Sabtu, 17 Desember 2022

Sejarah Madura (42): Ambunten di Pantai Utara Pulau Madura, Bagaimana Kisahnya? Geomorfologi Ambunten Antara Dua Sungai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada sejarah Ambunten? Tentu saja ada, tetapi kurang terinformasikan. Bagaimana sejarahnya? Itu dia. Seperti halnya Sepulu, kota Ambunten berada di pantai utara Madura. Sejarah Ambunten boleh jadi sangat menarik. Bukan karena ada gugusan karang Karang Tangis dan goa Gambar. Yang kurang terperhatikan antara lain sungai Ambunten sendiri, Sungai Ambenten ini diduga yang menggarmabarkan geomorfologis wilayah dimana kemudian terbentuk kampong Ambunten (tidak jauh dari Karang Tangis).    


Ambunten adalah sebuah kecamatan di kabupaten Sumenep. Dahulu, dua desa di kecamatan Ambunten merupakan tempat kraton Sumenep yaitu di desa Kelesa dusun Mandaraja (Panembahan Mandaraja) dan di Desa Bukabu (Pangeran Bukabu). Di sebelah barat Pantai Ambunten tedapat gugusan karang yang berderet di sepanjang tepi pantai bersama pohon-pohon kelapa, gugusan karang ini oleh penduduk setempat dinamai Karang Tangis. Sementara Sungai Ambunten sering dijadikan sebagai pelabuhan perahu-perahu nelayan. Perahu-perahu nelayan diikatkan pada pohon-pohon kelapa yang berderat di tepi sungai, pada masing-maing pohon kelapa terdapat dermaga untuk jalan meniti yang terbuat dari sebilah atau dua bilah bambu yang diikat melintang di batang kelapa. Goa Gambar yang terletak di Desa Tambaagung Barat yang berbatasan dengan Desa Tambaagung Tengah. Ambunten dikenal sebagai sentra pembuatan terasi yang terletak di Kampung Pandeman Desa Ambunten Timur dan Desa Campor Barat. Kecamatan Ambunten sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa; sebelah selatan kecamatan Rubaru; sebelah timur dibatasi oleh kecamatan Dasuk; sebelah barat dibatasi kecamatan Pasongsongan. Kecamatan Ambunten terdiri dari desa-desa: Ambunten Barat, Ambunten Tengah, Ambunten Timur, Belluk Ares, Belluk Kenek, Belluk Raja, Bukabu, Campor Barat, Campor Timur, Keles, Sogian, Tambaagung Ares, Tambaagung Barat, Tambaagung Tengah, Tambaagung Timur (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ambunten di pantai utara pulau Madura, bagaimana kisahnya? Seperti disebut di atas, Ambunten pada masa ini menjadi nama kecamatan di pantai utara Madura. Sejarahnya mungkin sangat menarik karena wilayah Ambunen secare geomorfologis berada diantara dua sungai. Lalu bagaimana sejarah Ambunten di pantai utara pulau Madura, bagaimana kisahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (41): Sepulu di Pantai Utara Madura; Sepoeloeh (1878) Sapoeloe (1885), Sapolo(1883) Sapoelo(1903) Sepoelo(1906)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe nama tempat adakalanya ditemukan dengan nama bilangan seperti pulau Dua (Bangka), pulau Seribu (Banten), pulau Sambilan (pantai timur Sumatra). Apakah dalam hal ini nama tempat Sepulu di pulau Madura (kini nama kecamatan) juga adalah nama bilangan? Yang jelas di dekat kota Bangkalan ada nama tempat disebut Sambilangan. Dalam bahasa Jawa, 'sapoelo' berarti (angka bilangan) 'sepuluh' (lihat Verhandelingen van het Bataviaasch genootschap, der konsten en weetenschappen, 1784). 


Sepulu, Bangkalan. Sepulu sebuah kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura. Dari sejarahnya nama Sepulu ada dua versi, (1) Sepulu berasal dari 1 pulau kecil (se pulau) yang konon daerah ini jika air laut pasang maka membentuk pulau kecil sehingga masyarakat memberi nama Sepulau (Sepulu). (2) Sepulu berasal dari jumlah sumur-sumur yang dulunya dikeramatkan dan biasa dijadikan sumber air minum oleh masyarakat, rasanya enak dibandingkan sumber air lainnya, sepanjang tahun airnya takpernah kering. Sumur-sumur itu berjumlah 10 Sepuluh (Sepulu) sumur (sumber) sehingga kerena air merupakan sumber kehidupan manusia maka dinamakanlah desa tersebut Sepulu. Sampai saat ini sumur-sumur yang masih dijadikan sumber air minum sebagian masih ada dan difungsikan dengan baik. Kecamatan Sepulu terdiri dari desa-desa: Bangsereh, Banyior, Gangseyan, Genelap, Kelbung, Klabetan, Klapayan, Labuhan, Lembung Paseser, Maneron, Prancak, Saplasah, Sepulu, Tanagura Barat, Tanagura Timur (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sepulu di pantai utara pulau Madura? Seperti disebut di atas nama tempat Sepulu adalah nama kecamatan pada masa kini di kabupaten Bangkalan. Namun kini namanya dipertanyakan apakah sepuluh atau sepulau. Soal nama dan pergeserannya ada sejarahnya: Sepoeloeh (1878); Sapolo (1883), Sapoeloe (1885), Sapoelo (1903), Sepoelo (1906). Lalu bagaimana sejarah Sepulu di pantai utara pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 16 Desember 2022

Sejarah Madura (40): Pulau Kangean di Laut Bali Wilayah Madura dan Penduduk Melting Pot; Pelabuhan Batuguluk dan Gua Arca


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pulau Kangean jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep di pantai timur pulau Madura. Tapi jangan khawatir sangat mudah dijangkau dengan kapal menuju ke pelabuhan Batuguluk di pulau Kangean. Sebenarnya kemudahan ini tidak hanya sekarang, tetapi sejak zanman kuno. Mengapa? Karena pulau Kangean adalah penanda navigasi pelayaran penting di Laut Bali. Berbeda dengan situs Gua Arca yang dulu tidak dikenal tetapi kini gua alam di desa Daandung menjadi salah satu perhatian masa ini.


Pulau Kangean (Kangayan) adalah nama salah satu pulau dan merupakan pulau utama dalam wilayah gugusan pulau-pulau yang terletak di bagian utara Laut Bali, sebelah baratlaut Nusa Tenggara, sekitar 120 km (75 mi) di utara Bali, yang dikenali secara kolektif sebagai kepulauan Kangean. Pulau Kangean (dan wilayah kepulauan Kangean pada umumnya) secara administratif masih merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Pulau Kangean dikelilingi oleh 90 pulau lainnya, dengan 27 pulau berpenghuni (total ada 118 pulau dalam kepulauan Kangean). Terlepas dari administrasi kabupaten, ibukota dari kepulauan Kangean adalah Arjasa, yang merupakan kecamatan terbesar yang terletak di belahan barat pulau Kangean. Kepulauan Kangean memiliki potensi sumber daya alam yang relatif besar, seperti produksi gas alam, jati, kelapa, dan garam. Secara demografi pulau terdiri dari orang/suku Kangean, Bajo, Bugis, Mandar, Chindo, Arab dan lainnya. Agama umumnya Islam dan bahasa Kangean (dominan) dan bahasa lainnya Bajo, Mandar dan Bugis (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Kangean di laut Bali wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti disebut di atas, pulau Kangean sudah dikenal sejak zaman kuno. Namun situs kuno yang terdapat di pulau yang dulu tidak dikenal kini menjadi penting. Ayo, ke pulau Kangean, dari pelabuhan Kalianget di Suemenep ke Pelabuhan Batuguluk di pulau. Lalu bagaimana sejarah pulau Kangean di wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (39): Pulau Sapudi, Madura dan Gempa dari Masa ke Masa; Pelabuhan Sapudi di Gayam dan Pertanian Peternakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Bagaimana sejarah (pulau) Sapudi?  Pada masa lampau terjadi gempa terjadi tahun 1891 terbilang gempa yang besar (disebut gempa yang menakutkan). Gempa yang terjadi lebih satu abad lalu terjadi lagi gempa pada tanggal 11 Oktober 2018. Apakah ada sejarah pertanian dan sejarah peternakan di pulau Sapudi? Pulau Sapudi tidak jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep.


Pulau Sapudi adalah pulau yang terletak di sebelah timur dari Pulau Madura, masuk kedalam wilayah Kabupaten Sumenep. Di antara gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura, Sapudi merupakan pulau dengan penduduk terbanyak. Pulau ini terbagi atas dua administrasi kecamatan, yakni Nonggunong di bagian utara, dan Gayam di bagian selatan. Dikisahkan dahulu pulau Sapudi bermakna "Pulau Sapi" karena jumlah sapi lebih banyak dari jumlah penduduknya. Dahulu Sapudi dipimpin raja beragama Hindu yang dianut mayoritas masyarakatnya. Sunan Wirokromo Blingi dan Sunan Wirobroto Nyamplong yang berasal dari Sumenep kemudian mengadakan perubahan di Pulau Sapudi, kedua Sunan juga mengadakan dakwah. Dakwah berlangsung memakai metode kesenian ludruk, terasa pada sejumlah nama desa yang diberi nama alat-alat musik ludruk, serupa desa Gendang, desa Tukong (dari kata "gong"), dan lain-lain. Instrumen-instrumen musik itu memberi arti bagi sejarah desa-desa tersebut. Sampai saat ini, makam dua sunan itu banyak didatangi penziarah. Makam keramat kedua sunan ini terletak di dua tempat terpisah yaitu, Sunan Wirokromo di desa Belingi, kecamatan Gayam dan Sunan Wirobroto di desa Nyamplong, kecamatan Gayam. Mayoritas dihuni oleh suku Madura dengan minoritas suku Bajo, Mandar, Bugis, dan Kangean. Bahasa utama yang dituturkan bahasa Sapudi dialek bahasa Madura dan juga bahasa Bajo dan Mandar. Pulau Sapudi terkenal dengan keunggulan "karapan sapi". Ternak sapi yang masih secara tradisional di Sapudi menjadi mata pencaharian bagi penduduk di pedesaan atau pedalaman. Sapi karapan di Pulau Sapudi sering menjuarai kemenangan dalam lomba karapan se Madura (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Sapudi di wilayah Madura dan bencana gempa masa ke masa? Seperti disebut di atas, pulau Sapudi tidak jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep. Pulau Sapudi tidak hanya padat penduduk juga terkenal dengan peternakan sapi, Bagaimana dengan pertanian sendiri? Yang jelas sapi Sapudi unggul dalam karapan. Lalu bagaimana sejarah pulau Sapudi di wilayah Madura dan bencana gempa masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 15 Desember 2022

Sejarah Madura (38): China Town di Pulau Madura, Apa Benar Ada? Riwayat Pedagang Cina di Madura Sejak Era VOC/Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di sejumlah kota di masa lampau ada kota Cina (China Town) seperti di Soerabaja dan Ampenan (Lombok). Apakah dalam hal ini di pulau Madura juga ada China Town? Tampaknya tidak terinformasikan. Namun apakah benar-benar ada China Town di pulau Madura? Sebab kehadiran orang Cina di pulau Madura sudah ada ejak era VOC/Belanda hingga era Pemerintah Hindia Belanda.   


Tionghoa Madura adalah orang-orang dengan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Pulau Madura. Kedatangan Tionghoa ke pulau Madura dikaitkan dengan armada Tartar yang dikalahkan oleh Raden Wijaya dan juga pelarian dari Geger Pecinan (di Batavia) tahun 1740. Terdapat kemungkinan bahwa mereka juga adalah pedagang perantara yang sudah bermukim sejak zaman sebelum dinasti Ming. Di Pasongsongan, Sumenep, terdapat sebuah perkampungan yang didiami orang-orang Tionghoa Muslim yang diklaim sebagai keturunan Tionghoa yang masih termasuk santri Sunan Ampel di Ampel Surabaya (Wikipedia). Semenrtara dalam http://www.sumenepkab.go.id/ disebutkan di sebuah perkampungan yang dikenal dengan pemukiman Radin di desa Tamedung, kecamatan Batang-Batang, ada sebuah makam kuna. Berdasar inkripsi batu nisan, makam itu diidentifikasi sebagai makam Kiai Bein. “Menurut keterangan para sesepuh, Kiai Bein Seing ini adalah anak Kapitan Keng, dari Kerajaan Sriwijaya,” kata Abdul Warits, salah satu peminat sejarah yang berasal dari Tamedung. Dari batu nisan Kiai Bein Seing, tertulis masa hidup beliau hingga akhir hayatnya. Keterangan Warits, beliau lahir di tahun 1602, dan wafat di tanggal 20 Shafar 1793. Kisah hidup Kiai Bein Seing tidak ada tertulis. Disebut wilayah itu lokasi terdamparnya 6 tentara Tartar atau Mongol, salah satunya kakek Lau Piango, arsitek Masjid Jami’ dan Kraton di masa Panembahan Sumolo (1762-1811). Namun apakah itu benar, tidak bisa dipastikan, tambah Warits. Salah satu keturunan Kiai Bein Seing ada yang diperisteri satu ulama, diyakini sebagai waliyullah di Sumenep, yaitu Ju’ Nipa. “Keturunan beliau rata-rata dahulu dipanggil Radin atau Raden, karena konon Ju’ Nipa masih ada hubungan darah dengan keluarga kraton,” imbuh Warits..

