Jumat, 13 Juli 2018

Sejarah Universitas Indonesia (3): Sejarah Panjang Universitas Indonesia; Prof. Mr. Soepomo, Ph.D Doktor Hukum Cum Laude


*Semua artikel Sejarah Universitas Indonesia dalam blog ini Klik Disini
 

Inilah sejarah Universitas Indonesia yang sebenarnya. Satu fase terpenting dalam sejarah Universitas Indonesia adalah masa peralihan dari Universiteit van Indonesie menjadi Universitas Indonesia. Tokoh yang terbilang berperan penting dalam fase peralihan ini adalah Prof. Mr. Soepomo, Ph.D. Sementara itu, universitas negeri Universitas Gadjah Mada sudah terbentuk di Djogjakarta. Dalam proses membentuk universitas nasional (Universitas Indonesia), pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) menginginkan Universitas Gadjah Mada digabung (dilebur) ke Universitas Indonesia. Namun itu tidak terjadi karena ada penolakan termasuk Wakil Perdana Menteri RI di Djogjakarta Abdul Hakim Harahap. Alasannya hanya satu: Universitas Gadjah Mada yang didirikan RI di Djogjakarta 1949 adalah situs penting perjuangan para Republiken. Boleh jadi alasan Abdul Hakim Harahap karena pendirian Universitas Gadjah Mada digagas oleh seniornya Prof. Mr, Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D (Menteri Pendidikan RI kedua).

Prof. Soepomo (De Telegraaf, 09-01-1950)
Pada awal tahun 1950, Presiden Ir. Soekarno dan Menteri Pendidikan Dr. Aboe Hanifah menghadiri Kongres Mahasiswa Indonesia (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-01-1950). Presiden mengatakan ‘tujuan kami adalah negara nasional (nationale staat) dan itu belum tercapai’. Sementara Menteri Pendidikan mangatakan ‘niat pemerintah sesegera mungkin untuk membangun Universitas Nasional (Nationale Universiteit). Inilah gagasan awal pembentukan Universitas Indonesia.

Sejarah Universitas Indonesia sendiri adalah sejarah yang sangat panjang. Embrionya bermula ketika sekolah tinggi kedokteran didirikan pada tahun 1851 di Weltevreden (kini Gambir). Proses peralihan Universiteit van Indonesie ke Universitas Indonesia tahun 1951 hanya satu fase di dalam perjalanan panjang sejarah Universitas Indonesia. Dengan kata lain butuh waktu 100 tahun sejak lahir (1851) hingga Universitas Indonesia benar-benar milik pemerintah Indonesia (1951). Tahap berikutnya dalam perkembangan Universitas Indonesia sebagaimana wujud yang sekarang sesungguhnya baru selesai pada tahun 1963 setelah Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan dimekarkan menjadi Institut Pertania Bogor.

Selasa, 03 Juli 2018

Sejarah Yogyakarta (1): Dr. Sardjito, Ph.D, Dokter Bergelar Doktor; STOVIA, Boedi Oetomo, Leiden, Pasteur Instituut, UGM


* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Sardjito, hanya itu namanya: singkat dan padat. Namun kapasitas Sardjito tidak hanya seorang dokter lulusan Stovia, tetapi Dr. Sardjito adalah dokter Indonesia generasi pertama yang berhasil meraih gelar doktor (Ph.D). Tidak hanya itu, Dr. Sardjito, Ph.D juga adalah tokoh penting organisasi kebangsaan Boedi Oetomo. Nama dokter Sardjito juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari Pasteur Instituut dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dr. Sardjito, Ph.D
Dr. Sardjito, Ph.D adalah orang Indonesia kedua yang meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran (1923). Dr. Sardjito, Ph.D adalah pribumi pertama yang menjabat direktur Pasteur Instituut. Sementara itu, perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran adalah Dr. Ida Loemongga, Ph.D (1931). Sedangkan Dr. Achmad Mochtar, Ph.D adalah orang pribumi pertama yang menjabat direktur Eijkman Instituut. Ida Loemongga kelahiran Padang dan Achmad Mochtar kelahiran Bondjol adalah sama-sama berasal dari Mandailing dan Angkola (Afdeeling Padang Sidempoean, Tapanoeli). Ida Loemongga adalah anak Dr. Haroen Al Rasjid Nasution dan Achmad Mochtar adalah anak guru Omar Loebis.

Namun sangat disayangkan, riwayat Dr. Sardjito ditulis sangat singkat, padahal Dr. Sardjito catatan karirnya sangat fantastik: Dokter doktor kedua, Direktur Pasteur pertama dan Rektor UGM pertama. Data riwayat Dr. Sardjito, Ph.D yang singkat tersebut ternyata banyak informasinya yang ditulis keliru. Satu hal lain tidak pernah ditulis ternyata Dr. Sardjito juga 'master' dalam permainan catur. Untuk itu, sejarah Dr. Sardjito, Ph.D perlu ditulis kembali (selengkap mungkin dan seakurat mungkin). Mari kita telusuri surat kabar sejaman.

Senin, 02 Juli 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (7): Sejarah ‘Studieclub’ Soerabaja, Batavia, Bandoeng; Medan Perdamaian dan Indisch Vereeniging


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah ujung perjalanan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda. Perjuangan itu jangan membayangkan hanya dilakukan oleh Soekarno dan Mohamad Hatta, tetapi dilakukan secara bersama-sama oleh semua elemen bangsa yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Proklamasi kemerdekaan ternyata tidak cukup, perjuangan harus dilakukan dengan mengangkat senjata (perang kemerdekaan). Ketika Soekarno dan Mohamaad Hatta tidak hadir, semua elemen bangsa mampu menyelesaikannya hingga Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia.

Indische courant, 14-07-1924
Landasan perjuangan bangsa Indonesia adalah persatuan. Suatu persatuan yang diikat dalam satu kesatuan (organisasi). Persatuan bangsa Indonesia yang pertama adalah organisasi kebangsaan Medan Perdamaian di Padang, lalu kemudian Indisch Vereeniging di Belanda dan Indisch Partij. Dalam perjalanan merajut persatuan bangsa Indonesia inilah muncul klub studi (studieclub) di Soerabaja, Batavia dan Bandoeng. Klub-klub studi ini telah memperkaya persatuan dan mempertajam visi misi bangsa Indonesia sehingga memunculkan ide persatuan dan kesatua yang kuat (PPPKI).

Perjuangan bangsa melalui organisasi telah memperkuat persatuan. Perjuangan bangsa dengan membentuk klub studi telah mempertajam tujuan dan metode untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini, perlu kiranya ditulis kembali bagaimana organisasi-organisasi dan klub-klub studi yang didirikan bersinergi hingga pada akhirnya terbentuk partai-partai politik di Indonesia: partai yang secara terang-terangan mengusung non-cooperative dan berusaha mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.

Minggu, 01 Juli 2018

Sejarah Kota Depok (47): Onderneming Tempo Doeloe; Pondok Tjina, Sawangan, Tapos, Tjimanggis, Tjinere dan Tjitajam


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
 

Pada era kolonial Belanda, di Depok dan sekitarnya adalah wilayah pertanian (onderneming). Perusahaan-perusahaan pertanian yang ada terdapat di wilayah antara Batavia hingga Buitenzorg. Perusahaan-perusahaan tersebut sudah lama tidak beroperasi, namun situsnya hingga tahun 1980an masih terlihat di beberapa tempat. Pada saat ini sudah sangat sulit menemukannya. Berdasarkan data onderneming tahun 1938, di wilayah Kota Depok yang sekarang ditemukan sejumlah perusahaan pertanian (onderneming) sebagai berikut: Pondok Tjina, Sawangan, Tjinere, Tapos, Tjimanggies dan Tjitajam.

Brinkman's cultuur-adresboek voor NI, 1937
Informasi ini bersumber dari Brinkman's cultuur-adresboek voor Nederlandsch-Indie, 1937. Buku Brinkman's ini berisi nama-nama onderneming di seluruh Indonesia (baca: Hindia Belanda). Setiap onderneming dideskripsikan komoditi yang diusahakan, nama pemiliki, perwakilan, dan administratur perusahaan. Juga disajikan alamat perusahaan dan lokasi dimana lahan yang diusahakan.

Fungsi lahan-lahan onderneming ini secara perlahan menghilang karena tekanan kepadatan penduduk di sekitar Jakarta dan berubah fungsi menjadi pemukiman. Lahan-lahan yang subur tersebut semakin cepat berkurang seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan perumahan-perumahan.

Sabtu, 30 Juni 2018

Sejarah Jakarta (28): Sejarah Notaris di Indonesia; Hasan Soetan Pane Paroehoem, Satu dari Tujuh Notaris Pertama Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Hingga tahun 1941 di Indonesia hanya terdapat sebanyak 49 notaris. Sebanyak enam orang pribumi dan satu orang Tionghoa. Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, tujuh orang notaris inilah yang tersedia di seluruh Indonesia. Mereka ini kemudian menjadi tulang punggung dalam pembuatan akte pendirian berbagai perusahaan, jajasan dan bentuk-bentuk perjanjian lainnya. Notaris Soewandi adalah pembuat akta pendirian (yayasan) Universitas Indonesia di Djakarta tahun 1951 dan Hasan Harahap gelar Soetan Pane Paroehoem adalah pembuat akta pendirian (yayasan) Universitas Sumatra Utara di Medan tahun 1951.

Hasan Soetan Pane Paroehoem
Kegiatan praktek notariat di Indonesia (baca: Hindia Belanda) secara resmi diberlakukan pada tahun 1860 (Stbl.1860 No.3). Undang-undang kolonial ini masih menjadi rujukan bahkan hingga tahun 2004 (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris). Ini mengindikasikan bahwa para pionir notaris Indonesia tersebut bekerja berdasarkan Stbl.1860 No.3 (Reglement op Het Notaris Arnbt in Nederlands Indie).  

Sejauh ini belum pernah ditulis riwayat awal kegiatan kenotariatan di Indonesia. Juga belum pernah ditulis bagaimana para pionir notaris ini menjadi notaris. Lantas, peran apa saja yang telah meraka lakukan selama karir di bidang kenotariatan. Pertanyaan-pertanyaan ini menarik untuk diketahui. Untuk itu, mari kita telusuri sumber-sumber masa lampau.

Jumat, 29 Juni 2018

Sejarah Jakarta (27): Sekolah Hukum Recht School di Batavia; Mr. Radja Enda Boemi, Ph.D, Meraih Gelar Doktor di Leiden, 1925


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Sekolah Hukum Rechts School di Batavia (1909-1927) telah meluluskan banyak ahli hukum. Namun tidak semuanya melanjutkan studi ke Belanda. Diantara yang studi hukum di Belanda hanya beberapa yang meraih gelar doktor (Ph.D). Yang jelas, Rechts School ini telah turut melahirkan pejuang-pejuang yang turut merebut kemerdekaaan Indonesia.

Selain Rechts School juga terdapat jenis sekolah yang lainnya. Yang pertama didirikan adalah sekolah guru (Kweekschool) tahun 1850, kemudian disusul pendirian sekolah kedokteran Docter Djawa School tahun 18951 (yang kemudian tahun 1902 berubah menjadi STOVIA). Sekolah kedokteran hewan Veeartsen School didirikan di Buitenzorg tahun 1875 lalu disusul pendirian sekolah pertanian Lanbouw School. Di Bandoeng didirikan sekolah tinggi teknik Technisch Hooge School tahun 1920. Pada tahun 1924 STOVIA ditingkatkan statusnya menjadi sekolah tinggi kedokteran (Geneeskundige Hooge School) dan kemudian disusul Rechts School menjadi Rechts Hooges School tahun 1927.

Rechts School di Batavia menjadi cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Lantas bagaimana riwayat perjalanan para alumninya. Sudah barang tentu sudah banyak ditulis, namun tetap dirasakan masih belum cukup. Dengan upaya penggalian data masih dimungkinkan untuk memperkaya tulisan-tulisan yang sebelumnya. Mari kita mulai dari Rechts School itu sendiri.