Selasa, 17 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (84): Bahasa Empat Lawang di Pedalaman Sumatra; Palembang di Pantai Timur - Bengkulu di Pantai Barat Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Empat Lawang adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Ibu kotanya adalah Tebing Tinggi. Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada 20 April 2007. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari kabupaten Lahat. Wilayah Empat Lawang berada di wilayah pegunungan diantara wilayah Palembang dam wilayah Bengkulu.


Bahasa Melayu, bahasa Palembang, atau bahasa Musi adalah dialek yang digunakan masyarakat di sebagian wilayah Sumatera Selatan. Di antara berbagai macam bahasa daerah Sumatera Selatan, bahasa Melayu atau Palembang (dialek kota) juga berfungsi sebagai bahasa pemersatu. Bahasa Melayu di provinsi Sumatera Selatan biasanya dituturkan di wilayah Empat Lawang, Musi Rawas, Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir, dan lain-lain. Di Sumatra Selatan bahasa Melayu terdiri dari sembilan dialek, yaitu Palembang Sukabangun, Kisam, Muara Saling, Selangit, Rupit, Bentayanyang, Palembang, Padang Binduyang, dan dialek Talang Ubi. Berdasarkan perhitungan dialektometri, persentase perbedaan sembilan dialek itu adalah 51-80%. Isolek Melayu adalah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kayu Agung, Ogan, Pademaran, Komering, dan Lematang (https://www.detik.com/edu/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Empat Lawang di pedalaman Sumatra? Seperti disebut di atas bahasa Empat Lawang dituturkan di wilayah Empat Lawang. Palembang di pantai timur dan Bengkulu di pantai barat Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Empat Lawang di pedalaman Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (83): Bahasa Krui di Bagian Selatan Pantai Barat Pulau Sumatra; Dialek Bahasa Lampung dan Pasemah di Bengkulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Krui atau Kroi adalah salah satu subsuku/bagian dari suku Lampung yang bermukim di kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Suku Krui diperkirakan berjumlah 30.000 jiwa. Suku Krui menggunakan dialek Lampung yang memiliki pelafalan 'a' jelas. Dahulu hasil bumi utama mereka adalah satu spesies pohon damar. Bahasa Krui atau yang sering juga disebut sebagai bahasa Lampung Krui merupakan salah satu dialek dari bahasa Lampung yang dituturkan oleh masyarakat di kawasan pesisir barat Lampung.


Bahasa Lampung (cawa Lampung) atau rumpun bahasa Lampungik adalah sebuah bahasa atau kelompok dialek Austronesia, terutama dari kalangan suku Lampung beserta rumpunnya di selatan Sumatra. Terdapat dua atau tiga ragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A), Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O), dan Komering. Ragam terakhir terkadang dianggap sebagai bagian dari Lampung Api, tetapi terkadang juga dianggap sebagai bahasa yang berdiri sendiri terpisah dari bahasa Lampung. Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi Lampung sendiri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Krui di bagian selatan pantai barat Sumatra? Seperti disebut di atas bahasa Krui adalah dialek bahasa Lampung yang kini masuk wilayah Bengkulu. Dialek bahasa Lampung dan Pasemah di Bengkulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Krui di bagian selatan pantai barat Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 16 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (82): Bahasa Pasemah di Wilayah Sumatra Bagian Selatan; Bahasa Bahasa di Palembang, Bengkulu, Lampung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Basemah atau juga disebut Melayu Besemah, Besemah, Pasemah atau Pesemah adalah suku di wilayah si Pagaralam, Empat Lawang, Lahat, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim. Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan gunung Dempo. Suku Pasemah di Bengkulu dibedakan atas dua kelompok. Suku Pasemah Kedurang berasal dari Pasemah Lehar di Sumatera Selatan di wilayah Manna. Orang Pasemah Padang Guci berasal dari Lahat danTanjung Enim di Sumatera Selatan di Manna dan Kaur.


Bahasa Basemah atau Melayu Basemah adalah sebuah bahasa dari rumpun Melayu Tengah. Bahasa ini dipertuturkan oleh setidaknya 400.000 orang di dataran tinggi barat daya Sumatra, terutama di provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Bahasa Basemah dianggap sebagai bagian dari kelompok isolek Melayik yang dipertuturkan di separuh selatan Bengkulu serta dataran tinggi di bagian barat Sumatera Selatan, secara tradisional disebut sebagai kelompok bahasa Melayu Tengah. Secara sosiolinguistik, bahasa Basemah dapat pula dikelompokkan sebagai bahasa Melayu vernakular, karena bahasa ini merupakan bagian dari ragam cakapan tradisional orang-orang Melayik, bukan ragam Melayu Kreol seperti bahasa Melayu Ambon. Suku Basemah yang hidup di sekitar Gunung Patah di wilayah Sumatera Selatan, memiliki dua tradisi yakni matrilineal dan patrilineal. Tradisi matrilineal berlaku pada marga Semende daghat (darat) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Pasemah di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti disebut di atas bahasa Pasemah di pedalaman Sumatra Selatan dan di pesisir Bengkulu. Bahasa bahasa di Palembang, Bengkulu dan Lampung. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pasemah di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (81): Bahasa Serawai di Wilayah Sumatra Bagian Selatan; Bahasa Bahasa di Palembang, Bengkulu, Lampung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Serawai populasi terbesar kedua di daerah Bengkulu. Sebagian besar di kabupaten Bengkulu Selatan. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke Kepahiang, Rejang Lebong, Bengkulu Utara. Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara ilmiah, baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya.

 

Bahasa Serawai digolongkan ke dalam kelompok bahasa Melayu Tengah, yang merupakan terjemahan dari ‘Midden-Maleisch’ oleh Helfrich (1904). Istilah Melayu Tengah menunjuk kepada bahasa yang wilayah pakainya meliputi daerah-daerah di pedalaman Palembang dan Bengkulu. Khusus untuk Bengkulu bahasa Serawai dipakai di beberapa kecamatan: Seluma, Talo, Pino dan Manna. Marga yang memakai bahasa Serawai ini antara lain: Andelas, Air Perikan, Ngalam, Seluma, Ulu Talo, Ilir Talo, Semindang Alas, Ulu Manna Ulu, Ulu Manna Ilir, Tanjung Raya, Anak Gumay, Pasar Manna, Tujuh Pancuran, Anak Lubuk Sirih, Anak Dusun Tinggi. Dalam bahasa Serawai ada dua macam dialek, yaitu dialek ‘o’ dan dialek ‘au’. Yang dikmaksud dengan dialek o ialah kata-kata yang pada umumnya berakhiran dengan o seperti kemano (kemana), tuapo (apa), dan sapo (siapa). Dialek o ini dipakai dalam wilayah Seluma dan Talo. Dialek ‘au’ kata-kata berakhiran ‘au’, seperti kemanau (kemana), tuapau (apa), dan sapau (siapa) dipakai dalam wilayah Pino dan Manna. (https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Serawai di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti disebut di atas bahasa Serawai umumnnya dituturtkan di wilayah Bengkulu Selatan. Bahasa bahasa di wilayah Palembang, Bengkulu, dan Lampung. Lalu bagaimana sejarah bahasa Serawai di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 15 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (80): Bahasa Bengkulu Kota Bengkulu Dialek Melayu; Mukomuko Pekal Serawai Pasemah Lembak Rejang dan Kaur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Melayu Bengkulu adalah kelompok etnis rumpun Melayu yang mendiami Provinsi Bengkulu. Suku ini tersebar di wilayah Kota Bengkulu dan sekitarnya (terutama di wilayah pesisir). Suku Melayu Bengkulu merupakan kelompok etnis terbesar kelima di provinsi Bengkulu. Pada umumnya, masyarakat Melayu Bengkulu bermukim di Kota Bengkulu.


Bahasa Melayu Bengkulu atau Baso Bengkulu adalah salah satu bahasa atau isolek dalam Melayu Tengah yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu khususnya masyarakat di Kota Bengkulu. Bahasa ini juga merupakan salah satu dari sembilan bahasa asli Provinsi Bengkulu bersama dengan bahasa Mukomuko, Pekal, Serawai, Pasemah, Enggano, Lembak, Rejang, dan Kaur (Mulak). Secara khusus bahasa ini merupakan bahasa asli yang dituturkan oleh etnis Melayu Bengkulu yang menghuni Kota Bengkulu. Namun bahasa ini telah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di antara etnis yang beragam di Provinsi Bengkulu, selain bahasa Indonesia, sehingga bahasa ini telah menjadi identitas bagi Provinsi Bengkulu. Bahasa ini mempunyai kemiripan dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan Bahasa Melayu Palembang dan Bahasa Melayu Jambi karena banyaknya kosakata yang diakhiri dengan huruf vokal "o". Bahasa ini juga mempunyai kemiripan dengan dialek Negeri Sembilan di Malaysia, yang sama-sama mendapat pengaruh dari Minangkabau. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bengkulu, dialek Melayu di Kota Bengkulu? Seperti disebut bahasa Bengkulu dituturkan di kota Bengkulu. Mukomuko Pekal Serawai Pasemah Lembak Rejang Kaur. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bengkulu, dialek Melayu di Kota Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (79): Bahasa Redjang di Rejang Pedalaman Sumatra: Aksara Redjang dan Penduduk Asli di Wilayah Bengkulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Rejang adalah kelompok etnis yang berasal dari Tanah Rejang di wilayah barat daya Sumatra. Catatan mengenai mereka yang cukup lengkap salah satunya berasal dari The History of Sumatra, buku karya William Marsden yang terbit pada tahun 1783. Marsden menyebutkan bahwa selain suku Melayu (Malays), Sumatra dihuni pula oleh kelompok etnis lain yang dibedakan dari Melayu. Suku Rejang diakui sebagai salah satu penduduk asli Bengkulu dan dianggap sebagai penghuni pertama atau suku tertua.


Bahasa Rejang adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh suku Rejang yang mendiami wilayah bagian barat daya Pulau Sumatra, tepatnya di wilayah pegunungan Bukit Barisan (secara lokal dikenal sebagai Têbo Bêderet) hingga ke dataran rendah sungai Rawas di sebelah timur dan daerah pesisir di Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara di sebelah barat. Bahasa non-Melayik ini terbagi ke dalam lima dialek: Lebong, Musi/Curup, Kebanagung, Pesisir, dan Rawas. Dialek Rawas dituturkan di Ulu Rawas, Sumatera Selatan. Sementara dialek-dialek lain dituturkan di Provinsi Bengkulu. Selain dialek Pesisir yang sesuai namanya dituturkan di pesisir, dialek bahasa Rejang lainnya dituturkan di kawasan pedalaman. Bahasa Rejang adalah satu dari sembilan bahasa pribumi Bengkulu selain bahasa Enggano, Kaur, Lembak, Melayu, Mukomuko, Nasal, Pekal, dan Serawai. Bahasa ini merupakan bahasa asli bagi di lima dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Redjang di wilayah Rejang pedalaman Sumatra? Seperti disebut di atas bahasa Rejang dituturkan orang Rejang di wilayah Rejang. Aksara Redjang dan penduduk asli di wilayah Bengkulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Redjang di wilayah Rejang pedalaman Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.