Selasa, 31 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (110):Bahasa Melawi Dialek Bahasa Melayu di Pedalaman Kalimantan; Hikayat Sungai Melawi di Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sejumlah dialek bahasa Melayu di wilayah Dayak (Kalimantan) antara lain dialek Melayu Melawi, dialek Melayu Iban, dialek Melayu Kendayan, dialek Melayu Sintang, dialek Melayu Ketapang, dialek Melayu Selako, dialek Melayu Sanggau, dialek Melayu Sambas dan dialek Melayu Ulu. Bahasa Dayak dialek Melayu Melawi di daerah aliran sungai Melawi. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Kabupaten Melawi adalah sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kotanya adalah Kecamatan Nanga Pinoh. Kabupaten Melawi memiliki tiga sungai membentang di wilayah tersebut di antaranya, yaitu Sungai Kayan, Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Dahulu dikenal sebagai Batang-Melawei (alias Laway, Melahoei, Pinoe). Daerah aliran sungai Pinoh merupakan termasuk wilayah Kerajaan Kotawaringin. Kontrak 1756, Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan Melawai (alias Melawi) dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin. Tanggal 1 Januari 1817 Raja Banjar Sultan Sulaiman menyerahkan Sintang dan Melawi (disebut dengan nama Lawai) kepada Hindia Belanda. Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam dari Banjarmasin menyerahkan Lawai (alias Melawi) kepada Hindia Belanda. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti disebutkan di atas, bahasa dialek Melayu Melawi dituturkan di daerah aliran sungai Melawi. Hikayat sungai Melawi di pantai selatan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (2): Apakah Ada Catur dan Permainan Catur Sumatra dan Jawa Tempo Doeloe? Satur, Catur Tradisi di Tanah Batak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan catur (buah catur dan papan catur) yang didatangkan dari Eropa dan diintroduksi di Indonesia semasa Hindia Belanda sudah lama dikenal dan kurang lebih sama dengan yang sekarang. Masih pada masa Hindia Belanda sudah dikenal permainan catur di Tanah Batak dengan buah catur dan papan catur yang berbeda dari Eropa. Seberapa tua satur, catur di Tanah Batak?


Catur Karo istilah satur, permainan pikiran dimainkan dua orang. Perbedaan antara Catur Karo dengan yang dikenal secara internasional terdapat pada bentuk papan catur dan buah catur serta beberapa perbedaan pada gerakan buah. Dalam permainan catur Karo, pemain buah hitam akan memiliki dua ratu, dimana salah satu ratu diletakkan di depan raja; sementara pemain buah putih memiliki tiga buah benteng dan penambahan tiga pion dimana letak salah satu benteng berada didepan raja, sementara tiga buah pion akan diletakkan didepan deretan pion lainnya. Seseorang yang telah mahir memainkan catur Karo, maka secara otomatis akan dapat memainkan catur konvensional. Pada masa Hindia Belanda beberapa pemain catur Karo telah dikenal secara internasional, salah satunya adalah Si Narsar Karo-Karo Purba dari Berastagi. Si Narsar menjadi populer di dunia catur internasional karena berhasil mengalahkan beberapa pemain catur top Belanda, sehingga namanya kerap menjadi pemberitaan media massa saat itu. (https://budaya-indonesia.org/)

