Rabu, 26 April 2023

Sejarah Cirebon (7): Kesultanan Cirebon di Area Pantai dan Orang Sunda di Pedalaman; Residentie Cirebon dan Residentie Preanger


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kesultanan Cirebon di wilayah Cirebon di wilayah pantai tidak terpisahkan dari sejarah masa lampau di pedalaman Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Dalam hal ini kerajaan Pakuan Padjadaran yang berpusat di pedalaman diasosiasikan dengan populasi orang Sunda. Sejak kehadiran orang Eropa di Cirebon dan Priangan, lalu terbentuk dua residentie yang terpisah: residentie Cirebon dan residentie Preanger (sebutan orang Belanda untuk Priangan).


Kesultanan Kasepuhan memiliki wilayah Cirebon. Pembentukan Residentie Cirebon atas desakan Amangkurat 1 (Mataram). Wilayah Sumedang Larang mendeklarasikan berpisah dari beberapa desa yang ada di Cirebon. Pasca peristiwa Harisbaya (sebagai ganti dari Ratu Harisbaya /istri Zainul Arifin (Sultan Cirebon Ke 4) pergi dari Cirebon ke Sumedang Larang dan diceraikan dan menikah dengan Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun) maka Sumedang Larang melepaskan wilayah bawahannya di sebelah timur Cilutung (sungai Lutung) yaitu wilayah Sindang Kasih (kini kecamatan Panyingkiran, Majalengka, dan Cigasong) di kabupaten Majalengka. Di sisi lainmya Kesultanan Dharma-Ayu (Dermayon/Indramayu) juga perjanjian kerja sama antara petinggi Belanda-Inggris dengan raja Indramayu. Lalu terbentuk Residentie Cheirebon. Dari kerja sama tersebut Sultan Kertawijaya (Sultan Wiralodra VI) menyetujui kesepakatan tahun 1680 di Keraton Dharma-Ayu Indramayu. Dari perjanjian Keraton Dharma-Ayu dipindah dari Indramayu ke Cirebon, yang tujuannyaberdekatan dengan Administratif Belanda dan Inggris di Cirebon, kemudian Dermayon menjadi Kesultanan Ngadharmayonan (Kanoman). Kesultanan Dermayon memiliki wilayah Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang khususnya Wates Kediri (Binong) dan Pemanukan termasuk Cilamaya. Pada saat Revolusi 1890 oleh Sultan Purbadinegara I (Raden Djalari), wilayah Kesultanan Dermayon dibagi 3 bagian yaitu Wates Kediri (Binong) dan Pemanukan dimasukan oleh Belanda ke dalam daerah Subang. Sedangkan Majalengka dan Kuningan sengaja dipisahkan untuk menjadi daerah mandiri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kesultanan Cirebon di pantai dan orang Sunda di pedalaman? Seperti disebut di atas wilayah Cirebon memiliki dinamika sendiri, demikian juga di wilayah Priangan di pedalaman. Semasa Kesultanan Cirebon, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk residentie Cirebon dan residentie Preanger. Lalu bagaimana sejarah kesultanan Cirebon di pantai dan orang Sunda di pedalaman? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kesultanan Cirebon di Pantai dan Orang Sunda di Pedalaman; Residentie Cirebon dan Residentie Preanger

Tunggu deskripsi lengkapnya

Residentie Cirebon dan Residentie Preanger: Masa Kerajaan Pakuan Padjajaran hingga Masa Kesultanan Cirebon

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar