Sabtu, 25 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (315): Pahlawan Indonesia Andi Pangerang Petta Rani dari Bone; Gubernur Sulawesi 1956 dan 1958

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Andi Pangerang Pettarani adalah pahlawan Indonesia berasal dari (kesultanan) Bone. Pangeran Bone, Andi Pangerang Pettarani memulai karir sebagai pamong praja di beberapa tempat di wilayah Sulawesi bagian selatan. Andi Pangerang Pettarani sebagai salah satu pangeran dario Bone bersifat non-cooperative dengan Belanda yang hadir kembali setelah pendudukan militer Jepang. Setelah pengakuan kedaultan Indonesia, Andi Pangerang Pettarani diangkat sebagai Gubernur (provinsi) Sulawesi tahun 1956 dan 1958.

Andi Pangerang Pettarani (Andi Pangerang Petta Rani) yang bernama lengkap Andi Pangerang Pettarani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang (14 Mei 1903 – 12 Agustus 1975) adalah birokrat, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari suku Makassar dan Bugis yang pernah menjadi Gubernur Sulawesi (terakhir). Andi Pangerang Petta Rani ayah Raja Kesultanan Bone XXXII Andi Mappanyukki dan ibu bernama I Batasai Daeng Taco. Ia adalah saudara tiri dari Andi Abdullah Bau Massepe Pahlawan Nasional Republik Indonesia yang juga Datu Suppa ke-25 dari Kerajaan Suppa. Pendidikan Andi Pangerang Pettarani yaitu sekolah HIS, MULO dan OSVIA di Makassar. Andi Pangerang Pettarani turut berjuang melawan penjajah. Pada bulan Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai anggota delegasi Sulawesi ke Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Bersama Dr. Sam Ratulangi dan Andi Sultan Daeng Radja, dia mengikuti rapat PPKI. Di lain sisi tepatnya pada saat sekutu mendarat di Makassar, Gubernur Ratulangi mengundang raja raja dan pemimpin partai untuk mendukung kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan RI. Tawaran kerja sama dengan pemerintah Belanda pun ditolak mentah mentah dan pertemuan yang dihadiri raja raja termasuk Andi Pangerang Petta Rani ini kembali mengeluarkan pernyataan rakyat Sulawesi mendukung sepenuhnya NKRI. Atas dasar itulah Belanda dan para sekutunya menahan Andi Pangerang Petta Rani dan keluarganya di Rantepao. Andi Pangerang Petta Rani dipecat dari kedudukannya sebagai Kepala Afdeling Bone  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Andi Pangerang Pettarani? Seperti disebut di atas, Andi Pangerang Pettarani adalah seorang pangeran Bone yang pernah menjadi Gubernur Sulawesi. Lalu bagaimana sejarah Andi Pangerang Pettarani? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (314): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Makassar Lintasan Sejarah; Siapa Tokoh Sulawesi Selatan?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah agung Sulawesi (bagian selatan) sejak era VOC dan sejak awal Pemerintah Hindia Belanda seakan hilang di telan zaman baru pada era pergerakan kebangkitan bangsa terutama di Jawa khususnya di Batavia. Tak ada lagi gambaran tentang Soeltan Hasanoedin dan Aroe Palakka di Batavia pada zaman baru ini. Apakah tidak ada? Atau, ada tetapi tidak terinformasikan? Lalu mengapa gambaran itu baru muncul secara jelas pada era perang kemerdekaan seperti tokoh Ranggong Daeng Romo dan Andi Abdoel Azis. 

Dalam lintasan sejarah, pulau Sulawesi, khususnya di wilayah selatan yang berpusat di Makassar bukanlah ruang kosong, tetapi dipenuhi oleh para militan yang selalu menyulitkan pihak asing terutama sejak era VOC hingga awal Pemerintah Hindia Belanda. Sejak terbunuhnya Gubernur Kolonel Alexander van der Hart, secara sistematis bentuk-bentuk perlawanan di Sulawesi bagian selatan seakan dimatikan dan tidak ada lagi yang tersisa. Namun yang menjadi menarik perhatian, mangapa hukum kekebalan energi tidak terjadi pada generasi muda Sulawesi Selatan. Padahal hukum kekebalan energi itu terlihat jelas diantara orang muda berasal dari Tapanuli. Akhirnya kita lebih mengenal dalam sejarah antara generasi Soeltan Hasanoedin dan Aroe Palaka di latar belakang dan generasi BJ Habibi dan Mohamad Jusuf di latar depan. Ada  mata rantai yang terputus. Mata rantai yang terputus terkesan minim pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan.

Lantas bagaimana sejarah lintasan sejarah di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan? Seperti disebut di atas, munculnya tokoh Ranggong Daeng Romo dan Andi Azis menyebabkan kita harus memutar jarum jam kembali ke awal. Lantas siapa tokoh generasi muda dari Sulawesi Selatan pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan? Tentulah mata rantai yang terkesan kurang terinformasikan itu menarik untuk diperhatikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 24 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (313): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Andi Azis; Belanda Mengakui Kedaulatan Indonesia 27-12-1949

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia banyak individu baik sipil maupun piliter mengalami pasang surut, termasuk yang dialami oleh pemuda Andi Azis. Banyak yang memulai karir militer seperti KNIL (Belanda) dan Peta (Jepang). Namun perjalanan karir militer Andi Azis harus berakhir di kampongnya sendiri di Makassar. Pasalnya memberontak pada institusinya sendiri, APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Apakah Andi Azis, pahlawan Belanda?

Andi Abdul Azis (19 September 1924 – 11 Januari 1984) adalah seorang tentara semopat masuk TNI. Andi Azis seorang Bugis di Sulawesi Selatan, pada tahun 1930-an dibawa seorang pensiunan Asisten Residen ke Belanda dan tahun 1935 memasuki Leger School, tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Andi Azis masuk Koninklijk Leger dan berada di pihak Belanda pada masa pendudukan militer Jerman (Nazi). Andi Azis kemudian pindah ke Inggris dan mengikuti pelatihan pasukan komando. Pada tahun 1945 mengikuti skolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet yang kemudian dikirim ke Colombo dan Calcutta dengan pangkat Sersan. Setelah Jepang menyerah Andi Azis sebagai komandan regu dikirim ke Jawa mendarat di Djakarta tanggal 19 Januari 1946 dan ditempatkan di Cilincing. Pada tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer tetapi kemudian kembali lagi ke Djakarta masuk kepolisian tetapi pertengahan 1947 dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi pangkat Letnan Dua yang selanjutnya menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makassar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang anak buahnya (KNIL) dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan TNI (APRIS) dinaikkan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak mengalami perubahan. Pasukan Andi Azis akhirnya ikut memberontak di dalam tubuh APRIS di Makassar selama bulan April sampai Agustus 1950. Andi Aziz dalam sidang militer tahun 1953, saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak meringankan yang akhirnya dihukum penjara 14 tahun (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Andi Azis? Seperti disebut di atas, Andi Azis memulai karir di militer yang bermula di Belanda yang kemudian situasi dan kondisi membawanya kembali ke kampong halaman di Makassar, Apa yang membuat karirnya harus berhenti di Makassar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (312): Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo sejaman dengan Pahlawan Nasional Robert Wolter Monginsidi. Perlawanan mereka terhadap Belanda/NICA terjadi pada era perang kemerdakaan di Makassar (1946-1949). Ranggong Daeng Romo tewas di medan perang; Robert Wolter Monginsidi meninggal setelah dieksekusi. Ranggong Daeng Romo adalah pahlawan Indonesia sejati di Makassar.

Ranggong Daeng Romo (lahir kampung Bone-Bone, Polongbangkeng, Sulawesi Selatan, 1915, wafat markas besar Lapris, Langgese, 27 Februari 1947) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ranggong sekolah dasar HIS dan Taman Siswa di Makassar. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan pembelian padi milik pemerintah penduduk militer Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Ranggong dinobatkan menjadi salah satu orang yang memprakarsai berdirinya organisasi perjuangan di Polombangkeng oleh Karaeng Pajonga Daeng Ngalle yaitu Gerakan Muda Bajeng (GMB). Sebelumnya, Ranggong sempat bergabung dengan barisan pemuda Seinendan dan diangkat menjadi pemimpin Seinendan di Bontokandatto. Pada Gerakan Muda Bajeng, Ranggong diangkat menjadi komandan barisan pertahanan untuk wilayah Moncokomba dan merangkap sebagai Kepala Wilayah Ko'Mara. Pada tanggal 2 April 1946, GMB berubah nama menjadi Laskar Lipan Bajeng. Tujuan dari Laskar Lipan Bajeng yaitu untuk menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Laskar Lipan Bajeng, Ranggong diangkat sebagai pimpinan. Kemudian laskar-laskar yang ada di Sulawesi Selatan bergabung menjadi Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) dan Ranggong diberi kepercayaan penuh untuk memimpin dan menjadi panglima. Pada tanggal 21 Februari 1946, Ranggong memimpin perang untuk pertama kalinya dengan kekuatan lebih kurang seratus pasukan menyerang pertahanan Belanda. Serangan tersebut dilakukan di sebelah Selatan Makassar. Dalam pertempuran tersebut, banyak tokoh Lapris yang meninggal dalam perang termasuk Ranggong yang terbunuh pada 27 Februari 1947. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Bangkala. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti disebut di atas, Ranggong Daeng Romo berjuang sejaman dengan Robert Wolter Mongisidi. Mereka melakukan perlawanan terhadap  kehadiran kembali Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.