Kamis, 02 November 2023

Sejarah Bahasa (112): Bahasa Iban Borneo Utara, Bahasa Pengantar Wilayah Sarawak; Orang Iban dan Tradisi Rumah Panjang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Iban adalah salah satu rumpun suku Dayak di Sarawak, Kalimantan Barat dan Brunei. Kata Iban berasal dari bahasa Iban asli yang bermaksud manusia atau orang. Iban terkenal karena mempraktikkan pengayauan dan migrasi teritorial. Sejak kedatangan orang Eropa dan kolonisasi selanjutnya di daerah tersebut, pengayauan berangsur-angsur menghilang dari praktik. Mereka secara tradisional tinggal di rumah panjang yang disebut rumah panjai atau betang (batang).Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Iban atau Bahasa Dayak Iban adalah bahasa yang digunakan etnik Dayak dari suku Iban yang tinggal majoritas di Sarawak, Malaysia, dan minoritas di Kalimantan Barat. Di Sarawak, penuturnya mencangkum bukan etnis Iban sahaja, namun menjadi bahasa perantaraan antara masyarakat. Bahasa Iban adalah bahasa terlindung di bawah Kementerian Pendidikan Malaysia serta menjadi salah satu bidang di sekolah-sekolah serta universitas Malaysia. Bahasa Iban adalah salah satu bahasa Dayak yang termasuk dalam Sijil Pelajaran Malaysia bermula tahun 1970 sehingga kini sebagai subjek elektif. Penerbitan Kamus Iban mempunyai beberapa produksi di bawah Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sarawak. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Iban di Borneo utara, bahasa pengantar di wilayah Sarawak? Seperti disebut di atas bahasa Iban dituturkan orang Iban. Orang Iban kini umumnya di wilayah Satawak. Orang Iban dan rumah panjang di Kapuas. Lalu bagaimana sejarah bahasa Iban di Borneo utara, bahasa pengantar di wilayah Sarawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (4): Klub Catur Pribumi dan Klub Catur Orang Belanda Semasa Hindia Belanda; Klub dan Perserikatan Catur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada klub catur di Indonesia pada masa ini? Yang jelas sudah ada sekolah catur Utut Adianto di Indonesia. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, klub catur (schaakclub) adalah tempat berhimpun para pemain catur dalam organisasi. Antara klub satu dengan klub lainnya dilakukan pertandingan. Klub-klub catur kemudian membentuk perserikatan (schaakbond).  Salah satu klub catur orang pribumi di Batavia adalah Satoer Batak.


Schaakclub. Een schaakclub of schaakvereniging is een vereniging voor de beoefening van de schaaksport. Op een schaakclub kunnen de volgende activiteiten plaatsvinden: Interne competitie: leden van de club spelen tegen elkaar. Externe competitie: teamwedstrijden tegen andere schaakclubs in de competitie van de regionale schaakbond of de Koninklijke Nederlandse Schaakbond. Schaakles of een thema-avond. Snelschaak- of rapidtoernooi. Partijen analyseren en nabespreken. Gelegenheidsactiviteiten als een kersttoernooi, herdenkingstoernooi of simultaan door een sterke schaker. De jaarlijkse algemene ledenvergadering. Sommige schaakclubs hebben een jeugdafdeling. Daar vinden vergelijkbare activiteiten plaats voor de jeugd van 6 tot 17 jaar (met uitzondering van de algemene ledenvergadering). Bij sommige clubs krijgt de jeugd schaakles van volwassen leden van de club, in Nederland meestal volgens de Stappenmethode. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah klub catur orang pribumi dan klub catur orang Belanda semasa Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, klub catur (schaakclub) adalah organisasi catur terkecil yang menjadi bagian dari perserikatan catur (schaakbond). Lalu bagaimana sejarah klub catur orang pribumi dan klub catur orang Belanda semasa Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 01 November 2023

Sejarah Bahasa (111): Bahasa Murut dan Nama Malinau di Kalimantan Utara; Dialek-Dialek Bahasa Kelompok Populasi Murut


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Murut adalah rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Utara, Brunei Darussalam dan Sabah-Sarawak, Malaysia. Kelompok populasi Murut berasal dari kelompok populasi yang sama. Meski kini berbeda-beda tetapi memiliki bahasa dan adat istiadat yang mirip.Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa-bahasa Murut ialah sejenis keluarga bahasa Austronesia yang berkait rapat, dituturkan di kawasan pedalaman utara Borneo oleh warga Murut dan Tidung. Bahasa-bahasa Murut ialah (Lobel 2013): Murut Jati (Murut Timugon dan Murut Tagol); Dialek Murut (Murut Keningau, Murut Beaufort (Binta'), Murut Tabalunan/Serudung, Murut Selungai, Murut Sembakung, Okolod, Bookan, Murut Tanggala, Paluan, Murut Agabag/Tinggalan); Tidung (Burusu, Kalabakan, Nunukan, Sesayap). Bahasa Tagol lazimnya digunakan dan difahami oleh majoriti besar masyarakat Murut. Lobel (2013:360) juga menyenaraikan bahasa Abai Sembuak, Abai Tubu dan Bulusu (semuanya dituturkan berhampiran bandar Malinau, Kalimantan Utara) sebagai Murutik. Sebaliknya, Sungai Abai, yang dituturkan di timur Sabah, ialah bahasa Paitan. Lobel (2016) merangkumi bahasa-bahasa Murut berikut, termasuk Tidong: Tatana. Papar, Murut Nabaay, Gana, Murut Timugon, Murut Paluan, Murut Tagol, Kolod, Tingalan Barat, Tingalan Timur, Murut Kalabakan, Abai Sembuak, Abai Tubu, Bulusu, Tidung Bengawong, Tidung Sumbol, Tidung Kalabakan, Tidung Mensalong, Tidung Malinau (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Murut di Kalimantan Utara dan nama Malinau? Seperti disebut di atas terdapat dialek-dialek bahasa Murut dari kelompok populasi yang sama. Salah satu dialek bahasa terdapat di Malinau Kalimantan Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Murut di Kalimantan Utara dan nama Malinau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (3): Kapan Pertandingan dan Kompetisi Catur Bermula di Indonesia? Nederlandschen Schaakbond Belanda, 1873


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Catur dan permainan catur di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Namun permainan catur dipermainkan baru sekadar mengisi waktu. Perangkat catur tersedia di kantin/barak militer, di klub sosial dan di tempat-tempat lain termasuk di rumah dan di kapal. Bagaimana dengan pertandingan catur sendiri?


Sejarah Catur Masuk ke Indonesia. Titi Fajriyah. CNN Indonesia. Kamis, 15 April 2021: Olahraga catur di Indonesia sedang naik daun dalam beberapa pekan terakhir. Berasal dari India, catur masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Kabid Binpres Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi), Kristianus Liem kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/4), menjelaskan hampir semua ahli sejarah di dunia yang menyelidiki asal usul catur sependapat catur berasal dari India kemudian menyebar ke Dunia Barat. Dalam perjalanannya catur mengalami beberapa kali perubahan peraturan permainan, terakhir pada abad ke-16 (zaman permainan Ruy Lopez) sehingga permainan catur mencapai bentuknya yang seperti sekarang. Saat masuk ke Indonesia, kebanyakan hanya orang-orang Belanda yang senang bermain catur. Namun pada akhir abad ke-19 mulai bermunculan klub-klub catur di Surabaya, Magelang, Yogyakarta dan Bandung. Pada 1915 baru berdiri Nederlandsch Indische Schaakbond (NISB) di Yogyakarta. NISB merupakan perkumpulan catur pertama di Indonesia (https://www.cnnindonesia.com/)

Lantas bagaimana sejarah kapan pertandingan dan kompetisi catur bermula di Indonesia? Seperti disebut di atas, permainan catur sudah lama dikenal di Hindia Belanda. Perserikatan catur Nederlandschen Schaakbond di Belanda didirikan tahun 1873. Lalu bagaimana sejarah kapan pertandingan dan kompetisi catur bermula di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 31 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (110):Bahasa Melawi Dialek Bahasa Melayu di Pedalaman Kalimantan; Hikayat Sungai Melawi di Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sejumlah dialek bahasa Melayu di wilayah Dayak (Kalimantan) antara lain dialek Melayu Melawi, dialek Melayu Iban, dialek Melayu Kendayan, dialek Melayu Sintang, dialek Melayu Ketapang, dialek Melayu Selako, dialek Melayu Sanggau, dialek Melayu Sambas dan dialek Melayu Ulu. Bahasa Dayak dialek Melayu Melawi di daerah aliran sungai Melawi. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Kabupaten Melawi adalah sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kotanya adalah Kecamatan Nanga Pinoh. Kabupaten Melawi memiliki tiga sungai membentang di wilayah tersebut di antaranya, yaitu Sungai Kayan, Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Dahulu dikenal sebagai Batang-Melawei (alias Laway, Melahoei, Pinoe). Daerah aliran sungai Pinoh merupakan termasuk wilayah Kerajaan Kotawaringin. Kontrak 1756, Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan Melawai (alias Melawi) dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin. Tanggal 1 Januari 1817 Raja Banjar Sultan Sulaiman menyerahkan Sintang dan Melawi (disebut dengan nama Lawai) kepada Hindia Belanda. Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam dari Banjarmasin menyerahkan Lawai (alias Melawi) kepada Hindia Belanda. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti disebutkan di atas, bahasa dialek Melayu Melawi dituturkan di daerah aliran sungai Melawi. Hikayat sungai Melawi di pantai selatan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (2): Apakah Ada Catur dan Permainan Catur Sumatra dan Jawa Tempo Doeloe? Satur, Catur Tradisi di Tanah Batak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan catur (buah catur dan papan catur) yang didatangkan dari Eropa dan diintroduksi di Indonesia semasa Hindia Belanda sudah lama dikenal dan kurang lebih sama dengan yang sekarang. Masih pada masa Hindia Belanda sudah dikenal permainan catur di Tanah Batak dengan buah catur dan papan catur yang berbeda dari Eropa. Seberapa tua satur, catur di Tanah Batak?


Catur Karo istilah satur, permainan pikiran dimainkan dua orang. Perbedaan antara Catur Karo dengan yang dikenal secara internasional terdapat pada bentuk papan catur dan buah catur serta beberapa perbedaan pada gerakan buah. Dalam permainan catur Karo, pemain buah hitam akan memiliki dua ratu, dimana salah satu ratu diletakkan di depan raja; sementara pemain buah putih memiliki tiga buah benteng dan penambahan tiga pion dimana letak salah satu benteng berada didepan raja, sementara tiga buah pion akan diletakkan didepan deretan pion lainnya. Seseorang yang telah mahir memainkan catur Karo, maka secara otomatis akan dapat memainkan catur konvensional. Pada masa Hindia Belanda beberapa pemain catur Karo telah dikenal secara internasional, salah satunya adalah Si Narsar Karo-Karo Purba dari Berastagi. Si Narsar menjadi populer di dunia catur internasional karena berhasil mengalahkan beberapa pemain catur top Belanda, sehingga namanya kerap menjadi pemberitaan media massa saat itu. (https://budaya-indonesia.org/)

Lantas bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, disamping catur Eropa, pada masa Hindia Belanda sudah dikenal keberadaan catur tradisi. Catur tradisi di Tanah Batak. Lalu bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.