Sabtu, 26 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (42): Achmad Nawir Mahasiswa Kedokteran; Kapten Tim Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pertandingan Indonesia vs Hungaria yang dilangsungkan tanggal 6 Juni dalam ajang Piala Dunia 1938 di Prancis dipimpin oleh dua kapten tim yang berlatar belakang pendidikan kedokteran. Kapten Tim Indonesia adalah mahasiswa kedokteran Achmad Nawir dan kapten Tim Hungaria adalah Dr. Sarosi. Ini unik. Sangat jarang, dan mungkin satu-satunya kejadian dalam dunia sepakbola.


Achmad Nawir lahir di Maninjau, 30 April 1912 merupakan seorang mantan pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai gelandang. Ia bermain di tim HBS Soerabaja dan untuk tim nasional Hindia Belanda. Achmad Nawir bermain untuk salah satu klub Hindia Belanda yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, yakni HBS Soerabaja. Achmad Nawir juga bermain untuk tim nasional Hindia Belanda, dan saat Hindia Belanda masuk ke Piala Dunia FIFA 1938 di Prancis, Achmad terpilih menjadi kapten tim, sehingga menjadikan dirinya satu – satunya kapten Indonesia di Piala Dunia FIFA hingga saat ini. Achmad Nawir merupakan seorang dokter dan selalu memakai kacamata ketika bertanding sepak bola, termasuk ketika menghadapi Hungaria di Piala Dunia 1938 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti disebut di atas, Achmad Nawir mahasiswa kedoktera yang memiliki keahlian dalam bermain sepak bola. Lalu bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (41): Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Studi Hukum di Belanda; Studieclub di Batavia, Bandoeng, Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Nazir Pamoentjak sudah banyak ditulis oleh pata penulis. Lalu apakah narasi sejarah Nazir Pamoentjak sudah lengkap dan selesai? Itu hal lain lagi. Secara teoritis, narasi sejarah tidak pernah berhenti. Mengapa? Data sejarah, semakin jauh ke belakang semakin sulit ditemukan. Penemuan data adalah syarat perlu dalam menulis sejarah. Hal itu karena sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejauh data baru ditemukan, sejauh itu pula narasi sejarah yang ditulis sebelumnya dianggap tidak lengkap.


Mr. Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak lahir 10 April 1896. Lulus HBS Batavia berangkat ker Belanda untuk studi hukum di Leiden. Ia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia. Pada Januari 1918, Nazir Datuk Pamuncak datang ke Padang utusan Jong Sumatranen Bond (JSB) untuk mendirikan cabang di Padang dan Bukittinggi. Di Padang, usahanya berhasil. tetapi tidak di Bukittinggi. Nazir berpidato di Padang bahwa pemuda-pemuda Jawa sudah lebih dahulu maju daripada di Sumatra dengan satu organisasi Jong Java, yang didirikan 7 Maret 1915 oleh R Satiman. JSB sendiri baru berdiri pada 9 Desember 1917 untuk menyatukan semua pelajar dari Sumatra. “Pemuda-pemuda Sumatra harus mengikuti jejak pemuda-pemuda Jawa. Kita tak boleh ketinggalan. Pemuda-pemuda Sumatra mempunyai tugas yang berat. Kita harus memajukan masyarakat Sumatra. Di tangan pemudalah, terletak nasib bangsa dan tanah air”. Pada tahun 1927, ia bersama Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo dan Abdulmajid Djojohadiningrat dipenjara oleh Kerajaan Belanda karena dituduh mengikuti partai terlarang. Ali Sastroamijoyo dan Nazir Pamuntjak dipenjara dua tahun. Mereka semua dipenjara di Rotterdam. Pembebasan mereka disambut baik oleh Mr. Duys (anggota parlemen Belanda) dan Willem Drees. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti disebut di atas sejarah Nazir Pamoentjak sudah ditulis, tetapi masih perlu ditulis kembali dengan narasi yang berbeda. Dalam hal ini kita berbicara tentang studieclub di Batavia, Bandoeng dan Soerabaja. Lalu bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 25 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (40): Tan Kiang Hong dan Ketua Chung Hwa Hui; Ketua Indische Vereeniging di Belanda Parlindoengan Lubis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jumlah orang Cina studi di Belanda dari waktu ke waktu terus meningkat, bahkan telah melampaui orang pribumi. Meski demikian, dua organisasi orang berasal dari Hindia (Indische Vereeniging/Perhimpoenan Indonesia dan Chung Hwa Hui) tetap dengan baik berinteraksi (saling mengundang). Dalam perkembangannya antara dua pihak ini menjadi bersifat asimetris di mata orang-orang Belanda yang studi di Belanda. Orang Belanda benci kepada orang Cina, Orang pribumi benci orang Belanda. Dalam konteks inilah muncul nama Tan King Hong di Belanda sebagai ketua Chung Hwa Hui.


Organisasi orang pribumi yang studi di Belanda dibentuk tahun 1908 yang dinisiasi oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Saat pembentukan di kediaman Soetan Casajangan di Leiden hanya 15 orang yang hadir karena alasan yang berbeda-beda. Meski demikian ke-15 orang yang tengah studi di Belanda sepakat membentuk organisasi yang diberi nama Indische Vereeniging. Secara aklamasi diangkat ketua Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro. Tiga tahun kemudian orang Cina yang studi di Belanda membentuk organisasi yang diberi nama Chung Hwa Hui. Dalam pembentukan organisasi itu hadir sebanyak 14 orang. Ketua Chung Hwa Hui terpilih adalah Yap Hong Tjoen. Soetan Casajangan lahir di Padang Sidempoean, Yap Hong Tjoen lahir di Jogjakarta. Entah kebetulan, pada era Perang Kemerdekaan Indonesia di dua kota ini terjadi perlawanan yang heroik terhadap Belanda.

Lantas bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti disebut di atas, Tan Kiang Hong melanjutkan studi ke Belanda dan kemudian menjadi ketua Chung Hwa Hui. Lalu bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (39): Sim Ki Ay Ketua Chung Hwa Hui di Belanda; Ketua Indische Vereeniging Goenawan Mangoenkoesoemo

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Sin Ki Ay? Tidak terinformasikan dengan lengkap. Namun paling tidak masih ada yang dapat dibaca secara singkat di laman Wikipedia. Dalam narasi disebutkan Sim Ki Aya seorang dokter yang pro Indonesia (Republiken). Okelah. Sejarah tetaplah sejarah. Setiap tokoh memiliki sejarah perjalanan masing-masing.


Siem Ki Ay adalah seorang dokter Indonesia yang melayani rakyat jelata sampai Panglima Besar Sudirman dan Sultan Hamengku Buwono IX. Sim Kie Ay menempuh pendidikan di ELS-Temanggung dan HBS-Surabaya-Semarang sebelum berangkat ke Belanda untuk kuliah kedokteran di Universiteit van Amsterdam. Dia juga aktif dalam Chung Hua Hui di Belanda. Tahun 1917 Sim Kie Ay menyelesaikan studinya di Belanda dan kembali ke Indonesia. Bersama alumnus-alumnus Belanda, Sim Kie Ay mendirikan Chung Hua Hui di Hindia Belanda (Indonesia). Chung Hua Hui adalah kelompok elite Tionghoa pro-Belanda di masa kolonial. Akan tetapi pada zaman revolusi, ia bersimpati pada perjuangan Republik. Dr Sim Kie Ay diikut-sertakan oleh bung Hatta untuk menjadi anggota delegasi Republik Indonesia yang ikut ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag-Belanda sebagai penasehat. untuk menjadi salah seorang penasehat delegasi Republik Indonesia dalam Konperensi Meja Bun­dar (KMB) di Den Haag (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Sim Ki Ay? Seperti disebut di tas, Sim Ki Ay adalah seorang tokoh sejarah yang perlu narasi sejarahnya lebih dilengkapi. Lalu bagaimana sejarah Sim Ki Ay? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 24 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (38): R Soeratin Studi ke Belanda Raih Gelar Insinyur di Delft;Pendiri Persatoean Sepak Raga Indonesia, Kini PSSI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Demikianlah yang terjadi dalam penulisan narasi sejarah sepak bola di Indonesia. Dalam narasi tersebut termasuk siapa-siapa yang menjadi tokoh sepak bola, baik diantara golongan Eropa/Belanda, Cina maupun pribumi. Satu nama penting dari golongan pribumi yang kini kerap ditulis adalah Ir Soeratin.


Ir. Soeratin Sosrosoegondo lahir 17 Desember 1898 adalah seorang insinyur dan administrator sepak bola Indonesia. Ia adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia adalah salah satu pendiri sekaligus ketua umum PSSI yang pertama. Ayahnya, R. Soesrosoegondo, guru pada Kweekschool (Sekolah Keguruan), menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, R.A. Srie Woelan, adik kandung Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo. Tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta, Soeratin belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, pada tahun 1920 dan lulus sebagai insinyur sipil pada tahun 1927. Sekembalinya Soeratin dari Eropa pada 1928, ia bergabung dengan sebuah perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dan membangun antara lain jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung. Namun, pada waktu bersamaan, Soeratin mulai merintis di pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930. Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Raden Soeratin studi ke Belanda raih gelar insinyur di Delft? Seperti disebut di atas, Ir Soeratin adalah pendiri Persatoean Sepak Raga Indonesia yang kemudian disebut PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Lalu bagaimana sejarah Raden Soeratin studi ke Belanda raih gelar insinyur di Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (37):Parlindungan Lubis Studi Kedokteran di Belanda dan Ketua PI Perhimpoenan Indonesia; Diinternir Jerman

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Parlindoengan Lubis studi kedokteran dan berhasil meraih gelar dokter di Belanda. Dalam perkembangannya Parlindoengan Lubis dikenal sebagai salah satu mahasiswa/sarjana pribumi di Belanda yang anti-fasis. Karena itu ketika Belanda diduduki (militer) Jerman, Parlindoengan Lubis ditangkap dan diinternir di kamp militer NAZI Jerman.


Parlindoengan Loebis lahir 30 Juni 1910. Parlindoengan merantau ke Batavia dan sempat bergabung di organisasi pemuda Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk PPPI (Persatoean Pemoeda Peladjar Indonesia) dan Indonesia Moeda. Parlindungan berangkat ke Belanda setelah lulus kandidat I di GHS Batavia namun kemudian studi di Universitas Leiden. Ketua Perhimpoenan Indonesia (PI) selama periode 1936-1940. Bersama PI, ia berjuang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia. Sepeninggal Hatta, PI dianggap berhaluan kiri. Di bawah kepemimpinan Parlindoengan, PI menghentikan kerja sama dengan Partai Komunis Belanda dan jalin hubungan dengan Partai Buruh Sosialis Demokrat (Social Democratische Arbeiter Partij; SDAP). Sekalipun sosialis, Parlindoengan sebagai antifasis. Ia ditangkap polisi rahasia Belanda binaan Gestapo, di Amsterdam pada Juni 1941. Bagi Nazi Jerman, orang-orang seperti Parlindoengan dianggap sebagai pemberontak. Parlindoengan ditahan oleh Nazi Jerman selama empat tahun. Usai Perang Dunia II, Parlindoengan kembali ke tanah air. Sepanjang 1947-1950, ia menetap di Yogyakarta dan berkerja sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pabrik-pabrik Persenjataan Departemen Pertahanan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti disebut di atas, Parlindoengan Lubis studi kedokteran dan salah aktivis mahasiswa di Belanda dan terpilih menjadi Ketua Perhimpoenan Indonesia. Pada saat pendudukan militer Jerman di Belanda, Parlindoengan Lubis diinternir militer Jerman di kamp militer. Lalu bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.