Lantas bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti disebutkan di atas, di pulau Madura juga terdapat orang-orang Cina pada era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Apakah dalam hal ini ada kota Cina (China Town) di pulau Madura dan bagaimana riwayat kehadiran pedagang Cina di Madura sejak Era VOC/Belanda di pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (37): Telekomunikasi Pulau Madura;Terbukanya Isolasi Wilayah Madura hingga Era Teknologi Informasi Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana sejarah awal telekomunikasi di pulau Madura? Kita tidak sedang membicarakan telekomunikasi jarak pendek seperti tatap muka dalam menyampaikan pesan (message) dari sumber (source) ke penerima pesan (receiver). Akan tetapi memahami pesan-pesan (data dan informasi) pada era Pemerintah Hindia Belanda di pulau Madura melalui teknologi (alat) komunikasi yang baru telegraaf (channel). Teknologi telegraf inilah bersama teknologi radio yang kemudian mendasari kemajukan teknlogi kumunikasi yang lebih baru telepon termasuk di wilayah pulau Madura.    


Mengenal 11 Alat Komunikasi Tradisional Berdasarkan Sejarah. Oleh Dwi Latifatul Fajri 8 Oktober 2021. Komunikasi tradisional secara umum menekankan pada proses penyampaian pesan dari berbagai media dan sifatnya sederhana. Media komunikasi ini membantu kelangsungan hidup manusia. Bentuk-bentuk komunikasi tradisional berupa lambang isyarat, simbol, bunyi-bunyian, dan gerakan. Meski terlihat sederhana tetapi alat ini bisa memperlancar kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Alat komunikasi tradisional digunakan manusia ratusan tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, alat komunikasi semakin berkembang dan lebih modern. Contoh alat komunikasi tradisional yaitu surat, lukisan, prasasti, kentongan, dan masih banyak lagi. Alat komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari pihak satu ke pihak lain memakai media tradisional, sebelum berkembangnya teknologi. Di Indonesia komunikasi tradisional ini menjadi bagian dari tradisi, upacara keagamaan, peraturan, dan sistem yang berlaku di masyarakat. Perbedaan alat komunikasi tradisional dan modern terletak pada jumlah audiens yang menerima pesan dari alat komunikasi. Pada komunikasi modern, audiens bisa berpartisipasi dalam konten media. Sedangkan media massa tradisional memiliki keterbatasan dalam pengiriman pesan dan jumlah audiens. Contoh media massa modern seperti internet, blog, e-mail, dan sosial media. Peran komunikasi tradisional yaitu: mempercepat persahabatan dan kerja sama, mendorong manusia untuk bekerja dan menjaga keharmonisan, memberi rasa keterikatan dan dipakai untuk mengambail keputusan Bersama. Berdasarkan buku Dunia Komunikasi dan Gadget karya Syerif Nurhakim, bentuk media alat komunikasi tradisional terbagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Kentungan, 2. Cerita rakyat, 3. Seni drama tari (Sendratari, 4. Wayang, 5. Asap, 6. Lukisan purba, 7. Prasasti 8. Daun Lontar, 9. Surat Kabar, 10. Kantor Pos, 11. Telegraf (https://katadata.co.id/).

Lantas bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti disebut di atas, berbagai macam alat komunikasi yang digunakan di pulau Madura hingga penggunakan teknologi komunikasi telegraaf, yang dimulai sejak terbukanya isolasi wilayah Madura hingga teknologi informasi masa kini. Lalu bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.