Sabtu, 18 Maret 2023

Sejarah Malang (49): Radio di Malang Sejak Kapan Bermula? Gelombang SW Era RRI, Kini Radio Kota FM dan Radio Streaming


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Dalam artikel-artikel sebelum ini, telah dideskripsikan bagaimana aksara Latin diintroduksi termasuk di wilayah Malang. Dengan pendidikan populasi penduduk dengan penggunaan aksara Latin lalu terbentuknya pers (produk cetakan, brosur, majalah dan surat kabar) di Malang yang menjadi dunia baru dalam dunia komunikasi (massa). Sementara itu, teknologi telegraf segera diintegraskan dengan penemuan teknologi radio yang kemudian terbentuk komunitas pendengar radio yang melahirkan siaran radio sebagai substitusi atau komplemen majalah/surat kabar.


Mengulik Perkembangan Sejarah Berdirinya RRI Malang pada Momen Hari Radio 11 September. Suryo Eko Prasetyo. Sabtu, 11 September 2021. Mengutip laman resmi RRI, pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya RRI pada 11 September 1945. Berdirinya RRI tidak dapat dilepaskan dari keberadaan stasiun-stasiun radio di era itu. Generasi pertama stasiun radio ada di Malabar, Jawa Tengah, sejak 1925. Lima tahun setelah itu, terbentuk Nederland Indische Vereniging Radio Amateur. Stasiun radio pertama berdiri bernama BRV di Batavia. Selanjutnya stasiun radio Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) di Batavia. Pada masa pendudukan, Jepang mengakuisisi stasion radio milik Belanda. Selain untuk memberikan informasi, siaran radio juga berfungsi sebagai propaganda Jepang ke masyarakat Indonesia. Jawatan radio swasta akhirnya dibekukan dan disatukan dalam satu komando Hoso Kanri Kyoku, pusat radio siaran dan berkedudukan di Djakarta. Cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Bom Hiroshima dan Nagasaki dan berkat informasi radio, Indonesia segera merealisasikan kemerdekaanya 17 Agutus 1945. Hoso Kyoku akhirnya dihentikan siarannya pada 19 Agustus 1945. Masyarakat Indonesia yang aktif di radio menyadari radio alat diperlukan pemerintah Republik Indonesia. Perwakilan stasiun radio eks Hosu Kyoku berkumpul di gedung Raad Van Indje Pejambon dan muncul nota kesepahaman, salah satunya untuk mendirikan stasiun radio. RRI akhirnya disepakati berdiri dan akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa. Sementara itu, berdirinya RRI di Malang berawal dari stasiun pemancar milik Belanda yang berada di gedung sekolah terletak di pertigaan Oro-oro Dowo dan Jalan Bandung sekitar 1940-an. (https://www.ayomalang.com/)

Lantas bagaimana sejarah radio di Malang sejak kapan bermula? Seperti disebut di atas, radio sudah lama ada di Malang, yang terhubungan masa era Pemerintah Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang dan era kemerdekaan Indonesia. Semuanya bermula dari perkembangan teknologi radi dari gelombang SW hingga era RRI yang kemudian muncul radio dalam kota dengan frekuensi FM. Lalu bagaimana sejarah radio di Malang sejak kapan bermula?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Radio di Malang Sejak Kapan Bermula? Gelombang SW dan Era RRI Muncul Radio Dalam Kota Frekuensi FM

Kapan radio bermula di Malang? Tentu saja itu setelah perkembangan radio menjadi sangat massif di Batavia. Yang jelas di Soerabaja sudah ada perhimpunan peminat radio yang diberi nama Soerabaiasche Radio-Vereeniging (lihat De Indische courant, 30-01-1931). Para pendengar radio juga sudah ada di berbagai kota termasuk di Malang. Para pendengar di Malang ini ada juga yang berasosiasi dengan perhimpunan peminat radio yang telah membentuk stasion pemancar di Batavia dengan iuran sebesar f1 per tahun.


Salah satu upaya yang dilakukan pada awal perkembangan radio di Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah terbentuknya perhimpunan peminat radio (Bataviasche Radio Vereeniging=BRV) di Batavia. Lalu dalam perkembangannya perhimpunan peminat radio terbentuk di sejumlah tempat termasuk di Malang. Terbentuknya wadah peminat radio, lalu berkembang pula para pendengar radi. Dua stakeholder ini kemudian secara bersama-sama membangun komunitas radio di Hindia Belanda. Dalam konteks inilah di Malang dibangun stasion pemancar radio Malang. Kedudukan para pendengar radio juga sangat penting dalam hal ini, karena merekalah pendukung eksistensi radio. Jika para peminat radio yang terlah membangun stasion radio pemancar tetapi para pendengar radio tidak mendengar stasion yang ada di kota dan sebaliknya lebih memilih (siaran) stasion pemancar radio dari kota lain, akan memperlambat pertumbuhan radio local, karena dukung para pendengar, termasuk dukungan finansial juga dibutuhkan untuk pengembangan lebih lanjut. Untuk sekadar ditambahkan: di Malang sudah ada bioskop; para pemilik pemutar piringan hitam (plate) juga sudah ditemukan dimana-mana..Tentu saja sudah ada konser music di Malang yang didatangkan dari luar (termasuk dari luar negeri).

Bagaimana para pendengar radio di Malang dilaporkan oleh BRV di Batavia (lihat De koerier, 05-07-1932). Disebutkan BRV melaporkan laporan yang sangat menguntungkan dari berbagai tempat seperti dari Padang, Malang, Tegal, dll., yang mengindikasikan bahwa panjang gelombang 79 M ditransmisikan dengan sangat baik. Tentu saja para pendengar radio di Malang juga ada yang tergabung dengan Soerabaiasche Radio-Vereeniging (SRB) melalui 73 M. Dalam perkembangannya mulai timbul permasalahan antara para pendengar di Malang dengan SRB. Minat para pendengar SRB di Malang telah jauh menurun, jika tidak dapat dikatakan mati suri.


De Indische courant, 17-12-1932: ‘Soerabaiasche Radio-Vereeniging harus memberi ultimatum kepada Malang. Diumumkan kemarin di dalam penyiaran bahwa tidak mungkin lagi melanjutkan relay jika tidak ada lagi anggota di Malang. Sambungan telepon ke Malang saja dikenakan biaya f125 per bulan sementara jumlah anggota di Malang pun tidak cukup untuk menutupi jumlah tersebut. Oleh karena itu tidak akan dapat melakukan itu dalam jangka panjang, karena itu tergantung pada kontribusi anggota Surabaya, yang dianggap tidak adil. Oleh karena itu seruan mendesak, melalui mikrofon, bagi para pendengar di Malang untuk bergabung dengan 3AN. Kami mengajak dengan senang hati untuk mendukung. Namun kita sendiri masih memiliki beberapa masalah yang belum terpenuhi terkait 3AN ini yang tidak mengubah apresiasi kita terhadap semangat dan energi Soerabaiasche Radio-Vereeniging yang telah kami saksikan lebih dari satu kali. Kami khawatir pendengar Malang akan menyadari apa yang mereka dengar saat ini melalui 3AN. diterima setiap hari, untuk musik, nyanyian, pengajian, dll., jika mereka harus melewatkan ini lagi. Tidak ada yang perlu dikeluhkan tentang kualitas siarannya, meski belum sempurna, yang tidak dipungkiri, tapi itu bukan karena 3AN tetapi terdapat sambungan telepon sebagian di atas tanah dan terkadang dapat menyebabkan kebisingan yang kurang diinginkan, terutama di musim hujan seperti ini. Namun secara umum, 3AN sesuai bagi Malangers. Kami juga agak heran dengan sikap menyendiri Malang, dimana kotamadya ini menunjukkan dirinya begitu aktif di berbagai bidang, seperti yang ditunjukkan berkali-kali oleh laporan koresponden kami. Tapi biarlah hanya masalah bagi Soerabaiasche Radio-Vereeniging. Untuk menunjukkan minatnya, yang berlaku terutama bagi pendengar yang mendapat manfaat dari 3AN meski bukan anggota. Tanggal deadline  oleh Soerabaiasche Radio-Vereeniging ditetapkan sebelum berakhirnya masa ultimatum yaitu akhir bulan ini. Jadi masih ada waktu tersisa bagi orang Malang untuk bergabung dengan SRV untuk menghubungkan. Jika setiap anggota di Malang - mereka tahu resepnya - sekali membawa satu anggota baru, maka mereka sudah dalam batas aman, dimana mereka bisa dipastikan dikirim ke Malang’.

Sebab mengapa para pendengar radio SRB di Malang telah menurun tidak diketahui secara pasti. Fakta bahwa jumlah pendengar SRB di Malang hanya tinggal sedikit, bahkan iuran kolektif dari Malang tidak cukup hanya sekadar menutupi biaya terlepon perbulannya. Seberapa besar iuran ke SRB tersebut tidak terinformasikan. Bandingkan iuran ke BRV sebesar f1 per tahun. Tentu saja paraa pendengar radio di Malang terafiliasi dengan perhimpunan radio lain di tempat lain. Satu hal yang jelas pada akhir tahun 1932 telah terbentuk Malangsche Radio Vereeniging (MRV) di Malang (lihat De Indische courant, 21-12-1932). Dalam hal ini apakah rencana pembentukan MRV ioni diduga yang menjadi salah satu sebab mengapa peminat siaran SRV telah berkurang atau justru sebaliknya?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gelombang SW dan Era RRI Muncul Radio Dalam Kota Frekuensi FM: Kilas Balik Dunia Radio di Malang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar