Senin, 03 April 2023

Sejarah Banyumas (19): Zending di Wilayah Banyumas, Bersemai di Purbalingga 1866; Pemerintah Hindia Belanda Bersifat Sekuler


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pemerintah Hindia Belanda tidak berkaitan dengan agama termasuk kegiatan zending. Pemerintah tidak membedakan agama (sekuler). Yang dibutuhkan pemerintah adalah penduduk yang bersedia membangun jalan dan jembatan untuk kepentingan pemerintah apapun agamanya. Dalam konteks inilah terjadi kegiatan zending yang diperankan oleh para misionaris di wilayah-wilayah yang berbeda-beda derajat religinya. Kegiatan zending di wilayah Banyumas berkembang di Purbalingga sejak 1866. 


Awal mula pekabaran Injil di wilayah Banyumas dan Purbalingga tahun 1851 oleh Genootschap Voor In-en Uitwendige Zending. Mr FL Anthing mendidik beberapa kaum muda untuk menjadi Pekabar Injil. Mereka berhasil mendidik Gan Kwee orang Cina pertama yang di baptis tahun 1856. Gan Kwee tahun 1862 singgah ke Banyumas dan Purbalingga bertemu dengan Kho Tek San. Mr. FL Anthing mengutus Leonard di wilayah Purbalingga dan Banyumas. NZG (Het Nederlandse Zendings Genootschap) 3 November 1849 mengutus Ds W Hoezoo untuk melayani di wilayah Semarang, juga untuk Tegal dan Banyumas. Christina Petronella Steven dengan suami JC Phillips pindah ke Ambal, Bagelen, ada 2 pria dan 3 wanita yang dibaptis untuk pertama kalinya di Purworejo 27 Desember 1860. JCPhillips mempunyai saudara perempuan Ny. Van Oostroom Phillips, bertempat di Banyumas, seorang pengusaha kain batik. Ia mengabarkan keyakinannya kepada para pekerjanya, sehingga ingin menerima baptisan, namun Residen Banyumas tidak mengizinkan dilakukan di wilayahnya. Mereka ke Semarang untuk dibaptiskan 10 Oktober 1958, 9 orang dibaptiskan oleh Ds W Hoezoe. Baptisan pertama di Purbalingga 5 Mei 1866 terhadap 10 orang Purbalingga di rumah Kho Tek San oleh Ds. A. Vermeer. Pekabaran Injil di Purbalingga dilanjutkan Kho Tek San dan Leonard. Tahun 1867 sudah dibaptis 68 jiwa. Singkatnya tahun 1918 terbentuk majelis gereja Kristen Purbalingga yang pertama, sebanyak 366 jiwa. Tahun 1925 terdapat 9 guru injil di karesidenan Banyumas dan kotbah bahasa Jawa mulai menggunakan bahasa Krama dimana tahun 1926 sebanyak 620 jiwa. Atas kesepakatan dari Dr. BJ Esser dan majelis gereja maka didirikan gedung gereja baru tanggal 23 November 1926. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah zending di wilayah Banyumas, tumbuh berkembang di Purbalingga sejak 1866? Seperti disebut di atas Pemerintah Hindia bersifat sekuler. Dalam konteks inilah kegiatan zending terjadi di wilayah-wilayah berpenduduk Islam yang diperankan oleh para misionaris. Lalu bagaimana sejarah zending di wilayah Banyumas, tumbuh berkembang di Purbalingga sejak 1866?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Zending di Wilayah Banyumas, Berkambang di Purbalingga Sejak 1866; Pemerintah Hindia Belanda Bersifat Sekuler

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pemerintah Hindia Belanda Bersifat Sekuler: Kegiatan Zending di Tengah Wilayah Penduduk Islam

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar