Rabu, 04 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (58):Bahasa Nias Pulau Nias Pantai Barat Sumatra Residentie Tapanoeli dan Bahasa Batak; Adakah Aksara di Nias?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Nias adalah kelompok etnik yang berasal dari Pulau Nias. Mereka menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono berarti anak/keturunan; Niha = manusia) dan Pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö berarti tanah). Hukum adat tradisional Nias secara umum disebut fondrakö. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik, dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.


Bahasa Nias adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Nias. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Sumatera Barat Laut–kepulauan Penghalang dan berhubungan dengan bahasa Batak dan Mentawai. Pada tahun 2000, penuturnya berjumlah sekitar 770.000 orang. Bahasa Nias terdiri atas tiga dialek. Umumnya bahasa Nias dianggap memiliki tiga dialek. Dialek utara dituturkan di daerah Gunungsitoli, Alasa dan Lahewa. Dialek selatan dituturkan di Nias Selatan. Sementara itu, dialek tengah dituturkan di Nias Barat, khususnya di daerah Sirombu dan Mandrehe. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatera Utara 1977/1978 membagi bahasa Nias ke lima dialek. Dialek utara dituturkan di Alasa dan Lahewa; dialek Gunungsitoli; dialek barat di Mandrehe, Sirombu, Kepulauan Hinako; dialek tengah di Gido, Idano Gawo, Gomo, Lahusa; dan dialek selatan di Telukdalam, Pulau Tello, dan Kepulauan Batu. Tingkat kemiripan antara dialek ini mencapai 80%. Bahasa Nias juga sebagai bahasa resmi di Nias. Abjad dalam bahasa Nias berbeda dengan abjad dalam bahasa Indonesia (ada dikurangi dan ada ditambahkan). Abjad Bahasa Nias huruf besar dan huruf kecil sebagai berikut: Aa, Bb, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Öö, Rr, Ss, Tt, Uu, Ww, Ŵŵ, Yy, Zz (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Nias di pulau Nias di pantai barat Sumatra Residentie Tapanoeli dan bahasa Batak? Seperti disebut di atas bahasa Nias dituturkan di pulau Nias. Apakah ada aksara Nias? Lalu bagaimana sejarah bahasa Nias di pulau Nias di pantai barat Sumatra Residentie Tapanoeli dan bahasa Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (57):Bahasa Mentawai Pulau Mentawai Pantai Barat Sumatra Residentie West Sumatra;Bahasa-Bahasa di Barat Pulau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Daerah hunian warga Mentawai, selain di Mentawai juga di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya. Kebudayaan tato Mentawai, yang dikenal dengan nama titi disebutkan hampir punah. Titi masih dilestarikan di Pulau Siberut.


Bahasa Mentawai adalah sebuah bahasa dari rumpun Austronesia yang dipertuturkan di Kepulauan Mentawai, lepas pantai Sumatera Barat. Jumlah penutur bahasa ini sekitar 64.000 jiwa. Bahasa Mentawai dituturkan di desa Monganpoula, Siberut Utara; desa Maileppet, Siberut Selatan; desa Sioban, Sipora, desa Makalo, Pagai Selatan, kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Ada beberapa dialek dalam bahasa Mentawai: Dialek Siberut Utara, dituturkan di desa Monganpoula, Siberut Utara; Dialek Siberut Selatan, dituturkan di desa Maileppet, Siberut Selatan; Dialek Sipora atau Sioban, dituturkan di desa Sioban, Sipora, dan desa Makalo, Pagai Selatan; Dialek Sikakap, dituturkan di kecamatan Pagai Utara. Isolek Mentawai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak dan Minangkabau. Bahasa Mentawai memiliki 33 fonem segmental; 21 fonem konsonan; 5 fonem vocal; 7 diftong. Pasikat merupakan tradisi sastra bahasa Mentawai, yaitu pantun khas yang berasal dari Kepulauan Mentawai. Pasikat masih sangat digemari dan terus dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mentawai. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mentawai di pulau Mentawai di pantai barat Sumatra Residentie West Sumatra? Seperti disebut di atas bahasa Mentawai dituturkan di pulau Mentawai. Bahasa di pulau-pulau barat Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mentawai di pulau Mentawai di pantai barat Sumatra Residentie West Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 03 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (56): Bahasa Enggano Pulau Enggano di Barat Bengkulu; Tentang Bahasa Punah - Upaya Penyusunan Kamus Enggano


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Enggano adalah sebuah kelompok etnis terasing di Indonesia yang mendiami Pulau Enggano, provinsi Bengkulu dekat barat daya lepas pantai pulau Sumatra. Populasi suku ini berjumlah sekitar 1.000 orang pada tahun 1999 dan terus menurun. Belum lama ini di Bengkulu sudah ada upaya ke arah penyusunan kamus bahasa Enggano (lihat https://www.kemdikbud.go.id/ 15 Oktober 20211.600 Lema dan Sublema Bahasa Enggano Ditranskripsikan dalam Penyusunan Kamus Bahasa Enggano).


Bahasa Enggano adalah bahasa yang digunakan suku Enggano yang persebarannya hanya di pulau Enggano dan empat pulau kecil di sekitarnya. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, meskipun ada yang menganggapnya sebagai bahasa isolat yang meminjam rumpun bahasa Austronesia. Jumlah penutur bahasa ini kini semakin menurun. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Enggano di pulau Enggano di barat Bengkulu? Seperti disebut di atas, bahasa Enggano dituturkan di orang Enggano di pulau Enggano, namun jumlah penuturnya semakin menurun. Soal bahasa punah dan upaya penyusunan kamus bahasa Enggano. Lalu bagaimana sejarah bahasa Enggano di pulau Enggano di barat Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (55): Bahasa Melayu Pulau Cocos dan Pulau Natal di Selatan Jawa; Asli Berada di Nusantara Kini Masuk Australia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Di pulau-pulau di selatan Jawa ada penutur bahasa Melayu, terutama di kepulauan Cocos (Keeling) dan pulau Natal, pulau-pulau yang diatur pemerintahannya oleh Australia. Iklimnya merupakan iklim tropis. Pulau ini berada di Samudra Hindia terletak 2.600 kilometer (1.600 mil) dari arah barat laut kota Perth, Australia Barat, 500 km (310 mil) dari arah selatan Jakarta, Indonesia dan 975 km (606 mil) dari Kepulauan Cocos (Keeling). Pulau Natal memiliki populasi sebesar 1.402 warga dan di Kepulauan Cocos sekitar 500 warga.


Bahasa Melayu Cocos (Bahasa Inggris: Cocos Islands Malay) atau Melayu Cocos adalah sebuah dialek dari Bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang mayoritas mendiami wilayah Kepulauan Cocos (Keeling) dan Pulau Natal yang merupakan wilayah bagian/teritori dari negara Australia. Selain di Australia, Bahasa ini juga dituturkan oleh diaspora masyarakat keturunan Melayu Cocos di Sabah, Malaysia. Jumlah penutur Bahasa ini mencapai sekitar 5.100 jiwa dengan 1.100 jiwa penutur pada tahun 1987 di Australia khususnya di Kepulauan Cocos & Pulau Natal/Pulau Christmas, sedangkan di Sabah, Malaysia jumlah penutur Bahasa ini memiliki populasi sekitar 4.000 jiwa pada tahun 2000. Secara linguistik, Bahasa Melayu Cocos dihasilkan dari kreol yang bersumber dari Bahasa Melayu Baku dengan beberapa kosakata tambahan/pengaruh Bahasa Jawa dan Bahasa Betawi, hal ini tidak terlepas dari sejarah penduduk Kepulauan Cocos (Keeling). Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar kedua di sekolah setelah Bahasa Inggris. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di kepulauan Kalapa (Cocos) dan pulau Natal di selatan Jawa? Seperti disebut di atas, populasi di kepulauan Cocos dan pulau Natal berbahasa Melayu. Asal-usul Nusantara masuk wilayah Australia. Lalu bagaimana sejarah bahasa di kepulauan Kalapa (Cocos) dan pulau Natal di selatan Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 02 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (54): Bahasa Badui Bahasa Sunda di Banten Wilayah Pasundan; Bahasa Sunda, Antara Bahasa Badui dan Banten


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Badui alias Sunda Badui terkadang ditulis secara tidak baku sebagai Baduy) merupakan sekelompok masyarakat adat Sunda di wilayah pedalaman Lebak, Banten. Salah satu kelompok masyarakat menutup diri mereka dari dunia luar, memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam. Suku Badui termasuk sub-suku Sunda.


Bahasa Badui atau bahasa Sunda dialek Badui adalah nama yang diberikan bagi sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang umumnya dituturkan oleh suku Badui di sebagian wilayah Banten. Penuturnya tersebar di wilayah sekitar Gunung Kendeng, kabupaten Lebak. Bahasa Badui memiliki sekitar 11.620 penutur jati pada tahun 2015. Sama seperti bahasa Sunda baku, bahasa Badui berdasarkan tipologi linguistiknya adalah bahasa yang urutan unsur struktur kalimatnya berjenis subjek-predikat-objek. Sebagai bahasa aglutinatif, bahasa Badui memiliki beragam afiks yang masih produktif. Verba dapat dibedakan menjadi bentuk transitif dan intransitif, serta bentuk aktif dan pasif. Posisi bahasa Badui dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa berdasarkan pengklasifikasian pada situs web klasifikasi bahasa Glottolog 4.1 yang dirilis tahun 2019. Dari segi linguistik, bahasa Badui masih termasuk ke dalam bahasa Sunda. Beberapa sumber rujukan menggolongkan bahasa Badui sebagai bagian dari bahasa Sunda dialek Banten. Bahasa Badui hanya mendapatkan sedikit pengaruh dari bahasa lainnya dan masih mempertahankan beberapa unsur-unsur kebahasaan dari bahasa Sunda kuno sebagai pendahulunya/ (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Badui bahasa Sunda di Banten wilayah Pasundan? Seperti disebut di atas, bahasa Badui dituturkan oleh orang Badui di wilayah Banten. Bahasa Sunda, antara bahasa Badui dan bahasa Banten. Lalu bagaimana sejarah bahasa Badui bahasa Sunda di Banten wilayah Pasundan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (53): Bahasa Banten, Dialek Bahasa Sunda di Banten; Bahasa Banten, Antara Bahasa Jawa dan Bahasa Lampung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Banten atau Suku Sunda Banten adalah orang berbahasa Sunda mendiami bekas wilayah Kesultanan Banten. Orang Banten bertutur menggunakan dialek dari bahasa Sunda disebut sebagai bahasa Sunda Banten. Kata "Banten" muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah sekelilingnya, yaitu Cibanten atau sungai Banten. Rujukan tertulis pertama mengenai Banten dapat ditemukan pada naskah berbahasa Sunda Kuno Bujangga Manik yang menyebutkan nama-nama tempat di Banten dan sekitarnya.


Bahasa Sunda Banten atau bahasa Sunda dialek Barat adalah variasi geografis bahasa Sunda dipertuturkan oleh masyarakat di hampir seluruh wilayah Provinsi Banten, bagian barat Kabupaten Sukabumi dan bagian barat Kabupaten Bogor serta beberapa wilayah di provinsi Lampung. Bahasa ini dilestarikan salah satunya dipakai sebagai standar pengajaran bahasa Sunda di wilayah provinsi Banten. Bahasa Sunda Banten merupakan salah satu turunan langsung dari bahasa Sunda Kuno, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kosakata dari bahasa Sunda Kuno yang masih tetap dipertahankan, hal ini juga yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan leksikon dengan bahasa Sunda dialek Priangan yang lebih banyak berevolusi. Secara praktiknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banten, dialek bahasa Sunda di Banten? Seperti disebut di atas, bahasa Banten adalah bahasa dialek bahasa Sunda di bagian barat pulau Jawa. Bahasa Banten, antara bahasa Jawa dan bahasa Lampung. Lalu bagaimana sejarah bahasa Banten, bahasa Sunda dialek Banten? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.