Rabu, 31 Mei 2023

Sejarah Pendidikan (15): Pionir Pendidikan Indonesia Semasa Willem Iskander, Haji Dja Endar Moeda Soetan Casajangan SG Moelia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Banyak tokoh pendidikan Indonesia. Mereka adalah pionir dalam dalam mencerdasakan bangsa. Pionir pendidikan Indonesia adalah guru Willem Iskander (Sati Nasoetion). Lalu kemudian bermunculan guru-guru selanjutnya. Salah satu guru tersebut adalah Dja Endar Moeda dengan misinya Pendidikan dan jurnalis sama pentingnya: sama-sama mencerdasakan bangsa. Lalu kemudian muncul tokoh Pendidikan Soetan Casajangan (sarjana Pendidikan Indonesia pertama, lulus di Belanda tahun 1911). Satu generasi dengan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah guru Soetan Goenoeng Moelia.


Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, sejak 1923 menjadi Ki Hadjar Dewantara lahir 2 Mei 1889 adalah bangsawan Jawa, aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia guru bangsa, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan pribumi. Ia pendiri Taman Siswa, lembaga pendidikan. Pada tahun 1959 atas jasanya mengembangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional dan tanggal kelahirannya diperingati Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Ia dikukuhkan pahlawan nasional 28 November 1959. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS, sempat melanjukan pendidikan di STOVIA. Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi pelajar Indische Vereeniging. Tahun 1913 dia mendirikan Indonesisch Pers-bureau. Ia memperoleh Europeesche Akta, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi. Soewardi kembali ke tanah air September 1919. Pada tanggal 3 Juli 1922, ia mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Kota Yogyakarta  26 April 1959. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pionir pendidikan Indonesia semasa guru Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan dan SG Moelia? Seperti disebut di atas, banyak tokoh pendidikan Indonesia sebagai guru. Jasa-jasa guru juga banyak. Namun pada masa kini guru dianggap pahlawan tanpa jasa. Okelah, tetapi jangan sampai jasa mereka tidak tertulis dalam narasi Sejarah Menjadi Indonesia. Lalu bagaimana sejarah pionir pendidikan Indonesia semasa guru Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan dan SG Moelia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pionir Pendidikan Era Hindia Belanda; Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, SG Moelia

Tunggu Pada tahun 1860 Sati Nasoetion alias Willem Iskander lulus sekolah guru dan mendapat akta guru bantu (hulpacte) di Belanda. Pada tahun 1861 Willem Iskander kembali ke tanah air. Willem Iskander mendirikan sekolah guru di Tanobato (afdeeling Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli). Sekolah guru ini menjadi sekolah guru ketiga di Hindia Belanda.


Sekolah guru pertama di Hindia Belanda didirikan pada tahun 1852 di Soerakarta. Yang menjadi kepala sekolah adalah Palmer van den Broek.  Pada tahun 1853 di sekolah guru ini dibuka sekolah dasar yang dibimbing oleh siswa-siswa sekolah guru di bawah pengawasan guru-guru di sekolah guru Soerakarta. Di seluruh Jawa pada tahun 1857 jumlah sekolah masing-masing satu buah di Pati, Pasoeroean, Rembang, Magelang, Temanggoeng, Soerakarta, Serang, Poerwakarta, Tegal, Pekalongan, Banjoemas, Poerworedjo, Ambal, Keboemen, Tjiandjoer, Bandoeng, Soemedang, Soekapoera, Garoet, Toeban, Soerabaja, Bezoeki, Soerakarta, Ponorogo, Patjitan dan Toeloeng Agoeng. Pada tahum 1857 inilah Willem Iskander berangkat studi guru ke Belanda. Di afdeeling Angkola Mandailing pada tahun 1854 lulusan diterima di sekolah kedokteran Batavia, yakni si Asta dari onderafdeeling Mandailing dan Si Angan dari onderafdeeling Angkola.

Pada tahun 1862 Palmer van den Broek masih kepala sekolah guru di Soerakarta. Pada tahun ini Willem Iskander di sekolah guru Tanobato mengasuh siswa sebanyak 20 orang yang mana mereka berasal (direkrut lulusan) dari enam sekolah di afdeeling Angkola Mandailing. Di seluruh residentie Soerakarta, hanya ada satu sekolah, yakni sekolah yang berada di lingkungan sekolah guru (di Djogjakarta sendiri bahkan belum ada sekolah). Dalam hal inilah keutamaan sekolah guru di Soerakarta, sekolah yang diharapkan dapat memenuhi guru-guru. Sebaliknya di adeeling Angkola Mandailing sebelum terbentuk sekolah guru, sudah ada enam buah sekolah.


Pendirian sekolah di (pulau) Jawa tidak bermula di Soerakarta. Hingga tahun 1848 belum ada sekolah di Jawa, tetapi sudah ada sekolah didirikan di Sumatra. Bahkan hingga tahun 1852 belum ada sekolah di Soerakarta, padahal tahun ini sekolah guru didirikan di Soerakara. Sekolah pertama didirikan di Jawa berada di Pati (residentie Japara) sebanyak 28 siswa pada tahun 1849. Mengapa? Sekolah kedua didirikan di Pasoeroean pada tahun 1850. Mengapa? Pada tahun 1851 sekolah didirikan di Rembang, di Magelang dan (Kedoe) dan di Temanggoeng (Kedoe). Pada tahun 1852 didirikan beberapa sekolah di Jawa di Serang (Batan), Poerwakarta (Krawang), Tegal, Pekalongan, Toeban (Rembang), Banjoemas dan kemudian di Poerworedjo, Ambal dan Keboemen (Begelen). Sekolah di Soerakarta baru didirikan tahun 1853 (setelah setahun sekolah guru dibuka) yang bersamaan dengan pembukaan sekolah di Soerabaja dan Patjitan. Pembukaan sekolah di Soerakarta ini diadakan di lingkungan sekolah guru, dimana yang mengajar adalah siswa-siswa sekolah guru yang diawasi oleh Palmer van den Broek.

Pada tahun 1862 di Residentie Soerakarta tampaknya jumlah sekolah masih tetap satu buah. Sekolah pertama di Soerakarta masih tetap terintegrasi dengan sekolah guru. Seperti kita lihat nanti bahwa di Bojolali baru dibentuk komite sekolah pada tahun 1868. Suatu komite yang akan bekerja untuk perluasan sekolah di wilayah utara (termasuk Sragen). Komite sekolah di Soerakarta meliputi wilayah Klaten dan Wonogiri.


Berdasarkan laporan Inspektur Pendidikan JA van der Chijs yang pernah berkunjung ke sekolah guru Tanobato sngat memuji kualitas sekolah guru Tanobato. Menurutnya sekolah guru di Fort de Kock tidak layak menyandang nama sekolah guru. Sekolah guru Tanobato yang hanya diasuh sendiri oleh Willem Iskander dalam tempo singkat sudah mampu bersaing dengan sekolah guru di Soerakarta. Sementara itu berdasarkan Almanak 1865 sekolah guru Soerakarta masih dipimpin oleh Dr Palmer van den Broek. Jumlah guru yang ada adalah TAF van der Valk sebagai guru kedua, dan FW Winter sebagai guru ketiga ditambah guru menggambar JC Lavalette. Untuk pengajaran bahasa dibantu guru-guru pribumi yang dipimpin oleh Radhen Pandji Poospowilogo yang didukung oleh Radhen Mas Pandji Tjokro Admodjo guru bahasa Madura, Bagoes Atmorogo bahasa Jawa, Mas Angabaija guru bahasa Sunda dan Hadji Achnat guru bahasa Melayu. Pengajaran bahasa Madura dan bahasa Sunda diduga untuk membekali siswa untuk nanti jika perluasan sekolah di wilayah budaya Soenda dan wilayah budaya Madoera.

Dr Palmer van den Broek sudah barang tentu lebih berkualitas dari Willem Iskander. Dr Palmer van den Broek seorang doctor sastra dan filsafat lulusan Belanda, sementara Willem Iskander adalah lulusan sekolah guru hanya sampai pada akta guru hulpacte. Namun yang hanya untuk guru sekolah pribumi, gelar akademik Palmer van den Broek ketinggian. Sementara gelar akademik Willem Iskander sebenarnya sudah cukup untuk kepala sekolah guru pribumi. Keutamaan Willem Iskander dibanding Dr Palmer, adalah pengetahuan pedagogic yang dipelajari di sekolah guru dan Willem Iskander sendiri memahami betul karakter dan psikologis murid-muridnya.