Lantas bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, disamping catur Eropa, pada masa Hindia Belanda sudah dikenal keberadaan catur tradisi. Catur tradisi di Tanah Batak. Lalu bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 30 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (109): Bahasa Dayak Ngaju, Daerah Aliran Sungai Kahayan dan Kapuas; Dialek Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Ngaju (Biaju) adalah sub etnis dayak terbesar di Kalimantan Tengah yang persebarannya di Palangka Raya, Pulang Pisau, Gunung Mas dan kabupaten Kapuas. Ngaju berarti hulu. Suku Ngaju mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. Nama Dayak Ngaju tempp doeloe disebut Biaju. Dalam Hikayat Banjar, Sungai Kahayan dan Kapuas sekarang disebut sungai Batang Biaju Basar, dan Batang Biaju Kecil. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Ngaju alias Biaju adalah bahasa rumpun bahasa Barito Raya (Barito Barat Daya) yang dituturkan oleh suku Ngaju di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, dan Mentaya di Provinsi Kalimantan Tengah. Ada perbedaan dialek antara sub etnis Dayak Ngaju seperti dialek Kahayan Kapuas, Katingan Ngaju, Katingann Ngawa, Baamang, Kahayan, Mantangai, Pulopetak, Seruyan, Mendawai dan Mengkatip. Perbedaan ini umumnya dalam pilihan kata tetapi mengandung arti yang sama, tetapi umumnya dapat dipahami. Menurut Tjilik Riwut, termasuk dalam pengguna bahasa ini adalah 54 anak suku, termasuk di dalamnya Arut, Balantikan, Kapuas, Rungan, Manuhing, Katingan, Seruyan, Mentobi, Mendawai, Bara-dia, Bara-Nio, Bara-ren, Mengkatip, Bukit, Berangas, dan Bakumpai. Pada tahun 1858 digunakan oleh Belanda sebagai bahasa Pengantar Injil di Pulau Kalimantan bagian Selatan. Sampai dengan saat ini menjadi bahasa utama dalam jemaat Gereja Kalimantan Evangelis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Kesamaan leksikal bahasa Ngaju terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Bakumpai [, 62% dengan bahasa Kohin, 50% dengan bahasa Ot Danum, 35% dengan bahasa Banjar (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti disebut di atas, bahasa Ngaju umumnya dituturkan kelompok-kelompok populaai di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur di Indonesia (1): Asal Mula Permainan Catur di Indonesia; Pemain Catur di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan dan pertandingan cartur di Indonesia. Apakah sejarah catur di Indonesia sudah ada yang menulis? FKN Harahap menulis sejarah catur di Indonesia dengan judul: Sejarah Catur Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali 1986 oleh Penerbit Angkasa Bandung. Apakah ada yang pernah membacanya? Jika belum, mari kita pelajari sejarah catur di Indonesia. Artikel pertama adalah Asal Mula Permainan Catur di Indonesia.  


Catur (Sanskerta: caturaá¹…ga) adalah permainan papan strategi dua orang pada sebuah papan kotak-kotak terdiri dari 64 kotak, yang disusun dalam petak 8×8, yang terbagi sama rata (masing-masing 32 kotak) dalam kelompok warna putih dan hitam. Permainan ini dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Catur diyakini berasal dari permainan India, chaturanga (yang menjadi asal nama catur), sekitar abad ke-7. Chaturanga juga diperkirakan merupakan nenek moyang dari permainan strategi serupa yang berasal dari Dunia Timur, seperti xiangqi (catur Cina), janggi (catur Korea), dan shogi (catur Jepang). Catur mencapai Eropa pada abad ke-9, saat terjadi penaklukan Hispania oleh Umayyah. Buah-buah catur tersebut diperkirakan mendapat bentuknya yang dikenal saat ini pada akhir abad ke-15 di Spanyol, sedangkan aturan catur modern distandardisasi pada abad ke-19. Pada mulanya, setiap pemain memiliki 16 buah catur: satu raja (king), satu menteri (dalam bahasa Inggris disebut queen atau ratu), dua benteng (rook), dua kuda (dalam bahasa Inggris disebut knight atau kesatria), dua gajah (dalam bahasa Inggris disebut bishop atau uskup), dan delapan bidak atau pion. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti disebut di atas nama catur bermula di India. Bagaimana bisa? Itu satu hal. Hal lainnya adalah pemain catur di Indonesia sejak era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 29 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (108): Bahasa Tidung di Pantai Timur Kalimantan-Borneo; Kerajaan Tidoeng dan Dialek-Dialek Bahasa Tidung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah). Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah.


Bahasa Tidung atau Tidong adalah dipertuturkan oleh suku Tidung di Kalimantan Utara, dan juga di Sabah, Malaysia. Di Indonesia, bahasa Tidung dituturkan di Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Sementara di Malaysia, bahasa Tidung dituturkan di Sabah. Di sebar tutur bahasa Tidung, penuturnya juga berkonta dengan penutur bahasa lain seperti bahasa Melayu, Punan, Tenggalan, dan bahasa-bahasa lainnya di Sabah. Bahasa Tidung memiliki beberapa dialek: Nunukan, Penchangan, Sedalir (Salalir, Sadalir, Saralir, Selalir) Tidung, Tarakan (Terakan), Sesayap, Sebuku. Sementara menurut Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga dialek, antara lain: Dialek Berusu, Dialek Sesayap, dan Dialek Tagul. Bahasa Tidung memiliki perbedaan dengan bahasa-bahasa lainnya di Kalimantan Utara. Pada penghitungan dialektrometri, bahasa Tidung memiliki perbedaan 90%—92% dengan bahasa-bahasa tersebut, antara lain bahasa Tidung dengan bahasa Long Pulung sebesar 90%; bahasa Lundayeh sebesar 91%; serta bahasa Tenggalan sebesar 92%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tidung di pantai timur Kalimantan-Borneo? Seperti disebut di atas bahasa Tidoeng memiliki beberapa dialek bahasa. Bagaimana kerajaan Tidoeng tempo doeloe dan dialek-dialek bahasa Tidung? Lalu bagaimana sejarah bahasa Tidung di pantai timur Kalimantan-Borneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (107): Bahasa Punan dan Putussibau di Pedalaman Pulau Kalimantan; Dialek Bahasa Kelompok Populasi Punan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Punan terdiri beragam dialek. Bahasa Punan Merah dipertuturkan di wilayah Ujoh Bilang timur (Mahakam), Kalimantan Timur; bahasa Punan Aput di wilayah barat dan utara gunung Menyapa, Kalimantan Timur; bahasa Punan Paking dituturkan di desa Paking, Mentarang, kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Bahasa Punan Paking persentase perbedaan berkisar 81%--100% dibandingkan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Kenyah, bahasa Punan Merah, bahasa Lundayeh dan bahasa Punan Long Lamcin.

 

Dayak Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Di 6 kabupaten di Kalimantan Timur suku Punan yang tersebar di 77 pemukiman. Suku-suku Dayak termasuk rumpun Punan diantaranya: Suku Dayak Hovongan di Kapuas Hulu, Kalbar; Suku Dayak Uheng Kereho/Oloh Ot Nyawong/Suku Dayak Seputan di Kapuas Hulu, Kalbar; Suku Dayak Punan Murung di Murung Raya, Kalteng; Suku Dayak Aoheng (Suku Penihing) di Kalimantan Timur; Suku Dayak Basap di Kalimantan Timur; Suku Dayak Punan Merah/Suku Dayak Punan Serata/Suku Dayak Punan Langasa/Suku Dayak Punan Nya'an; Suku Dayak Punan Aput-Busang; Suku Dayak Merap; Suku Dayak Punan Tubu; Suku Dayak Ukit/Suku Bukitan/Suku Beketan; Suku Dayak Bukat; Suku Dayak Punan Habongkot; Suku Dayak Panyawung; Suku Dayak Punan Lisum; Suku Dayak Punan Kelay-Segah di Sungai Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur; Punan Murung; Suku Dayak Punan di Kalimantan Tengah terdapat di perhuluan sungai Barito di kabupaten Murung Raya (Punan Murung). Kebanyakan suku-suku Dayak di Kalimantan Tengah termasuk rumpun Ot Danum kecuali suku Dayak Punan Murung. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Punan dan Putussibau di pedalaman pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas catatan sejarah bahasa Punan awalnya dimulai dari Putussibau. Dialek-dialek bahasa kelompok populasi Punan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Punan dan Putussibau di pedalaman pulau Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.