Sabtu, 04 Februari 2023

Sejarah Surakarta (77): James I. Pamoedjo dan Orang Indonesia di Amerika Serikat; KMB di Den Haag dan PBB di New York


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Banyak nama Pamoedjo, terutama di Jawa. Juga tidak sulit menemukan nama Imam Pamoedjo. Akan tetapi hanya satu nama bernama James Imam Pamoedjoe. So, what? Nah, disini titik masalahnya. Siapa James Imam Pamoedjo? Usut punya usut, tempo doeloe nama Imam Pamoedjo terkait dengan Amerika Serikat. Bagaimana bisa? Nah, itu dia! Mari kita lacak!


Lost and Found: Dalam narasi sejarah masa kini, banyak tokoh kecil digelembungkan dan banyak pula tokoh besar yang dikerdilkan. Itu satu soal. Pertanyaan dalam hal ini bagaimana dengan soal lost and found para pelaku sejarah. Satu yang pasti, sudah banyak nama yang hilang selama ini (lost) kemudian ditemukan (found) sebagai pelaku sejarah yang penting yang kemudian namanya terus diapungkan ke permukaan. Namun juga masih banyak, tentu saja, nama-nama yang hebat dalam peristiwa sejarah masa lalu, tetapi belum berhasil diungkapkan, yang dalam hal ini juga termasuk yang belum ditemukan (lost of lost). Nama James Imam Pamoedjo, salah satu pelaku sejarah yang sudah ditemukan tetapi belum sepenuhnya terinformasikan. Sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Dalam blog ini sudah banyak pelaku sejarah (lost) yang ditemukan (found).

Lantas bagaimana sejarah James Imam Pamoedjo dan orang-orang Indonesia di Amerika Serikat? Seperti disebut di atas, banyak pelaku sejarah yang tidak terinformasikan (lost), tetapi juga mulai banyak yang lost of lost mulai ditemukan (found) termasuk James Imam Pamoedjo. Lalu apakah nama Pamoedjo ini terhubung dengan sejarah Soerakarta? Yang jelas ada peristiwa sejarah tentang Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan orang-orang Indonesia di PBB. Lalu bagaimana sejarah James Imam Pamoedjo dan orang-orang Indonesia di Amerika Serikat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

James Imam Pamoedjo dan Orang-Orang Indonesia di Amerika Serikat; Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan PBB

James Imam Pamoedjo berada di Jogjakarta pada saat pendudukan militer Belanda/NICA pada tanggal 19 Desember 1948. James Imam Pamoedjo bukan warga negara Indonesia, tetapi warga negara Amerika Serikat. James Imam Pamoedjo menjadi warga negara Amerika karena pernah bertugas di ketentaraan Amerika selama perang. James Imam Pamoedjo datang ke Indonesia bersama seorang pilot Amerika. James Imam Pamoedjo bersama rekan pilot Amerikanya ditangkap di Djogjakarta dan kemudian dievakuasi ke Batavia/Djakarta (lihat Twentsch dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 21-12-1948).


Teman Amerika James Imam Pamoedjo juga ditangkap dan dievakuasi ke Batavia. Yang juga ditangkap dam dievakuasi ke Batavia adalah dua orang Amerika yang disebut tengah melakukan penelitian di Jogjakarta. James Fleming sang pilot dan seorang Filipina Jules Villaneuve ditangkap. James Fleming dan Jules Villaneuve ditangkap di Djokja karena mereka dicurigai melewati batas blockade dan melayani orang Republik. Atas alasan penelitian di Jogjakarta, kedua Amerika yang lain dibebaskan sesampai di Batavia, tetapi James Imam Pamoedjo dan pilot serta orang Filipina tetap ditahan.

Dalam perkembangannya James Pamoedjo atas bantuan konsulat Amerika di Batavia dibebaskan (lihat De Maasbode, 22-12-1948). Disebutkan menurut pernyataan dari konsulat Amerika di Batavia, dua orang Amerika dan seorang Filipina, yang mendarat pada hari Minggu dengan sebuah Catalina di lapangan terbang Magoewo, setelah pasukan Belanda meduduki, dibebaskan. Mereka dapat kembali ke Manila melalui Bangkok. Mereka adalah pilot Fleming dari Manila, insinyur penerbangannya dari Filipina, dan satu J. Pamoedjo, seorang warga negara Indonesia, yang menjadi warga negara Amerika melalui naturalisasi setelah bertugas di angkatan bersenjata Amerika Serikat.

 

Nieuwe courant, 23-12-1948 memberitakan bahwa pilot pesawat Catalina yang mendarat di Magoewo tidak lama setelah pendudukan Belanda adalah Fleming seorang Amerika dengan dibantu mekanik dari Filipina dan dua awaknya orang Indonesia yang menjadi warga negara Amerika Serikat. Salah satu awak tersebut adalah James Imam Pamoedjo.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan PBB di New York: Orang-Orang Indonesia di Amerika Serikat

Siapa sesungguhnya James Imam Pamoedjo masih bersifat teka-teki. Riwayat awalnya kurang terinformasikan. Seorang Indonesia telah menjadi warga negara pada awal kemerdekaan Indonesia tentulah hal yang sangat jarang. Sejauh ini belum ada terindikasi orang Indonesia menjadi warga negara Amerika, tetapi, dan boleh jadi Imam Pamoedjo adalah yang pertama. Bahwa orang Indonesia jauh sebelum itu yang pernah ke Amerika Serikat sudah banyak, terutama dalam kaitan pendidikan dan penugasan. Namun orang Indonesia menjadi warga negara Belanda sudah banyak, bahkan sejak dari awal seperti Dr Abdoel Rivai dan (Haji) Agus Salim (pernah menjadi Menteri Luar Negeri RI).


Seperti disebut di atas, banyak nama Pamoedjo, bahkan nama Imam Pamoedjo tidak hanya satu orang. Seorang belia remaja setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama (MULO), Imam Pamoedjo melanjutkan ke sekolah menengah atas (AMS) di Jogjakarta. Pada tahun 1934 Imam Pamoedjo lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua (lihat De locomotief, 29-05-1934). Ada sebanyak 56 siswa yang gagal naik ke kelas dua. Selain Imam Pamoedjo, yang lulus ujian antara lain Abdoel Kahar, I Ketoet Oka, Sie King Hie, JR Goudberg dan Hyronemus Hoetabarat. Di atas mereka yang tidak lulus ujian naik dari kelas dua ke kelas tiga sebanyak 34 siswa. Sedangkan yang lulus ujian antara lain R Soedarto. Amir Hasan, Marah Indra, R Santoso, R Soemitro, Bisman Panajoengan, Yap Djoen Nio, PF Janssen, Amir Hamzah, Imam Soekabar dan Panangaran Siregar. Catatan: Seperti HBS, sekolah AMS menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda.Lulusan AMS dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Seorang remaja lainnya, setelah lulus MULO melanjutkan studi ke Jogjakarta. R Imam Pamoedjo lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua di AMS Jogjakarta tahun 1936 (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1936). Siapa diantara Imam Pamoedjo yang sekolah AMS di Jogjakarta yang terkait dengan James Imam Pamoedjo yang menjadi warga negara Amerika tidak diketahui secara pasti. Apakah Imam Pamoedjo yang lain lagi? Pada tahun 1947 nama Pamoedjo juga diketahui berada di Amerika Serikat (lihat Algemeen Indisch dagblad, 18-01-1947). Disebutkan New York, 17 Januari (Aneta): Di bawah naungan Ballet Society di New York, 3 penari Indonesia, Soekaro, Ratnamohini dan Pamoedjo menampilkan sejumlah tarian keraton dan rakyat Jawa di teater Hunter College.

Sejak awal para pelajar Indonesia biasanya melanjutkan studi ke Belanda, ada beberapa yang ke Jerman dan Swiss. Secara umum hanya terbatas di Eropa. Namun setelah lulus studi setelah meraih sarjana atau gelar doctor ada yang melakukan kunjungan singkat ke Amerika Serikat yang umumnya untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan. Satu kunjungan terpenting orang Indonesia ke Amerika di New York terjadi pada tahun 1949 yang terkait dengan proses panjang Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Pada saat berlangsung proses KMB Mr Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia diutus dari Belanda mewakili Indonesia untuk menghadiri Sidang Umum PBB yang diadakan di markas PBB di New York (lihat De Telegraaf, 22-10-1949). Disebutkan Prof. Mr. Todung gelar Sutan Gunung Mulia memimpin delgasi kecil menghadiri Sidang Umum PBB yang keempat di Lake Success, New Yor Amerika Serikat. Dalam hal ini boleh dikatakan sebagai orang Indonesia pertama yang hadir di dalam sidang umum PBB. Sebgaiimana diketahui setahun kemudian Indonesia diterima menjadi anggota PBB.


Soetan Goenoeng Moelia tampaknya belum pernah ke Amerika Serikat. Remaja Todoeng Harahap, setelah lulus sekolah dasar (ELS) di Sibolga, tahun 1911 berangkat studi ke Belanda. Setelah menyelesaikan Pendidikan menengah di Belanda, Todoeng Harahap melanjutkan studi filsafat di Leiden. Setelah lulus Todoeng, anak seorarang pensiunan guru di Padang Sidempoean kemudian mengambil kursus keguruan. Pada tahu 1920 Mr Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia Kembali ke tanah air dan diangkat menjadi direktur sekolah HIS di Kotanopan. Pada tahun 1921 Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi anggota Volksraad mewakili bidang pendidikan. Selama menjadi anggota Volksraad, Soetan Goenoeng Moelia yang juga telah menjadi direktur sekolah keguruan Normaal School di Meester Cornelis menjadi anggota komite Pendidikan HIS di Batavia. Pada tahun 1930 Mr Soetan Goenoeng Moelia kembali ke Belanda untuk melanjutkankan pendidikan tingkat doctoral. Pada tahun 1933 Soetan Goenoeng Moelia berhasil meraih gelar doctor dalam bidang sastra filsafat. Soetan Goenoeng Moelia hingga menjelang pendudukan Jepang tetap menjadi anggota Volksraad mewakili bidang Pendidikan (kelak pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D menjadi Menteri Pendidikan RI). Mr Soetan Goenoeng Moelia di ibu kota RI di pengungSian di Jogjakarta menginisiasi terbentuknya Universitas Gadjah Mada (kini UGM). Sementara itu, sarjana-sarjana Indoenesia yang pernah ke Amerika setelah menyelesaikan pendidikan di Belanda antara lain Dr Soetomo, Dr Sardjito.Foto: Prof Toedoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia di Sidang PBB, tampak dalam foto sebelah kiri pakai kaca mata

Sebagaimana disebut di atas, setelah penangkapan orang Indonesia yang menjadi warga negara Amerika Serikat James Imam Pamoedjo di Jogjakarta 19 Desember 1948 akhirnya dilepas dan Kembali ke Amerika Serikat Bersama rekannya yang juga ditangkap. Boleh jadi saat Mr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D ke PBB di New York telah bertemu dengan warga negara Amerika Serikat yang berasal dari Indonesia, termasuk James Imam Pamoedjo (seorang Indonesia yang di angkatan militer Amerika Serikat terakhir berpangkat kapten, pangkat yang oke kala itu).


Nieuwe courant, 23-12-1948: ‘Dari Pencuci Piring ke AS Menjadi Warga Negara. James Imam Pammoedja memiliki karir yang luar biasa. Tepat sebelum Jepang memasuki perang dengan Amerika, pelaut Pamoedjo tiba di Amerika) mencari pekerjaan di darat dan menjadi pencuci piring di sebuah hotel. Ketika perang pecah dia bergabung dengan Dinas Intelijen Amerika dan kemudian bergabung dengan tentara, dimana dia memegang pangkat Kapten. Empat bulan setelah pecahnya perang dengan Jepang, Pamoedjo menjadi warga negara Amerika yang dinaturalisasi. Sekarang saya "pengusaha", dia menjelaskan kepada editor kami. Namun, bisnis ini terdiri dari apa, James Imam Pamoedjo tidak mau memberi kami informasi apa pun. Dan inilah akhir cerita tentang penerbangan petualang yang berakhir dengan pengasingan kru pesawat Catalina dan perjalanan pulang sebagian krunya ke Bangkok Itu adalah satu episode dari seluruh aktivitas di sekitar Djokja dan episode ini sekarang menjadi masa lalu’.

Sebagaimana diketahui, setelah selesai sidang umum PBB di New York, Mr Soetan Goenoeng Moleia. Ph.D kembali ke Den Haag dalam rangkaian KMB. Hasil keputusan KMB antara lain Belanda mengakui kedaulatan Indonesia (dalam kerangka negara RIS) yang akan diberlakukan mulai tanggal 27 Desember 1949. Lalu kemudian di tanah air pada tanggal 3 Januari sudah terbentuk Pemerintahan RIS dimana Ir Soekarno sebagai Presiden, dan Drs Mohamad Hatta sebagai Perdana Menteri dan hari ersoknya diangkat Kolonel TB Sematoepang sebagai Kepala Angkatan Perang Indonesia (Kepala APRI) dan Major Jenderal Abdoel Haris Nasoetion sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Menteri pertahanan sendiri dalam kabinet Mohamad Hatta adalah Hamengkoeboewono IX yang mana sebagai Menteri Luar Negeri dirangkap oleh Mohamad Hatta. Tidak lama kemudian diketahui yang menjadi perwakilan Indonesia di Amerika Serikat adalah James Imam Pamoedjo yang telah menjadi warga negara Amerika. Sebagaimana diketahui dalam proses KMB yang menjadi pimpinan delagasi RI ke Den Haag adalah Dr Mohamad Hatta dan yang diutus ke sidang umum PBB di New York adalah Soetan Goenoeng Moelia.


De vrije pers: ochtendbulletin, 16-01-1950: ‘Konsul RIS.    New York. 14. Januari. (Aneta). Iman Pamoedjo telah diangkat menjadi konsul kehormatan RIS di kota New York. Dengan demikian, Iman Pamoedjo berwenang mengeluarkan visa untuk (ke) Indonesia’.

Sudah barang tentu jabatan yang ‘wah’ yang diberikan kepada James Imam Pamoedjo bukanlah tanpa alasan. Meski Imam Pamoedjo sudah menjadi warga negara Amerika Serikat (bahkan sebelum Indonesia merdeka), tetapi perannya bagi RI tidak sedikit. Sebab Imam Pamoedjo adalah salah satu kru pesawat Catalina dengan pilot Fleming yang mendarat pada tanggal 19 Desember 1948 adalah untuk tujuan mengevakuasi Presiden Soekarno dari Jogjakarta untuk kunjungan ke India. Namun sayang beberapa jam sebelum Imam Pamoedjo mendarat di lapangan terbang Magiewo, militer Belanda/NICA telah menduduki Jogjakarta (yang kemuduan para pemimpin RI di Jogjaklarta ditangkap dan diasingkan).


Twentsch dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 15-03-1950: ‘Dalam suatu jamuan/resepsi di New York, turut hadir adalah Mr. Palar, kepala Misi Indonesia untuk PBB dan J Imam Pamoedjo, Konsul Indonesia pertama di Amerika Serikat’. De West: nieuwsblad uit en voor Suriname, 12-12-1951: ‘Wartawan Indonesia di Amerika di New York. Mohamad Diah, penerbit surat kabar Merdeka dan ketua dewan Aneta, tiba hari ini dengan pesawat KML dari Belanda. Atas undangan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dia akan menghabiskan waktu kurang lebih empat bulan di Amerika Serikat, selama itu Diah akan melakukan perjalanan berkeliling negeri dan akan pergi ke Washington besok, dimana Diah akan menghabiskan beberapa hari bertemu dengan pihak berwenang. Setibanya di bandara New York, Diah disambut oleh perwira intelijen Indonesia AIA Pesik, administrator misi Indonesia, J Herman, Konsul Kehormatan RI Pamoejoe dan Dorothy Lowe, perwakilan dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar