Jumat, 19 Januari 2024

Sejarah Bahasa (247): Bahasa Iha di Kokas Pantai Utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni; Teluk Kokas dan Pulau Ogar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Iha (Kapaur) adalah bahasa Papua yang digunakan di ujung Semenanjung Bomberai. Ini adalah dasar dari bahasa pijin yang digunakan sebagai bahasa perdagangan lokal.  Penutur bahasa Iha ditemukan di Kampong Baru, distrik Kokas kabupaten Fakfak, Papua Barat. Bahasa Iha berbeda dengan bahasa di sekitar seperti bahasa Mor, bahasa Sekar-Enim, bahasa Baham dan bahasa Uruangnirin.


Pemkab Fakfak Jadikan Bahasa Iha Sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah. Senin, 25 September 2023. Fakfak. Melalui kurikulum merdeka, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Fakfak mendorong penuh pembelajaran muatan lokal Bahasa Iha. Hal itu dikemukakan Asisten III Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak, Girin dalam Bimtek implementasi kurikulum merdeka dan penyusunan perangkat pembelajaran muatan lokal Bahasa Iha pendidikan dasar yang diikuti TribunPapuaBarat.com di Fakfak Papua Barat, Senin (25/9/2023). Ia menekankan pihaknya terus berupaya dan mengharapkan penuh, agar setiap sekolah di Kabupaten Fakfak dapat memilih muatan lokal Bahasa Iha sebagai salah satu pilihan mata pelajaran yang wajib. "Karena dewasa ini Bahasa Iha semakin dilupakan oleh generasi muda kita," ungkapnya. (https://papuabarat.tribunnews.com/a)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Iha di Kokas pantai utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Iha dituturkan do Kokas; Teluk Kokas dan Pulau Ogar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Iha di Kokas pantai utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (246):BahasaSumuri Padang Agoda Teluk Bintuni; Semenanjung Sumuri dan Kepulauan Boba Selatan Teluk Bintuni


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sumuri dituturkan di kampong Padang Agoda distrik Sumuri kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat. Distrik Sumuri terdiri dari 5 kampung yakni: Forada, Materabu Jaya, Sumuri, Tanah Merah dan Tofoi. Sebelah timur kampong Padang Agoda dituturkan bahasa Irarutu, bahasa Kuri di kampong Babo. Nama Babo adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Bintuni terdiri dari nama-nama kampong Amutu, Babo, Irarutu, Kasira dan Nusei.


Sumuri atau Sumeri (salah satu dari dua bahasa Papua yang juga dikenal sebagai Tanah Merah) adalah bahasa yang digunakan di distrik Sumuri, kabupaten Teluk Bintuni di Semenanjung Bomberai oleh sekitar seribu orang. Di Kecamatan Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni, masyarakat Sumuri bertempat tinggal di kampung Tofoi (ibu kota kabupaten), Materabu Jaya, Forada, Agoda, Saengga, Tanah Merah Baru, Onar Lama, dan Onar Baru. Dalam klasifikasi Malcolm Ross (2005) dan Timothy Usher (2020), Sumeri merupakan cabang independen dari rumpun Trans–New Guinea; Palmer (2018) mengklasifikasi sebagai bahasa terisolasi. Wilayah ini tidak cocok dengan cabang-cabang TNG yang sudah ada, namun berdasarkan sedikit data yang ada, wilayah ini tampaknya paling dekat dengan cabang-cabang di Teluk Berau (yaitu South Bird's Head, West Bomberai, dll.) atau bahasa Asmat – Mombum dan kerabatnya di timur. Bahasa Sumeri sebelumnya telah dikaitkan dengan bahasa Mairasi, tetapi bahasa tersebut tidak memiliki kata ganti TNG yang sama dengan bahasa Sumeri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sumuri di Padang Agoda Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Sumuri dituturkan di Padang Agoda, Sumuri. Semenanjung Sumuri dan Kepulauan Boba di Teluk Bintuni. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sumuri di Padang Agoda Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 18 Januari 2024

Sejarah Bahasa (245): Bahasa Sou, Tembuni di Teluk Bintuni;Nama Steenkol dan Bintuni Antara Sungai Tembuni dan Sungai Muturi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bintuni adalah sebuah distrik yang juga merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dari kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Distrik ini terletak di dekat pantai tenggara Semenanjung Kepala Burung di Teluk Bintuni. Tembuni juga adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Bintuni. Distrik Tembuni memiliki empat kampung: Araisum, Tembuni, Mogoi Baru dan Bangun Mulyo.


Bahasa Sou dituturkan di kampung Tembuni, distrik Tembuni, kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sou berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Moskona di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Miak di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Arandai di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Warriagar di sebelah selatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sou merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Moskona dan Wandamen. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Sou dituturkan di wilayah Tembuni. Steenkol dan Bintuni antara sungai Tembuni dan sungai Muturi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (244):Bahasa Wamesa Leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua; Teluk Bintuni dan Teluk Wondama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Wamesa adalah salah satu penduduk asli Papua Barat, terutama mendiami distrik Bintuni, kabupaten Teluk Bintuni provinsi Papua Barat. Suku Wamesa juga menjadi suku terbesar di kabupaten Teluk Wondama. Suku Wamesa memiliki bahasanya sendiri, yang disebut bahasa Wamesa, yang jumlah penutur diperkirakan sebanyak 5.000 jiwa tahun 1993. Berdasarkan dialeknya bahasa ini terbagi menjadi Wandamen (Wondama), Windesi, dan Bintuni.


Wamesa adalah bahasa Austronesia di Papua digunakan di leher Semenanjung Doberai atau Kepala Burung. Saat ini terdapat 5.000–8.000 pembicara. Meskipun secara historis digunakan sebagai lingua franca, saat ini bahasa tersebut dianggap sebagai bahasa yang terancam punah dan kurang terdokumentasi. Ini berarti semakin sedikit anak yang menguasai Wamesa secara aktif. Sebaliknya, Melayu Papua menjadi semakin dominan di wilayah tersebut. Bahasa ini sering disebut Wandamen dalam sastra; Namun, beberapa penutur dialek Windesi menyatakan bahwa Wandamen dan Wondama mengacu pada dialek yang digunakan di sekitar Teluk Wondama, dipelajari oleh misionaris awal dan ahli bahasa. Mereka menegaskan bahwa bahasa tersebut secara keseluruhan disebut Wamesa, yang dialeknya adalah Windesi, Bintuni, dan Wandamen. Meskipun bahasa Wamesa digunakan di Papua Barat, Wamesa bukanlah bahasa Papua melainkan bahasa Halmahera Selatan-Papua Barat (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Wamesa dituturkan di wilayah Wamesa. Teluk Bintuni dan Teluk Wondama. Lalu bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 17 Januari 2024

Sejarah Bahasa (243):Bahasa Arandai Orang Arandai Teluk Bintuni; Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Arandai atau Yaban merupakan suku yang mendiami sebelah barat sungai Wariaga dan sekitar daerah aliran Sungai Sebyar (Timoforo) di bagian tenggara Kepala Burung Papua, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Suku ini memiliki populasi sekitar 900 jiwa yang mendiami desa Aranday, Kiambo, Yakora, Sakauni, Botare, dan Tomu.


Bahasa Arandai adalah gugus dialek Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat. Di Kabupaten Teluk Bintuni digunakan di distrik Aranday, Kamundan, dan Weriagar. Perlakuan di Ethnologue tampaknya tidak konsisten. Kode ISO ditetapkan ke dua bahasa, "Arandai" dan "Kemberano", yang terakhir juga disebut Arandai. Dikatakan bahwa mereka memiliki 85% kesamaan leksikal, yang menjadikannya dialek dalam satu bahasa. Namun, dua dialek yang diberikan untuk Arandai, juga disebut Kemberano dan Arandai (alias Tomu dan Dombano), dikatakan hanya memiliki 71% kesamaan leksikal, sehingga menjadikannya bahasa yang berbeda. Dialek Kemberano (Weriagar) terdaftar sebagai Weriagar (Kemberano) dan Barau. Nama alternatif tambahan Arandai/Kemberano/Dombano–Tomu diberikan sebagai Jaban (Yaban), Sebyar, Sumuri. Nama tambahan Kemberano/Arandai/Barau–Weriagar diberikan sebagai Kalitami. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Arandai Orang Arandai di teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Arandai dituturkan di teluk Bintuni. Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa Arandai Orang Arandai di teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (242):Bahasa Sebyar Sungai Kamundan Tempo Dulu; Sungai Weriagar dan Sungai Sebyar Kabupaten Teluk Bintuni


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sebyar di kabupaten Teluk Bintuni populasi 3,000 jiwa dengan berbahasa Sebyar. Suku Sebyar umumnya di sebelah timur dan barat Sungai Weriagar, dan di sekitar Sungai Sebya yang termasuk distrik Tomu, distrik Weriagar, distrik Kamundan, dan distrik Taroi. Orang Sebyar umumnya Islam. Sistem keturunan diwariskan melalui penyebutan marga secara patrilineal dan tradisi mahar di wilayah suku Sebyar yaitu Kutanggas, Hindom, Braweri, Bauw, Solowat, Kokop, Kinder, Inai, Tonoy, Kambori, Manini, Kosepa, Kamisopa, Imbimbong.


Identifikasi Bunyi Segmental Bahasa Sebyar. Tom Moses Waroy. Abstract. Penelitian dilakukan di distrik Kamundan, kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk bunyi segmental yang meliputi inventarisasi fonem, identifikasi fonem, klasifikasi fonem, distribusi fonem, variasi fonem dan fonotatik bahasa yang meliputi deret fonem, gugus fonem serta pola suku kata. Pengympulan data wawancara berupa 200 kata dalam daftar Swades. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa bahasa Sebyar memiliki 13 bunyi konsonan yaitu. /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /j/, /f/, /h/, /m/, /n/, /w/, /y/ dan 6 buah fonem vokal, yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, /a/. Sementara variasi fonem vokal berbunyi /edi/ ‘kami/kita/ dan /nedi/ ‘ia/dia, bunyi /naimbe/ ‘beri’ bunyi /kaimbe/ ‘beri/memberi dan deret konsonan /mb/, /ng/. Selain itu diketahui bunyi diftong yaitu /ae/ terdapat pada satu suku kata dan ucapkan /ay/ diftong /ao/ terdapat pada satu suku kata dan ucapkan /aw/, diftong /io/ terdapat satu suku kata dan ucapkan /yo/. Kemudian pola suku kata bahasa sebyar yaitu V, VK, KV, dan KVK. (https://kimli.mlindonesia.org/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sebyar dan sungai Kamundan tempo dulu? Seperti disebut di atas bahasa Sebyar dituturkan di pantai selatan kepala burung pulau Papua. Sungai Weriagar dan Sungai Sebyar di kabupaten Teluk Bintuni. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sebyar dan sungai Kamundan tempo dulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982