasa Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang Indonesia mengakui Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu. Deklarasi Bahasa Indonesia terjadi pada Kongres Pemuda 1928. Para pemuda Melayu asal Semenanjung Malaya memulai perjuangan kemederkaan pada tahun 1935 di Batavia (kini Jakarta). Menjelang kemerdekaan Federasi Malaya, pada Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954 turut hadir pemuda Federasi Malaya. Detik-detik tahun kemerdekaan Federasi Malaya 1957, para pegiat Pendidikan di Semenanjung Malaya mencari guru-guru Bahasa Indonesia di Jogjakarta untuk ditempatkan di Federasi Malaya. Ini mengindikasikan bahwa sejak awal orang Melayu di Federasi Malaya (cikal bakal Malysia) mangakui Bahasa Indonesia, tetapi mengaoa kini ada orang Malaysia tidak mengakuai Bahasa Indonesia (bahkan ada yang guru besar).

 

Dalam sejarah bahasa Melayu di Semenanjung Malaya, pada saat kemerdekaan Federasi Malaya 1957, ditetapkan sebagai bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu, Dalam perkembangannya nama bahasa resmi negara diubah menjadi Bahasa Malaysia (bukan lagi Bahasa Melayu). Namun kemudian nama bahasa resmi negara diganti lagi menjadi Bahasa Melayu (hingga kini). Sejak inilah nama Melayu dalam berbagai elemen bernegara mulai ditonjolkan. Namun faktanya orang Malaysia tidak terlalu serius membahwa bahasa Melayu sebagai bahasa resmi, sebaliknya bahasa Inggris yang lebih populer di Malaysia yang menyebabkan bahasa Melayu gagal dimajukan (sangat dilematis). Manakala bahasa Melayu gagal di Malaysia orang Malaysia mulai ada yang menggugat Bahasa Indonesia. Bahkan ada guru besar yang menyatakan dengan angkuh bahwa Bahasa Indonesia tidak ada. Katanya yang ada adalah bahasa Melayu. Menurutnya lagi Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Indonesia. Bagaimana bisa?

Lantas bagaimana sejarah orang Malaysia dulu mengakui Bahasa Indonesia, tetapi kini ada orang Malaysia menolak Bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas, ketika Pemerintah Malaysia ingin memajukan bahasa Melayu (sebagai bahasa resmi negara), namun popularitas bahasa Inggris menyebabkan bahasa Melayu gagal. Lalu bagaimana sejarah orang Malaysia dulu mengakui Bahasa Indonesia, tetapi kini ada orang Malaysia menolak Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 05 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (756): Bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia; Awal Pembentukan Tata Bahasa Indonesia (1881)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat Elisa Netscher melakukan studi bahasa Melayu di Riau tahun 1852, tidak ada orang (ahli atau peneliti) bahasa yang telah membicarakan tata bahasa Melayu. Kajian Netscher tentang bahasa Melayu hanya sebagai pelengkap dari kajian-kajian sebelumnya. Khusu kajian tatabahasa bahasa Melayu baru dimulai pada tahun 1881, tidak di Tanjung Pinang, tetapi di Padang Sidempoean. Itu semua karena dipicu oleh NH van der Tuuk yang sudah mempublikasikan tata bahasa pertama di nusantara, yakni tata bahasa Batak.


Awal mula terbentuk bahasa Melayu di pantai timur Sumatra pada abad ke-7. Seiring dengan perkembangan transformaso bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu, maka lingua franca bergeser dari bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu. Sejak inilah bahasa Melayu menyebar ke seluruh nusantara termasuk ke Semenanjung Malaya bahkan hingga ke pantai timur Tiongkok dan Madagaskar. Hingga kehadiran orang Eropa/Portugis tidak ada bukti yang telah mendokumentasikan kamus bahasa Melayu. Meski orang Moor dan orang Portugis sudah terbiasa bahasa Melayu juga tidak ada bukti bahasa Melayu telah didokumentasikan. Orang-orang Belanda dapat dikatakan yang pertama membuat kamus bahasa Melayu. Ini bermula pada ekspedisi Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) singgah enam bulan di Madagaskar. Di pulau inilah ahli bahasa Belanda Frederik de Houtman membuat kamus bahasa Melayu. Kamus yang difinialisasi di Atjeh, lalu diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1603. Kamus bahasa Melayu-Belanda ini bertahan cukup lama hingga seorang Inggris William Marsden (1811) menyusun kembali kamus bahasa Melayu (versi terjemahan bahasa Inggris). Keutamaan kamus Masden ini lebih kaya dari kamus-kamis versi Belanda, juga kamus ini diperkaya Marsden dengan sejarahnya. Sejauh ini Marsden belum berbicara tata bahasa Melayu. Tatabahasa Melayu, sejatinya baru dibicarakan oleh seorang guru bahasa Melayu Charles Adrian van Ophuijsen tahun 1881 di Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Dalam hal ini kita tidak tengah membicarakan Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu, tetapi soal tata bahasa. Seperti disebut di atas, awal pembentukan tata Bahasa Indonesia dimulai tahun 1881 di Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.