Soal kurikulum antara sekolah guru Tanobato dan sekolah guru Soerakarta ada perbedaan. Sekolah guru Tanobato mengajarkan tiga bahasa yaitu bahasa Batak, bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Willem Iskander menguasai tiga bahasa itu. Sekolah guru di Tanobato ada beberapa mata pelajaran yang tidak diajarkan di Soerakarta, antara lain pelajaran prinsip fisika (ilmu alam) dan ilmu botani serta hewan. Satu lagi yang membedakan sekolah guru Tanobato, semua pelajaran disusun sendiri oleh Willem Iskander. Dalam hal-hal serupa inilah Willem Iskander sesuai dengan sekolah guru pribumi. Bagaimana dengan Dr Palmer dkk (yang sama-sama lulusan Belanda) dan guru-guru pribumi untuk pengajaran bahasa-bahasa?

Sesunguhnya ukuran keberhasilan sekolah guru pada akhirnya dilihat dari tingkat kelulusannya. Sebagaimana JA van der Chijs mengatakan bahwa sekolah guru di Fort de Kock tidak layak menyandang sekolah guru, sebab setelah beberapa tahun nyaris tidak menghasilkan guru. Bagaimana dengan sekolah guru Soerakarta? Yang jelas sekolah guru Tanobato setiap ujian akhir selalu semua kandidat (peserta ujian) lulus 100 persen, sedangkan sekolah guru Soerakarta tidak. Mengapa? Lulusan sekolah guru memperluas jangkauan pendidikan dan juga memperbanyak sekolah yang akan didirikan (untuk menutupi keterbatasa guru yang berasal dari Belanda/orang Belanda. Fakta bahwa di luar residentie Amboina, Manado dan Timor, jumlah sekolah terbanyak berada di afdeeliing Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli. Dalam hal ini sudah barang tentu kontribusi sekolah guru Tanobato yang diasuh Willem Iskander sangat besar.


Jumlah kelulusan yang tidak maksimal di sekolah guru Soerakarta dipengarahi banyak factor. Dalam laporan-laporan tahunan Dr Palmer selalu mengeluhkan banyak siswa yang bolos dalam waktu lama (dua minggu), karena harus mengikuti berbagai kegiatan perayaan-perayaan adat. Sementara menurut CA van der Chjis murid-murid sekolah guru Tanobato sangat antusias terhadap pelajaran. Perlu ditambahkan disini, dalam ujian akhir sekolah baik di Soerkarta dan Fort de Kock serta di Tanobato dilakukan secara terbuka dimana komite sekolah, para pejabat menghadirinya. Dan bahkan para komite sekolah juga mengajukan pertanyaan. Anggota komite sekolah di suatu wilayah (residentie) umumnya adalah para pejabat-pejabat pemerintah (yang nota bene orang Belanda).

Dalam perkembangannya, untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas guru, pemerintah melakukan beberapa program. Salah satu program adalah pada tahun 1874 Willem Iskander diminta pemerintah untuk membawa tiga guru muda untuk studi ke Belanda, yakni Barnas Lubis di Tapanoeli, Raden Ardi Sasmita dari Preanger dan Raden Soerono dari Soerakarta. Oleh karena itu sekolah guru Tanobato ditutup. Untuk Willem Iskander sendiri ke Belanda diberi beasiswa untuk meningkatkan pendidikan di Belanda agar bisa mendapatkan akta guru kepala (hofdacte), yang sepulang dari Belanda Willem Iskander diproyeksikan menjadi kepala sekolah di sekolah guru yang akan dibuka di Padang Sidempoean pada tahun 1879.


Saat Willem Iskander dengan tiga guru muda di Belanda, ada satu pribumi yang tengah studi yakni Ismangoen Danoe Winoto. Itu terjadi pada tahun 1864, Residen Soerakarta yang cuti ke Eropa membawa Danoe. Lalu kemudian Danoe menyelesaikan sekolah dasar di Belanda yang kemudian dilanjutkan ke sekolah menengah. Pada tahun 1871 Danoe lulus ujian masuk perguruan tinggi untuk ambtenaar di Delft (lihat Delftsche courant, 12-07-1871). Ismangoen Danoe Winoto menyelesaikan studinya tahun 1875. Ismangoen Danoe Winoto adalah sarjana pertama pribumi. Namun dalam hal ini Danoe bukan guru (pendidik), tapi dapat dikatakan sebagai pionir sarjana pribumi. Sudah barang tentu di Belanda Ismangoen Danoe Winoto bertemu dengan Willem Iskander dengan tiga guru muda, yang mana salah satu berasal dari Soerakarta. Dalam hal ini Ismangoen adalah pribumi kedua studi ke Belanda, sedangkan yang pertama adalah Willem Iskander (berangkat ke Belanda tahun 1857 dan kembali ke tanah air pada tahun 1861).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, SG Moelia: Generasi Lebih Lanjut Ki Hadjar Dewantara, Mohamad Safei dan GB Joshua

Pada tahun 1879 sekolah guru dibuka di Padang Sidempoean. Willem Iskander tidak menjadi kepala sekolah, sebab Willem Iskander telah meninggal dunia di Belanda tahun 1876. Yang diangkat menjadi direktur sekolah adalah Mr Harmsen (yang sebelumnya kepala sekolah di sekolah guru Fort de Kock) (lihat Bataviaasch handelsblad, 21-02-1879).

