Selasa, 09 Januari 2024

Sejarah Bahasa (227): Bahasa Boano Pulau Boano di Kepulauan Maluku; Bahasa Boano dan Orang Boano di Pantai Barat Sulawesi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Boano merupakan suku bangsa yang mendiami kecamatan Domimi dan kecamatan Ampibabo, kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Suku Boano hidup secara nomaden dengan populasinya sekitar 1.700-5.600 jiwa. Bahasa Boano juga disebut bahasa Bolano.  Bahasa Boano dituturkan di satu desa Bolano.  Penutur bahasa Boano dikelilingi oleh penutur bahasa Tialo yang tinggal di sepanjang pantai antara Tingkulang (Tomini) dan Moutong. Bahasa Boano juga di Maluku.

 

Pulau Buano (Boano) pulau terletak sebelah timur laut dari pulau Kelang dan sebelah barat laut pulau Seram. Pulau Buano termasuk ke dalam daerah dua desa di kecamatan Huamual Belakang, kabupaten Seram Bagian Barat. Nama pulau Buano dicatat François Valentijn, 1724 sebagai Bonoa, Boan, Boano, dan Bonnoa. Di bagian selatan pulau ini terdapat tiga desa yang bernama "Tuhusu", "Boway", dan "Tean". Ketiga desa tersebut berada di bawah kepemimpinan seorang "Sengadji Tahakeke" dan "Latu Hakeke". Desa-desa lainnya bernama "Hatulilli" dan "Hulu" di utara, "Sea" di barat, dan "Senanoy" atau "Senay" serta "Hata-Puteh" di timur. Sebelumnya di wilayah pegunungan di Buano juga ada empat desa yang bernama "Ussan", "Olan", "Hatuwahoen", dan "Selubatten". Orang di pegunungan disebutkan telah turun ke wilayah kaki pada tahun 1667. Valentijn menyebutkan perundingan perdamaian antara Herman van Speult dari VOC dengan Sengadji dari Buano yang dimediasi oleh kapten dari Hitu pada tahun 1619. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa Boano di Pulau Boano di kepulauan Maluku? Seperei disebutkan bahasa Boano di pulau Boano.Bahasa Boano orang Boano di pantai barat Sulawesi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Boano di Pulau Boano di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (226): Bahasa Manipa Pulau Manipa di Maluku; Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Manipa adalah bahasa Austronesia dari Indonesia bagian timur. Ini terutama digunakan di pulau Manipa, yang terletak di antara pulau Buru dan pulau Seram. Pulau Manipa adalah sebuah pulau di kabupaten Seram Bagian Barat, terletak 8 km lepas pantai barat pulau Kelang di ujung barat Pulau Seram dan 25 km lepas pantai barat Buru. Penduduknya berbicara dalam bahasa Manipa, serta bahasa Indonesia dan Melayu Ambon.


Suku Manipa adalah kelompok etnis yang berasal dari Pulau Manipa di Maluku. Secara administratif, wilayah yang dihuni suku Manipa termasuk kedalam kecamatan kepulauan Manipa. Suku ini berkerabat dengan suku Wemale di dataran utama pulau Seram, khususnya di pesisir utara Seram Bagian Barat. Kapitan Jonker, seorang bangsawan lokal dan serdadu VOC yang terkenal berasal dari suku Manipa. Jonker lahir di Manipa tahun 1620, dengan nama Achmad Sangadji Kawasa. Sangaji jabatan penguasa lokal di kepulauan Maluku. Masyarakat Manipa terikat budaya Haikalima dan Henaluaka. Budaya ini mengikat masyarakat yang memiliki bahasa dan karakter yang berbeda dalam satu jalinan persaudaraan. Diantara masyarakat suku Manipa dan pendatang Buton juga lazim terjadi pernikahan, khususnya antara laki-laki Buton dan perempuan Manipa. Setelah menikah, laki-laki suku Buton tersebut kemudian akan menyandang marga suku Manipa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau Manipa di Maluku? Seperti disebut di atas bahasa Manipa dituturkan di pulau Manipa. Kapiten Jonker dan pemimpin pulau Manipa Sangadji Kawasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau Manipa di Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 08 Januari 2024

Sejarah Bahasa (225): Bahasa Nunusaku di Jantung Pulau Seram; Gunung Binaya dan Dialek Bahasa Kelompok Populasi Kecil


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa-bahasa Nunusaku, yaitu rumpun dan bahasa-bahasa asli di pulau Seram dan sekitarnya. Bahasa Amahai masih serumpun dengan bahasa-bahasa Nunusaku. Di pulau Seram sendiri cukup banyak penutur bahasa yang berbeda dalam kelompok populasu kecil. Konon, dialek-dialej bahasa itu bersumber dari bahasa sama yang menjadi rumpun bahasa Nunusaku.


Ungkapan Maluku Satu Darah dalam Prespektif Cerita Nunusaku. Kantor Bahasa Maluku. Helmina Kastanya. Maluku Satu Darah adalah sebuah ungkapan yang mengandung makna mendalam. Ungkapan ini memiliki kekuatan besar untuk menyatukan seluruh anak Maluku. Kisah-kisah masa lampau dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi: Masyarakat Maluku berasal dari satu suku bangsa kemudian menyebar yang terbentuknya negeri-negeri di Maluku terutama di pulau Ambon, pulau Lease, pulau Buru, dan pulau Seram. Kisah Nunusaku sebagai sejarah awal kehidupan masyarakat Maluku merupakan salah satu titik pemaknaan Maluku Satu Darah. Umumnya sejarah masa lampau masyarakat Maluku menyebutkan bahwa diri mereka berasal dari pulau Seram. Kehidupan di Nunusaku bagaikan sebuah kerajaan. Hingga pada suatu masa terjadi peperangan antarmasyarakat setempat yang mengakibatkan terjadinya perpecahan di Nunusaku. (https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2018)

Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa Nunusaku di jantung pulau Seram? Seperti disebut di atas bahasa-bahasa rumpun Nunusaku berada di pulau Seram; Dialek-dialek bahasa kelompok populasi kecil di pulau Seram. Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa Nunusaku di jantung pulau Seram? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (224): Bahasa Piru Bahasa di Teluk Piru di Bagian Barat Pulau Seram; Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Sepa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Teluk Piru adalah sekelompok dua puluh bahasa Melayu-Polinesia yang digunakan di Pulau Ambon dan sekitar Teluk Piru di pulau Seram. Tak satu pun dari bahasa-bahasa tersebut memiliki lebih dari dua puluh ribu penutur, dan beberapa di antaranya terancam punah. Bahasa-bahasa tersebut adalah sebagai berikut: Teluk Piru Barat (pulau Seram dan pulau Ambon) Asilulu, Hoamoal: Luhu (Piru), Manipa; Larike-Wakasihu, Boano. Teluk Piru Timur: Sepa, Teluti, Solehua.


Seram Barat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Desa Piru yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Seram Bagian Barat. Pada tahun 2020, penduduk Seram Barat berjumlah 35.045 jiwa dengan kepadatan 70 jiwa/km². Hal tersebut menempatkan Seram Barat sebagai kecamatan berpenduduk terbanyak kedua di Kabupaten Seram Bagian Barat setelah Kecamatan Huamual. Kecamatan Seram Barat terdiri atas 7 desa desa terjauh dari ibu kota kecamatan adalah Desa Kaibobo yang berjarak 25 km dari Piru. Berikut adalah daftar desa di Kecamaran Seram Barat: Kaibobo, Eti, Lumoli, Morekau, Neniari, Piru dan Kawa (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Piru bahasa teluk Piru di bagian barat pulau Seram? Seperti disebut di atas bahsa Piru dituturkan di teluk Piru pulau Seram. Dialek-dialen bahasa Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Boano. Sepa, Teluti dan lainnya. Lalu bagaimana sejarah bahasa Piru bahasa teluk Piru di bagian barat pulau Seram? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 07 Januari 2024

Sejarah Bahasa (223): Bahasa Saleman di Sawai dan di Saleman di Teluk Pulau Seram Bagian Tengah Pantai Utara; Sawai-Huaulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Saleman dituturkan oleh masyarakat di desa Sawai, kecamatan Seram Utara dan desa Saleman, kecamatan Seram Utara Barat, kabupaten Maluku Tengah di teluk Sawai. Isolek Saleman merupakan sebuah bahasa dengan perbedaan besar dengan bahasa-bahasa lain di Maluku sebesar 81-100persen, misalnya dengan bahasa Piru, Loon, dan Seram. Bahasa Saleman bahasa Sawai adalah dua bahasa berbeda karena persentase perbedaan 99 persen.


Pantai Ora berlokasi di ujung barat teluk Sawai di sebelah desa Saleman dan desa Sawai, di tepi hutan Taman Nasional Manusela. Pantai Ora memiliki karakteristik pantai yang berpasir putih dengan air yang sangat jernih dan tenang dengan kekayaan terumbu karang, ikan dan aneka ragam biota laut lainnya. Wilayah Pantai Ora tidak memiliki daratan yang luas, karena daratan berupa tebing atau bukit batu yang cukup curam, walaupun bisa didaki. Alam di sekitar Pantai Ora dibentuk oleh tebing-tebing Sawai yang menjulang. Pantai Ora bersebelahan dengan dua desa, yaitu desa Saleman dan desa Sawai. Kedua desa tersebut juga lazim disebut sebagai Negeri yang artinya desa adat. Secara umum penduduk asli pulau Seram adalah suku Alifuru yang berada di pegunungan. Bahasa Sawai (juga disebut bahasa Weda) dituturkan di seluruh kecamatan Weda dan beberapa wilayah di area Halmahera selatan diantaranya Kec.Mafa dan desa sekitarnya Kabupaten Halmahera Selatan, (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Saleman di Sawai dan Saleman di teluk pulau Seram Bagian Tengah pantai utara? Seperti disebut di atas bahasa Salemen dituturkan di desa Saleman. Bahasa Sawai dan Huaulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Saleman di Sawai dan Saleman di teluk pulau Seram Bagian Tengah pantai utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (222): Bahasa Amahai Pulau Seram Bagian Tengah Pantai Selatan; Upu Ama, Ama Mahai dan Ama Hei Namakala


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Amahai adalah bahasa dituturkan di kecamatan Amahai di Pulau Seram bagian selatan agak ke barat, dekat Masohi, Maluku Tengah. Jumlah populasi suku ini sekitar 10.000 jiwa. Suku Amahai umumnya berbudaya seperti orang Ambon. Bahasa suku Amahai disebut bahasa Amahai yang masih serumpun dengan bahasa-bahasa Nunusaku, yaitu rumpun dan bahasa-bahasa asli di Pulau Seram dan sekitarnya.

Amahai adalah negeri di kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, terikat pela dengan Ihamahu. Amahai disebut dan ditulis juga Amahei. Amahai terdiri dari dua suku kata ama dan mahai. Ama artinya bapak dan mahai artinya hidup. Kata amahei berasal dari kalimat “Ama Hei nama Namakala” berarti bapak sejak dahulu kala. Sejarahnya: dalam persidangan amarale kecil (saniri kecil) dari Inama Halulepesia maka ucapan kalimat di atas disebutkan upu ama bagi orang tertua dan hidup sejak dari nunusaku sampai menyebar dari uwe paurita sampai hatumete. Pada zaman Gubernur Arnold de Vlaming van Oudshorn melancarkan perang hongi (1652) menyerang kerajaan Iha yang tak mau takluk. Pusat kerajaan Iha berada di gunung Ama Iha yang sukar untuk ditaklukan. Secara geografis Amahai terletak dalam sebuah teluk yang sangat indah, di peluk oleh dua buah tanjung yang mengajur ke laut, masing-masing tanjung Kuako dan Umuputi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa bahasa Amahai di pulau Seram Bagian Tengah pantai selatan? Seperti disebut di atas bahasa Amahai dituturkan di Amahai. Upu Ama, Ama Mahai dan Ama Hei Namakala. Lalu bagaimana sejarah bahasa bahasa Amahai di pulau Seram Bagian Tengah pantai selatan?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982