Kamis, 10 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (9):Raden Noto Soeroto, Putra Pangeran Pakoealaman di Djokjakarta; Ketua Indische Vereeniging 1911-1913


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Raden Noto Soeroto termasuk salah satu pangeran (Pakoe Alam) dari Djokjakarta yang terbilang terpelajar di awal era pendidikan tinggi. Seperti halnya penyair, gagasannya penuh dan beragam. Ini juga tergambar pada perjalanan hidupnya yang pasang-surut. Raden Noto Soeroto adalah sosok seorang pemimpin, paling tidak pernah menjadi Ketua Indische Vereeniging di Belanda (1912-1914), namun dalam urusan pendidikannya, Raden Noto Soeroto tidak sepenuhnya berhasil.

 

Kakek moyang Raden Noto Soeroto bekerjasama dengan Inggris (1811-1816), lahirlah Kadipaten Pakoealaman. Jaman telah berubah, Raden Noto Soeroto di Belanda justru lebih mempererat hubungan pribumi dengan Belanda. Visi Noto Soeroto ini berbeda dengan yang diusung oleh Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat di tanah air yang ingin memisahkan Hindia dari Belanda (tetapi bekerjasama dengan orang-orang Indo) yang kemudian lahir Indische Partij (1913). Soewardi Soerjaningrat kelak dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Raden Noto Soeroto tetap dipandang sebagai mantan ketua Indische Vereeniging di Belanda. Suatu organisasi pelajar-mahasiswa pertama di Belanda. Sejak kepengurusan Noto Soeroto (Ketua Indische Vereeniging yang kedua), orientasi Indische Vereeniging mulai sedikit bergeser rel. Mahasiswa-mahasiswa asal Sumatra yang dimotori Sorip Tagor Harahap sedikit agak gusar yang lalu membentuk sub organisasi Indische Vereeniging dengan nama Soematra Sepakat. Organisasi nasional mahasiswa yang diinisiasi oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Kasajangan di Leiden 1908 ini baru benar-benar ke relnya tahun 1922 pada era kepemimpinan Dr. Soetomo dkk (dengan nama baru Indonesische Vereeniging) dan lebih disempurnakan oleh Mohamad Hatta dkk tahun 1924 dengan nama Perhimpoenan Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah Raden Noto Soeroto, putra pangeran Pakoealaman van Djokjakarta? Seperti disebut di atas, Raden Noto Soeroto tokoh penting di Belanda semasa awal perkembangan mahasiswa di Belanda. Ketua Indische Vereeniging 1913. Lalu bagaimana sejarah Raden Noto Soeroto, putra pangeran Pakoealaman van Djokjakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 09 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (8): Lulus HBS Batavia, Hoessein Djajadiningrat, Studi ke Belanda; Doktor Pertama Indonesia Jadi Guru Besar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Di Belanda baru beberapa pribumi terpelajar, sedang atau mempersiapkan sekolah dan kuliah, Hoesein Djajadiningrat, lulus HBS di Batavia berangkat ke Belanda tahun 1905. Mengapa Hoesein Djajadiningrat tertarik melanjutkan studi ke Belanda sementara terbuka kesempatan untuk menjadi bupati. Itu satu hal. Dalam hal ini, bagaimana Hoesein Djajadiningrat sukses studi dan sukses dalam karir?


Prof. Dr. Husein Jayadiningrat lahir 8 Desember 1886. Ayahnya wedana yang kemudian menjadi bupati Serang. Kakak Husein, Pangeran Ahmad Djajadiningrat, yang meneruskan jejak ayahnya menjadi bupati di Serang dan Hasan yang menjadi tokoh Sarekat Islam. Husein salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Snouck Hurgronje menyekolahkan Husein ke Universitas Leiden hingga meraih gelar doktor dengan disertasinya berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten dan mendapat predikat cumlaude dari promotornya Snouck Hurgronje. Pribumi Indonesia pertama yang menjadi guru besar. Husein lulus tahun 1899 dari HBS, kemudian meneruskan studinya di Leiden 1905. Selama satu tahun (Mei 1914 sampai April 1915) tinggal di Aceh untuk belajar bahasa Aceh. Kamus selesai dengan bantuan Teuku Mohammad Nurdin, Abu Bakar Aceh, dan Hazeu dengan judul Atjeh-Nederlandsch Woordenboek (1934). Pada tahun 1919 Husein pembina surat kabar bulanan Sekar Roekoen berbahasa Sunda diterbitkan Perkoempoelan Sekar Roekoen. Selain itu menerbitkan Pusaka Sunda, majalah berbahasa Sunda membahas tentang kebudayaan Sunda, juga mendirikan Java Instituut dan sejak tahun 1921 menjadi redaktur majalah Djawa diterbitkan lembaga tersebut bersama Poerbatjaraka. Tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia. Tahun 1935 dan 1941 menjadi anggota Dewan Hindia. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Hoesein Djajadiningrat, lulusan HBS di Batavia studi ke Belanda? Seperti disebut di atas. Hoesein Djajadiningrat berangkat studi ke Belanda tahun 1905. Doktor pertama Indonesia menjadi guru besar di Batavia. Lalu bagaimana sejarah Hoesein Djajadiningrat, lulusan HBS di Batavia studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (7): Tehupelory Dokter di Belanda dan Guru JH Wattimena Studi ke Belanda;Pendidikan di Ambon Sejak Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

WK Tehupelori dan JH Tehupelori adalah dokter lulusan sekolah Docter Djawa School di Batavia. Dua nama diantara lulusan sekolah kedokteran di Jawa yang melanjutkan studi kedokteran ke Belanda adalah WK Tehupelori dan JH Tehupelori. Dua dokter bersaudara ini adalah bagian dari generasi pelajar-pelajar Ambon dalam dunia pendidikan dari masa ke masa.


Vereeniging van Inlandshe Geneeskundiga: Cara dokter pribumi mendongrak status profesionalisme dalam tatanan kesehatan kolonial. Siti Hasanah. Historia, volume 5 Nomor 1, Juli 2022. Abstrak. Profesi kedokteran penting dalam tatanan Kesehatan, bisa mengintervensi dan lokomotif kebijakan diambil para stake holder kesehatan. Pada konteks kolonialisme di Indonesia, kalangan dokter dan asosiasinya dianggap sebagai garda terdepan dalam sirkulasi pengetahuan medis. Namun yang terjadie ra Hindia Belanda terdapat problematika dualisme posisi dokter dalam birokrasi kesehatan kolonial yang mengantarkan pada dokter pribumi dan dokter Eropa tidak dalam posisi setara. Semua bermuara dari perbedaan kualifikasi pendidikan dokter pribumi dan dokter Eropa, pemerintah kolonial melanggengkan ketimpangan gaji, kewenangan dan posisi keduanya dalam birokrasi kesehatan. Sering terjadi pergesekan antara dokter pribumi dan dokter Eropa di lapangan. Beberapa situasi memanas antara dokter Eropa dan Pribumi, mendorong sekelompok dokter pribumi mendirikan perkumpulan dokter pribumi. Tahun 1909 mendirikan Vereeniging van Inlandsche Geneeskundige (VIG) yang digunakan sebagai wadah para dokter pribumi menghimpun upaya-upaya dalam penghapusan diskriminasi sosial dan materil bagi dokter pribumi serta mendongkrak profesionalisme medis para dokter pribumi.

Lantas bagaimana sejarah Tehupelory bersaudara dokter di Belanda? Seperti disebut di atas, dokter lulusan Docter Djawa School dan siswa pribumi asal Hindia banyak melanjutkan studi kedokteran ke Belanda termasuk Tehupelory. Pendidikan di Ambon masa ke masa dan guru JH Wattimena studi ke Belanda. Lalu bagaimana sejarah Tehupelory bersaudara di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 08 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (6): Abdoel Rivai Lulus di Docter Djawa School, Studi ke Belanda Berjuang Jadi Doktor; Pers Bahasa Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Pada awal perkembangan Pendidikan pribumi, sekolah guru dan sekolah kedokteran adalah sekolah-sekolah tertinggi bagi pribumi di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Para guru dan dokter juga aktif dalam perkembangan jurnalistik pribumi. Seorang pensiunan guru, Hadji Saleh gelar Dja Endar Moeda (1897) pernah menyatakan ketika jurnalis Belanda bertanya: “pendidikan dan jurnalis sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa”. 


Abdoel Rivai (lahir 13 Agustus 1871 adalah dokter dan wartawan Indonesia. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dari luar negeri (Eropa), juga pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dari Universitas Gent, Belgia. Ayahnya, Abdoel Karim bekerja sebagai guru di sekolah Melayu. Pada tahun 1886, di saat masih berusia 15 tahun dia diterima bersekolah di STOVIA. Setamat tahun 1894, ia ditugaskan menjadi dokter di Medan. Penghujung tahun 1899, Rivai melanjutkan pendidikan ke Belanda sambil membantu berbagai surat kabar di Indonesia. Rivai merupakan orang Hindia Belanda pertama yang bersekolah kedokteran di Belanda, dan berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya pada tahun 1907. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Gent, Belgia, melalui ujian terbuka dan dinyatakan lulus pada 23 Juli 1908, sekaligus mencatatkan namanya sebagai pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor di Eropa. Pada awal abad ke-20 Rivai terlibat perdebatan dengan A.A Fokker, pejabat Belanda yang mengklaim lebih fasih berbahasa Melayu ketimbang orang Melayu itu sendiri. Dalam perdebatan ini, Fokker berang karena ada orang inlander yang berani menantangnya. Akibat kegemilangannya dalam berdebat, Rivai diperbolehkan sekolah di Utrecht. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rivai, lulusan Docter Djawa School dan studi kedokteran di Belanda? Seperti disebut di atas, Abdoel Rivai setelah lulus Docter Djawa School dan berdinas di pemerintah kemudian bekerja di bidang jurnalistik sebelum melanjutkan studi kedokteran di Belanda. Dr Abdoel Rivai pejuang di bidang kedokteran. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Rivai, lulusan Docter Djawa School dan studi kedokteran di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (5): Soetan Casajangan dan Guru Muda; Sarjana Keguruan Pertama Indonesia dan Pejuang di Bidang Pendidikan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Tidak pernah terlalu tua untuk belajar dan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Itulah Soetan Casajangan, tokoh mahasiswa pertama di Belanda, jauh sebelum era Mohamad Hatta dkk. Soetan Casajangan, seorang guru berangkat dari Padang Sidempoean ke Belanda tahun 1903 untuk melanjutkan studi. Usianya tidak muda lagi, sudah memasuki umur 30 tahun. Sebagai seorang senior dan seorang guru, Soetan Casajangan menginisiasi pendirian organisasi pelajar/mahasiswa di Belanda tahun 1908 yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia).


Rajiun Harahap (Soetan Casayangan Soripada) lahir 1874 adalah seorang pendidik dan pemerakarsa berdirinya Perhimpunan Indonesia. Rajiun harahap lahir dari keluarga yang di hormati, Kakeknya Patuan Soripada merupakan kepala Kuria Batu Nadua. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kweekschool Padang Sidempuan, Tahun 1904 Ia berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Ia belajar di Harleem untuk Sekolah guru selama satu tahun sembilan bulan. Kemudian ia menjadi asisten dosen Prof Charles Adriaan Van Ophuysen di mata kuliah Bahasa Melayu, Sejarah Indonesia, Islam, Daerah dan Penduduk Indonesia. Selain itu ia mengikuti pendidikan Hoofdacte selama tiga tahun dan menjadi Guru Bahasa Melayu di sekolah dagang, di Rotterdam dan Harleem. Selama empat tahun (1913-1917), Sutan Kasayangan mengajar di Bukittinggi dan Amboina dalam banyak mata pelajaran Matematika, Ilmu ukur, Sejarah, Botani, Biologi, Fisika, Geografi disamping ilmu Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. November 1917 sampai Desember 1918, Ia menjadi Asisten JH Nieuwenhuis dan Dr DA Rinkes. Pada tahun 1922, Ia ke Dolok Sanggul bekerja sebagai Guru. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soetan Casajangan dan guru-guru muda? Seperti disebut di atas, Soetan Casajangan salah satu tokoh terpelajar di Belanda pada masa awal Pendidikan tinggi Indonesia. Soetan Casajangan adalah sarjana keguruan pertama Indonesia dan pejuang di bidang Pendidikan. Lalu bagaimana sejarah Soetan Casajangan dan guru-guru muda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 07 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (4):Raden Kartono 1896 Lulus di HBS Semarang Studi ke Delft; RA Kartini dan "Habis Gelap Terbitlah Terang"


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Siapa RA Kartini, tentu saja sudah dikenal luas di Indonesia masa ini. Yang dibicarakan dalam hal ini adalah Raden Kartono yang berangkat studi ke Belanda (di Delft). Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Untuk diterimana di perguruan tinggi di Belanda, umumnya harus lulus sekolah menengah HBS. Raden Kartono lulus dari HBS Semarang. Dua lulusan HBS studi di perguruan tinggi di Belanda terdahulu adalah Ismangoen Danoe Winoto, Tan Tjoen Liang dan Oei Jan Lee.


Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono (lahir 10 April 1877) adalah wartawan perang, penerjemah, guru, dan ahli kebatinan Indonesia. Kakak kandung RA Kartini. Setelah tamat dari Europeesche Lagere School di Jepara, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke HBS di Semarang. Selanjutnya pada 1898, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke Belanda di Sekolah Teknik Tinggi di Delft. Namun karena merasa tidak cocok, ia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur sehingga lulus dengan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Universitas Leiden. Ia merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke Belanda. Sosrokartono pernah berprofesi sebagai wartawan Perang Dunia I dari harian New York Herald Tribune di Wina, Austria semenjak 1917. Sosrokartono menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Nusantara. Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari 1919 sampai 1921, Sosrokartono menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Raden Kartono, lulusan HBS Semarang studi ke Belanda di Delft? Seperti disebut di atas, Raden Kartono lulusan HBS, syarat yang sudah dipenuhi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Belanda. Raden Kartono adalah abang RA Kartini di Jepara yang dikaitkan dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Lalu bagaimana sejarah Raden Kartono, lulusan HBS Semarang studi ke Belanda di Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.