 

Berapa lama Mr Harmsen menjadi guru di sekolah guru Fort de Kock? Namun yang jelas, bahwa sekolah guru Fort de Kock sempat vakum lama, yang kemudian diaktifkan/dibuka kembali bersamaan dengan pembukaan sekolah guru di Tondano. Sekolah guru di Fort de Kock dibuka pada tahun 1973 (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 05-02-1873). Disebutkan gurunya adalah (D) Gerth van Wijk, guru kedua Kweekschool Bandoeng, Harmsen, guru bantu di sekolah dasar Eropa (ELS) di Fort de Koek, dan Daud galar Radja Medan, guru di sekolah swasta pribumi di Padang. Saat mana sekolah guru di Fort de Kock dibuka (kembali) tahun 1873, sekolah guru di Tanobato ditutup. Pemerintah tampaknya ingin menjaga sekolah guru tetap ada di Sumatra, Dalam hal ini meski Willem Iskander akan studi ke Belanda dan sekolah guru Tanobato ditutup, satu yang jelas guru-guru yang dilahirkannya sudah cukup banyak. Guru-guru di afdeeling Angkola Mandailing sudah melimpah, tidak hanya menjadi guru, tetapi juga di pemerintahan dan bahka satu lulusannya Dja Mangantar menjadi penerjemah di Batavia. Bagaimana dengan di wilayah Padangsche? Besar dugaan lulusan sekolah gur Tanobato juga mengalir ke wilayah reasidentie Padangsche.

LK Harmipsi LK Harmsen di sekolah guru Fort de Kock telah memiliki pengalaman di sekolah guru selama tujuh tahun. LK Harmsen adalah penulis buku Aritmatika. D Gerth van Wijk juga telah dipindahkan ke Batavia sebagai guru bahasa Melayu di Gymansium Willem III. Lalu apakah dengan begitu, sekolah guru Fort de Kock akan jatuh kembali, sementara sekolah guru Padang Sidempoean mengalami peningkatan yang pesat?


Pada tahun 1881 sekolah guru Padang Sidempoean kedatangan guru baru, seorang guru muda di bidang bahasa Melayu dari sekolah guru di Probolinggo. Namanya Charles Adriaan van Ophuijsen.  Dia adalah anak dari Residen Padangsche Bovenlanden, JAW van Ophuijsen yang mendirikan sekolah guru Fort de Kock tahun 1856. Namun tidak lama kemudian JAW van Ophuijsen dipindahkan ke Residentie Bengkoelen, Yang melanjutkan sekolah guru ini adalah Baginda Chatib, tetapi seperti disebut di atas, sekolah guru ini dianggap tidak layak yang kemudian ditutup dan kemudian dibuka sekolah guru di Fort de Kock pada tahun 1873. Charles Adriaan vam Ophuijsen sendiri adalah lulusan Belanda yang memulai karir sebagai opziener di Panjaboengan (onderafdeeling Mandailing) pada tahun 1876. Namun tidak lama kemudian jatuh cinta kepada sastra Batak. Van Ophuijsen lalu mengundurkan diri sebagai pegawai pemerintah dan minatnya sebagai guru membawanya diuji oleh suatu komite di Padang dan dinyatakan lulus sebagai guru yang kemudian ditempatkan sebagai guru di Probolinggo. Charles Adriaan van Ophuijsen kini kembali ke afdeeling Angkola Mandailing di Padang Sidempoean tidak sebagai pejabat tetapi sebagai guru. Pada tahun 1884 LK Harmsen cuti dua tahun (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-03-1884). Posisinya sebagai kepala sekolah kemudian digantikan Charles Adriaan van Ophuijsen.

Pada tahun 1884 sekolah guru Padang Sidempoean melakukan ujian akhir lagi untuk siswa kelas tertinggi. Semua peserta ujian lulus (lihat De locomotief, 11-07-1884). Salah satu diantara yang lulus adalah Dja Endar Moeda. Dja Endar Moeda dkk di sekolah guru Padang Sidempoean diasuh oleh ahli/guru matematika LK Harmsen, ahli bahasa/guru Melayu CA van Ophuijsen dan guru (budaya dan bahasa (Batak) Dja Parlindoengan (guru, lulusan sekolah guru Tanobato). Sebelumnya CA van Ophuijsen termasuk dua diantara tiga guru berprestasi dengan mendapat tunjangan prestasi (lihat Bataviaasch handelsblad, 03-03-1884). CA van Ophuijsen juga mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dalam survei dan ilmu pertanian (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-05-1884).


Nun jauh disana di Belanda, pada tahun 1884, JH Wattimena dikabarkan lulus sekolah guru di Amsterdam dan mendapat akta guru Lager Onderwijs (LO) (lihat Algemeen Handelsblad, 07-04-1884). Akta guru LO setara dengan hofdacte yang diperoleh Willem Iskander pada tahun 1876 (namun tidak sempat pulang karena tahun itu meninggal di Belanda). JH Wattimena sendiri lulusan sekolah guru di Ambon berangkat studi lebih lanjut ke Belanda tahun (lihat Nederlandsche staatscourant, 12-07-1881). Dalam berita ini, JH Wattimena tidak sendiri juga ME Anakota. Mereka berdua studi ke Belanda atas biaya pemerintah (semacam beasiswa). ME Anakotta tidak berumur panjang, ME Anakotta meninggal selama pendidikan karena penyakit paru-paru di Amsterdam (tempat dimana Willem Iskander meninggal). JH Wattimena kembali ke tanah air dan ditempatkan sebagai guru di Kweekschool Ambon (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-11-1884). Sebelum ME Anakota dan JH Wattimena ke Belanda, sudah ada pengiriman guru untuk studi ke Belanda. Pada tahun 1877 Hamsah, Soejoed dan Raden Kamil berangkat ke Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 30-06-1877). Pada tahun 1878 Pemerintah Hindia Belanda kembali mengirim dua guru muda untuk studi ke Belanda. Dua guru muda tersebut adalah Jozias Ratlangi dan Elias Kandou (lihat Bataviaasch handelsblad, 27-04-1878). Pada tahun 1879 guru muda Hamsah setelah beberapa lama di Belanda, dan belum menyelesaikan studi, Hamsah kembali ke tanah air (lihat Het vaderland, 14-04-1879). Disebutkan kapal st Amalia dari Nieuwediep dengan tujuan akhir Batavia dimana di dalam terdapat penumpang bernama S Hamsah. Dalam manifes kapal juga terdapat nama Mas Ardi Sasmita. Dari empat orang di Belanda, yakni Raden Kamil, Soejoed, Jozias Ratulangi dan Elias Kandou, pada tahun 1880 tiga dari empat guru muda telah menyelesaikan studi (lihat Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, 10-11-1880). Disebutkan tiga dari empat pemuda pribumi yang dilatih di Amsterdam baru saja lulus ujian untuk asisten guru (yang keempat masih belum siap untuk mendaftar ujian). Raden Kamil dkk kembali ke tanah air pada bulan Desember 1880 (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 06-12-1880). Tampaknya guru muda yang belum menyelesaikan studi adalah Raden Soejoed. Pemerintah Hindia Belanda sudah merencanakan mengirim tiga guru muda satu dari Residentie Padangsche Benelanden dan dua dari Residentie Ambon. Namun yang berangkat hanya JH Wattimena dan ME Anakota (berangkat 1881). Di tanah air Raden Kamil ditempatkan sebagai guru di sekolah guru di Magelang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 01-10-1881). Ratulangi dan Kandou ditempatkan di sekolah guru di Tondano. Secara kumulatif, di luar Willem Iskander, ada meninggal dunia, ada gagal dan ada hanya berhasil sebagian (Ardi Sasmita) serta ada yang sukses. Yang sukses Raden Kamil, Raden Soejoed, Darma Koesoema, E. Kandouj dan J. Ratulangi. Untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah guru, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat satu kebijakan baru untuk dilakukan ujian guru di Hindia. Dua guru muda yang tidak menyelesaikan studi di Belanda dipanggil untuk mengikuti ujian. Namun sebelum itu keduanya mempersiapkan diri dengan bantuan guru Eropa/Belanda di Fort de Kock dan di Chirebon. Hamsah dan Mas Ardi Sasmita berhasil lulus ujian. Selanjutnya ada program baru dimana kemudian diusulkan guru muda di Fort de Kock Nawawi untuk mengikuti ujian guru. Pada tahun 1883 Hamsah dan Nawawi yang telah lulus ujian dipekerjakan sebagai guru (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1883). Disebutkan dipekerjakan sementara di sekolah guru di Probolinggo, Residentie Probolinggo Si Hamzah dan di Fort de Koek, Residentie Padangsche Bovenlanden, Province Sumatra’s Westkust Si Nawawi galar Soetan Maamoer, yang keduanya baru saja lulus ujian Asisten Guru di Het Openbaare Lager Onderwijs voor Europeanen, yang mana Si Nawawi saat ini guru dalam bahasa Melayu di sekolah guru di Fort de Koek. Dalam perkembangannya diketahui bahwa Raden Soejoed akhirnya menyelesaikan studinya di Belanda. Pada tahun 1884, JH Wattimena dikabarkan lulus sekolah guru di Amsterdam dan mendapat akta guru Lager Onderwijs (LO) (lihat Algemeen Handelsblad, 07-04-1884). Dengan kembalinya Raden Soejoed dan JH Wattimena, tidak ada lagi guru muda yang tengah studi di Belanda. Pada tahun 1884 sekolah guru yang ada di Hindia Belanda berada di Magelang (suksesi Soeracarta), Fort de Kock. Tondano (didirkan 1873), Ambon (didirikan 1874), Probolinggo (didirikan 1875), Banjarmasin (1875), Makassar (1876) dan Padang Sidempuan (1879).

Sekolah guru Padang Sidempoean pada tahun 1885 dinobatkan sebagai sekolah guru terbaik di Hindia Belanda bersama dengan sekolah guru Probolinggo (lihat Bataviaasch handelsblad, 30-06-1885). Khusus untuk bidang bahasa Melayu ada gurunya masing-masing di setiap sekolah guru di Hindia Belanda. Di sekolah guru Padang Sidempoean adalah CA van Ophuijsen dan di sekolah guru Fort de Kock adalah Nawawi galar Soetan Maamoer. Dalam hal ini di sekolah guru di Hindia Belanda semakin banyak jumlah guru pribumi. Namun untuk posisi kepala sekolah/direktur sekolah masih dipegang oleh orang Belanda. Setelah Willem Iskander di masa lamapu, kapan kembali guru pribumi menjadi kepala sekolah di sekolah guru?  

 

Seperti guru-guru lulus sekolah guru, sebagaimana guru-guru pribumi yang kini menjadi guru di sekolah guru, mengawali karir di sekolah dasar pribumi. Dja Endar Moeda setelah lulus sekolah guru di Padang Sidempoean ditempatkan di Batahan (afdeeling Natal). Disebutkan Dja Endar sebagai guru yang sangat bersemangat, tidak hanya menulis buku pelajaran bagi siswanya, juga kerap mengirim tulisan ke surat kabar berbahasa Melayu. Pada tahun 1887, Dja Endar Moeda menjadi salah satu redaktur surat kabar bulanan berbahasa Melayu Soeloeh Pengadjaran yang diterbitkan di Probolinggo.

Pada tahun 1890 sekolah guru di Padang Sidempoean tidak menerima pendaftaran karena akan ditutup (hanya tinggal menyelesaikan pendidikan siswa-siswa terakhir). Direktur sekolah guru Padang Sidempoean CA van Ophuijsen akan diangkat sebagai Inspektur Pendidikan di province Sumatra’s Westkust (Bengkoelen, Padangsche dan Tapanoeli). Pada tahun 1893 Dja Endar Moeda, sebagai guru di Singkil pensiun dini.


De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 30-11-1893: ‘Sekolah guru baru untuk Jawa Tengah akan berlokasi di Djokjakarta. Saat ini sekolah guru di Padang Sidempoean ditutup pada April lalu, dan para siswa yang belum selesai diarahkan pindah ke Fort-de-Kock. Dari 300 tempat pada akhir tahun 1892, 235 telah terisi di sekolah guru. Pada tahun itu, 40 peserta lulus ujian akhir. Sementara itu, pada tahun 1892 jumlah sekolah dasar negeri di Jawa dan Madura tetap 203, di luar Jawa-Madura dari 301 buah. Beberapa sekolah ditutup karena penduduk lebih memilih sekolah swasta. Peningkatan jumlah anak yang bersekolah dapat diamati di sebagian besar wilayah. Seringkali ada kekurangan ruang kelas’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar