Jumat, 24 Maret 2023

Sejarah Malang (62): Dr Widjoyo Nitisastro Lahir di Malang, Dosen - Pendiri Lembaga Demografi di FEUI 1964; Ekonom Terkenal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di gedung Nathanael Iskandar FEUI, di kampus UI Depok, di sisi kanan pintu masuk kantor/gedung Lembaga Demografi terdapat plakat: Lembaga Demografi FEUI didirikan tahun 1963 oleh Widjoyo Nitisastro. Hampir setiap saya masuk ke kantor/Gedung Lembaga Demografi itu saya melihat nama itu. Di lembaga inilah awal mula saya bekerja di bidang penelitian hingga pada akhirnya menemukan jalan dalam penyelidikan sejarah (ekonomi dan bisnis). Widjoyo Nitisastro adalah seorang panutan


Prof. Dr. Widjojo Nitisastro (lahir di Malang 23 September 1927 –meninggal di Jakarta 9 Maret 2012) dikenal sebagai arsitek utama perekonomian Orde Baru. Ia sempat menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional 1971-1973 dan Menko Ekuin sekaligus Kepala Bappenas 1973–1978 dan 1978–1983. Widjojo berasal dari keluarga pensiunan penilik sekolah dasar. Ayahnya aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra), yang menggerakkan Rukun Tani. Ketika pecah Revolusi Kemerdekaan, duduk di kelas I SMT (setingkat SMA) di Santo Albertus, Malang. Widjojo bergabung dengan pasukan pelajar TRIP. Ia nyaris gugur di daerah Ngaglik dan Gunung Sari Surabaya. Seusai perang, Widjojo mengajar di SMP selama 3 tahun, kemudian melanjutkan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan mengkhususkan pada demografi. Masih menjadi mahasiswa di FEUI, bersama seorang ahli dari Canada Prof. Dr. Nathan Keyfiz, Widjojo menulis buku berjudul "Soal Penduduk dan Pembangunan Indonesia". Kata pengantarnya ditulis Mohammad Hatta. Hatta menulis, "Seorang putra Indonesia dengan pengetahuannya mengenai masalah tanah airnya, telah dapat bekerja sama dengan ahli statistik bangsa Canada. Mengolah buah pemikirannya yang cukup padat dan menuangkannya dalam buku yang berbobot." Buku ini sangat populer di kalangan mahasiswa ekonomi. Widjojo lulus dengan predikat Cum Laude. Widjojo kemudian berkuliah di University of California at Berkeley. Ia lulus pada tahun 1961 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Widjoyo Nitisastro lahir di Malang, dosen dan pendiri Lembaga Demografi FEUI? Seperti disebut di atas, Widjoyo Nitisastro memulai pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia sangat terkenal, bahkan sejak mahasiswa. Pada era Orde Baru dikenal sebagai ekonom terkenal. Lalu bagaimana sejarah Widjoyo Nitisastro lahir di Malang, dosen dan pendiri Lembaga Demografi FEUI? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Widjoyo Nitisastro Lahir di Malang, Dosen dan Pendiri Lembaga Demografi FEUI; Ekonom Terkenal Semasa Orde Baru

Pada tahun 1950 adalah versi pertama Kerajaan Belanda mengakuai kedaulatan Indonesia (sesuai hasil KMB di Den Haag, yang secara resmi berlaku pada tanggal 27 Desember 1949). Fase awal ini disebut Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada fase ini pula terjadi perubahan radikal terjadi di berbagai bidang termasuk perguruan tinggi. Universiteit van Indonesie yang kampusnya di berbagai tempat, bukanlah universitas (orang) Indonesia (universitas yang lebih bernuansa Belanda). Universitas yang bernuasa Indonesia berada di Jogjakarta, Universitas Gadjah Mada yang diresmikan pada tanggal 18 Desember 1949).


Universiteit van Indonesie bermulan dari pembentukan Universiteit van Nederlandsch Indie pada era Pemerintah Hindia Belanda, sebagai gabungan dari berbagai fakultas (school) di Batavia dan Buitenzorg serta di Bandoeng seperti GHS, RHS, THS serta Veartsenschool dan Middlebarelandbouwschool di Buitenzorg yang kemudian dibentuk berbagai fakultas termasuk fakultas yang sama sekali baru yakni fakultas sastra tahun 1941. Namun tidak lama kemudian terjadi pendudukan Jepang. Setelah kembalinya Belanda (NICA) kemudian dibentuk perguruan tinggi darurat di Djakarta/Batavia yang disebut Nood Universiteit (Universitas Darurat), pada tahun 1947 yang terdiri dari beberapa fakultas. Lalu dalam perkembangannya universitas darurat menjadi Universiteit van Indonesie dengan berbagai fakultas termasuk fakultas sastra plus fakultas ekonomi yang didirikan di Makassar. Pada tahun 1947 ini dua mahasiswa Ida Nasoetion dari fakultas sastra dan G Harahap dari fakultas social dan hukum, jurusan jurnalistik pada tanggal 20 November 1947 mendirikan organisasi mahasiswa yang diberi nama Persatoean Mahasiswa Universitas Indonesia (PMUI). Sebelumnya pada bulan Januari di Jogjakarta oleh Lafran Pane didirikan organisasi mahasisiwa Islam yang diberi nama Himpoenan Mahasiswa Islam (HMI).

Pada awal Negara RIS ini, Prof Soepomo membentuk Yayasan untuk menaungi berbagai fakultas di Universiteit van Indonesie dengan nama Yayasan Universitas Indonesia. Lalu tidak lama kemudian Yayasan Universitas Indonesia ini diakuisisi oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat dengan tetap sebagai ketua Yayasan Prof Soepomo. Lalu kemudian di bawah Universitas Indonesia Dr Soemitro Djojohadikoesoemo mendidikan fakultas ekonomi yang perkuliahannya dibuka pada bulan September 1950 (setelah RIS dibubarkan Agustus 1950/kembali NKRI). Salah satu mahasiswa yang diterima di fakultas ekonomi, Universitas Indonesia adalah Widjojo Nitisastro.


Mahasiswa yang diterima di fakultas ekonomi Universitas Indonesia pada permulaan ini awalnya adalah lulusan sekolah menengah dan juga mahasiswa-mahasiswa yang sebelumnya sudah ada di jurusan social ekonomi fakultas social dan hukum Universitas Indonesia (antara lain Tan Goan Tiang, HMT Oppusunggu, R Dahmono dan Tjiong Joe Lian). Dalam perkembangannya fakultas ekonomi di Makassar mati suri karena situasi politik di Sulawesi Selatan, lalu diminta untuk transfer ke fakultas ekonomi yang baru di Djakarta di bawah naungan Universitas Indonesia (antara lain Tjan Lam Hin, Sie Bing Tat, Oei Kwie Tik dan Saleh Siregar). Widjojo Nitisastro dalam hal ini adalah New Comer (yang rekannya yang lain adalah Wahju Soekotjo, Daoed Joesoef, Raehmat Saleh, dan Sitti Donur Karmeini Pohan). Selanjutnya diperoleh keterangan bahwa perkuliahan di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta diselengarakan lima tahun dibagi ke dalam tiga tahap: setelah selesai tahun pertama diadakan ujian propadeuse; setelah tahun ketiga diadakan ujian kandidat dan kemudian ujian doktoral (Drs) setelah tahun keempat atau kelima. Setiap mahasiswa studi doktoral dapat memilih tiga kekhususan (minat) yakni Ekonomi-Sosiologis; Ekonomi Bisnis (Perusahaan) dan Ekonomi Umum (lihat De nieuwsgier, 07-11-1951). Pada tahun kedua (1951) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta telah memiliki sekitar 700 mahasiswa (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-12-1952).

Di berbagai Fakultas di Universitas Indonesia sejak 1950 sudah dibentuk organisasi mahasiswa. Pada tahun 1952 organisasi mahasiswa di tingkat universitas di Djakarta dibentuk dengan nama Dewan Mahasiswa (studentenraad) Universitas Indonesia Djakarta (lihat De nieuwsgier, 22-12-1952). Disebutkan dalam berita ini Presiden terpilih adalah Widjojo [Nitisastri] (Fakultas Ekonomi). Anggota terdiri dari Soebardi (Fakultas Sastra dan Filsafat), Soeharto (Fakultas Kedokteran) dan Ismed Siregar (Fakultas Hukum). Dewan Mahasiswa pimpinan Widjojo Nitisastro ini hanya mencakup empat fakultas Universitas Indonesia di Djakarta. Periode kepengurusan Dewan Mahasiswa di Universitas Indonesia berlangsung selama dua tahun.


Sementara itu di Bandoeng mahasiswa-mahasiswa di bawah naungan Universitas Indonesia membentuk dewan mahasiswa sendiri. Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng ini mencakup dua fakultas yakni Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Presiden Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng adalah Januar Hakim Harahap (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 03-06-1954). Bagaimana dengan di Bogor? Dua fakultas di Bogor yakni fakultas pertanian dan fakultar kedokteran hewan menginduk ke Djakarta. Dengan demikian, di bawah naungan Universitas Indonesia terdapat dua dewan mahasiswa. Dua dewan mahasiswa ini merupakan suksesi dari PMUI yang didirikan Ida Nasoetion dan G Harahap pada tahun 1947. Seperti kita lihat nanti kepengurusan Dewan Mahasiswa yang dipimpin oleh Widjojo Nitisastro dan kawan-kawan (1952-1954) berakhir lalu digantikan oleh kepengurusan baru (periode 1954-1956) yang dipimpin oleh Kartomo Wirisoehardjo (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-10-1954). Kartomo Wirisoehardjo adalah (mahasiswa Fakultas Ekonomi diterima tahun1952. Pada tahun 1957 semua dewan mahasiswa yang berada di bawah Universitas Indonesia (Djakarta, Bandoeng dan Bogor) disatukan dalam satu presidium dengan ketua terpilih Hasan Rangkuti (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-10-1957).

Pada awal tahun 1953 diadakan Dies Natalis di Universitas Indonesia yang diadakan di Istana Negara (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-02-1953). Dalam perayaan dies natalis ini hadir antara lain Presiden Soekarno, Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Soepomo, Sekjen Depdikbud, Hadi, Walikota Djakarta, Sjamsoeridzal, profesor dan dosen serta banyak mahasiswa.


Dalam acara ini sebagai perwakilan dari mahasiswa Universitas Indonesia, Widjojo memberikan kata sambutan. Widjojo mengajak yang hadir untuk bersama-sama memperingati mereka yang menjadi korban bencana alam di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam sambutannya ia kemudian menunjukkan bahwa kontak antar mahasiswa masih jauh dari memadai, dan ini hanya sebatas itu di dalam perguruan tinggi kontak ini dapat dipertahankan. Minimnya perkumpulan mahasiswa menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, kondisi sosial mahasiswa banyak pada tingkat miskin. Pembicara mendesak agar kondisi ini diperbaiki. Hal ini harus diupayakan baik oleh pemerintah maupun mahasiswa itu sendiri. Lalu atas permintaan, Presiden Soekarno kemudian memberikan pidato yang antara lain menekankan bahwa perguruan tinggi di Indonesia harus memiliki karakter sendiri dan juga harus mempertahankan dan meningkatkan levelnya.

Pada paruh kedua tahun 1953 Widjojo Nitisastro sudah memasuki tahun terakhir dan melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (lihat De nieuwsgier, 18-09-1953). Disebutkan Presiden Soekarno hadir yang kemudian meletakkan batu peringatan dimana mahasiswa di Hoetan Kajoe. Widjojo atas nama mahasiswa meyakinkan bahwa civitas akademika disini tidak berkeinginan untuk mengasingkan diri dari masyarakat. Jika dia akan pindah ke desa pelajarnya sendiri, dia melakukannya karena kebutuhan yang mendesak, karena penting bagi seorang pelajar bahwa dia memiliki tempat yang tenang untuk belajar.


Pada saat Widjojo dkk melakukan kuliah kerja nyata (kini KKN), di fakultas ekonomi sudah mulai ada yang lulus ujian akhir. Lulusan pertama Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia adalah Drs. Sie Bing Tat. yang berhasil lulus pada akhir Mei 1953, sementara lulusan kedua adalah Drs. Oei Kwie Tik pada bulan Agustus 1953 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-08-1953). Selanjutnya Het nieuwsblad voor Sumatra, 04-03-1954 memberitakan Drs baru dalam perekonomian di Fakultas Ekonomi di Djakarta, pada hari Selasa tanggal 2 Maret bernama Saleh Siregar lulus ujian doktoral (Drs) di bidang ekonomi. Lebih lanjut disebutkan dia (Saleh Siregar) adalah kandidat ketiga yang memperoleh gelar doktoral (Drs) di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Djakarta.

Widjojo [Nitisastro] kemudian diketahui lulus ujian akhir pada awal tahun 1955 (lihat De nieuwsgier, 09-03-1955). Lalu pada bulan kemudian lulus tingkat doctoraal di Fakultas Ekonomi tiga orang yakni R Dahmono, HMT Oppusunggu dan Tjiong Joe Lian (lihat De nieuwsgier, 29-04-1955). Menurut [kantor berita] PIA, jumlah sarjana ekonomi di Indonesia saat ini adalah 46 orang dan jumlah mahasiswa ekonomi yang tengah menunggu ujian doktoral (Drs) sebanyak 80 orang (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-03-1955).


Juga disebutkan ‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia (asosiasi ahli ekonomi, yang baru-baru ini didirikan di Jakarta), telah menyusun dewan pengurus, sebagai berikut: Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai ketua, Ridwan Jazid sebagai sekretaris, The Sik Tjoe sebagai bendahara. Anggota komisaris adalah Ny. Dr. Thung Sin Nio, Dr. J Th Koks dan Sarbini Soemawinata (MA econ.), Anggaran  dasar dan rumahtangga asosiasi akan disusun dalam waktu dekat’. Himpunan profesi ini didirikan bulan Januari (lihat De nieuwsgier, 17-01-1955_. Disebutkan pada Jumat malam (14 Januari 1955, pen), di gedung Fakultas Ekonomi di Djakarta, persatuan sarjana ekonomi Indonesia ‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia’ didirikan, yang bertujuan untuk mempromosikan ilmu ekonomi secara umum dan di Indonesia pada khususnya. Sudah barang tentu kini Drs Widjojo Nitisastro akan menjadi anggotanya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ekonom Terkenal Semasa Orde Baru: Ekonomi Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar