Jumat, 28 Juli 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (11): Berbagai Kota Sepak Bola di Hindia Belanda; Padang Solo Jogja MalangMakassar ManadoAmbon


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola Indonesia di blog ini Klik Disini

Pada artiikel sebelumnya sepak bola di Batavia, Soerabaja, Semarang, Bandoeng dan Medan, lantas bagaimana dengan di kota-kota lainnya di Indonesia seperti di Padang Sidempuan? Di dalam Wikipedia hanya ditulis satu kalimat ini: ‘Persatuan Sepakbola Kota Padang Sidempuan disingkat PSKPS adalah klub sepakbola Indonesia yang berasal dari Kota Padang Sidempuan’. Apakah ada sejarahnya? Itu hal lain. Dalam hal ini banyak tokoh sepak bola asal Padang Sidempoean di awal sejarah sepak bola Indonesia seperti Abdoel Hakim Harahap di Medan (sejak 1927), Parada Harahap di Batavia (1923), Radjamin Nasoetion di Soerabaja (1929) dan Abdoel Hamid Lubis di Jogjakarta (1930) dan Dr Abdoel Hakim Nasoetion di Padang (1928).


PSP Padang (Persatuan Sepakbola Padang) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang bermarkas di Padang. Menyebut nama PSP Padang, mengingat sejarah panjang persepak bolaan tanah air, sebab PSP Padang memang bukan tim kemarin sore, terlahir lebih dulu dari republik ini, pada tahun 1928. Tahun 1928, dengan nama Sport Vereniging Minang (SVM) yang diketuai oleh Dr. Hakim dalam ini bernaung organisasi sepak bola Padang yang dikenal dengan Ilans Padang Electal (IPE), yang menjadi cikal bakal lahirnya PSP Padang Usia IPE tidak berlangsung lama, karena kemudian mengubah dan membentuk organisasi pemain sepak bolaan Padang pada tahun 1935 dengan nama Voetballbond Padang En Omstreken. Seiring dengan gejolak politik dalam negeri, pada tahun 1942, Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada Jepang. Kendati demikian, kehadiran Jepang itu ada hikmahnya. Ketika itu St. Mantari bersama tokoh-tokoh sepak bola Padang lainnya berinisiatif mengganti nama VPO menjadi Persatuan Sepak bola Padang, dan Yusuf St. Mantari menjadi ketua umum pertama dengan nama PSP. Ternyata pada masa itu, Jepang sama sekali tidak mengusiknya. dalam catatan itu pula nama PSP dipakai untuk pertama kalinya. Persatuan Sepakbola Kota Padang Sidempuan disingkat PSKPS adalah klub sepakbola Indonesia yang berasal dari Kota Padang Sidempuan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah sepak bola di berbagai kota di Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, berawal di Medan, Batavia, Soerabaja, Semarang dan Bandoeng. Lalu bagaimana di kota lainnya seperti di Solo, Padang, Jogjakarta, Makassar, Malang, Manado dan Ambon? Lalu bagaimana sejarah sepak bola di berbagai kota di Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Sepak Bola di Berbagai Kota di Hindia Belanda; Solo, Padang, Jogjakarta, Makassar, Malang, Manado, Ambon

Hingga tahun 1916 belum ada kegiatan sepak bola di Soerakarta (lihat De nieuwe vorstenlanden, 08-02-1916). Mengapa? Padahal kota-kota seperti Semarang do utara, Madioen di timur, Magelang di barat dan Jogjakarta di selatan sudah ada. Jika pun ada pertandingan sepak bola di Soerakarta, jelas sudah sangat tertinggal jauh dari kota-kota Medan, Batavia, Semarang, Soerabaja dan Bandoeng. Apakah kota Solo terbilang kota kecil? Tentu saja tidak.


Pada tahun 1906 pertandingan sepak bola diadakan di Djokjakarta. Pertandingan ini dapat dianggap sebagai awal mula sepak bola di Yogyakarta. Ini bermula Ketika perserikatan atletik dan senam Door Oefening Ontwikkeling (DOO) di Djokjakarta yang selain memiliki tim atletik dan senam juga memiliki tim sepak bola. Tim sepak bola DOO Djokjakarta ini melawat ke Magelang untuk melawan tim sepak bola Achilles. Pertandingan yang dilangsungkan hari Minggu tanggal 9 Desember 1906 ini berakhir dengan sekor 7-1 untuk kemenangan tim Magelang (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-12-1906).

Di Semarang sendiri adanya kegiatan sepak bola kali pertama baru terinformasikan tahun 1899 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 22-05-1899). Disebutkan di Semarang kesebelasan Semarangsche voetbalclub melakukan pertandingan dengan tim kesebelasan dari Soerabaja. Klub di Semarang ini tampaknya secara khusus didirikan untuk sepak bola. Mengapa tim kesebelasan Soerabaja yang bertandang ke Semarang? Biasanya tim yang sudah lebih dulu eksis bertandang ke tempat/kota dimana sepak bola baru dimulai.


Pada tahun 1898 tim kesebelasan Soerabaja bertandang ke Malang (dimana Malang mengalami kekalahan, tetapi berapa skor tidak terinformasikan). Lalu tidak lama kemudian tim Malang dengan nama Go Ahead melakukan kunjungan balasan ke Soerabaja untuk melawan tim Soerabaja (ECA). Pertandingan diadakan tanggal 17 Juli lalu depan lapangan masjid di Soerabaja (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 22-07-1898). Disebutkan pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-2. Sekali lagi, tim yang bertandang lebih awal mengindikasikan tim lebih awal eksis. Artinya di Soerabaja lebih dahulu eksis dari Malang. Paling tidak, di Soerabaja dan di Malang sudah ada kegiatan sepak bola tahun 1898.

Bagaimana dengan di Makassar? Yang jelas di Padang pada tahun 1907 paling tidak sudah terinformasikan klub sepak bola THOR (lihat Sumatra-bode, 25-05-1907). Pada tahun 1908 di Padang dilaporkan terdapat sebanyak 17 klub sepak bola (lihat Soerabaijasch handelsblad, 04-01-1908). Jumlah ini bukan sedikit. Klub-klub tersebut terdiri dari klub orang-orang Eropa/Belanda (sipil dan militer) dan klub-klub orang Melayu, Kling, Arab dan Cina. Klub-klub itu menggunakan lapangan Plein van Rome (Gereja Katolik Roma) yang memiliki empat lapangan sepak bola yang berdampingan yang kualitasnya terbilang baik. Lapangan sepak bola ini berada di Alang Lawas.


Pada tahun 1908 disebutkan klub sepak bola di Salatiga (lihat Soerabaijasch handelsblad, 20-10-1908). Disebutkan asosiasi sepak bola pertama didirikan di Salatiga (Voetbalvereeniging SSS). Pertandingan pertamanya dengan mengundang klub sepak bola Semarangsche Voetbal Vereeniging MOT dari Semarang. Bagaimana dengan di Solo? Yang jelas di Tjilatjap adanya sepak bola sudah terinformasikan pada tahun 1909 (lihat De nieuwe vorstenlanden, 12-07-1909). Pada tahun 1909 ini juga disebutkan di Makassar sudah didirikan klub sepak bola Prosit, klub yang diduga pertama yang didirikan di Makassar. Klub Prosit adalah klub yang dibentuk oleh orang-orang Eropa/Belanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Solo, Padang, Jogjakarta, Makassar, Malang, Manado, Ambon dan Kota Lainnya: Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (Sejak 1930)

Pada masa ini, narasi sejarah awal sepak bola di Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda terkesan bersifat random. Akan tetapi, sejatinya sebagai permaian olah raga yang baru, bagaikan virus memiliki caranya sendiri menemukan jalan dimana sepak bola dipertandingkan. Terkesan bersifat random, karena pertandingan sepak bola di Hindia tidak bermula di ibu kota di Batavia, tetapi di kota Medan.


Pertandingan sepak bola pertama di Indonesia dilangsungkan di Medan pada tahun 1893. Sementara di Batavia baru terinformasikan pada tahun 1896. Lalu bagaikan virus, sepak bola terinformasikan di Soerabaja dan Malang pada tahun 1898 dan kemudian menyusul di Semarang tahun 1899.

Bagaimana dengan di Solo? Seperti disebut di atas, di Jogjakarta dan Magelang sudah terinformasikan pada tahun 1906, lalu di Salatiga pada tahun 1908 dan di Tjilatjap pada tahun 1909. Lalu dalam perkembangannya ada kegiatan sepak bola di Madioen. Bagaimana bisa? Di Madioen terdapat sekolah pamong OSVIA. Sebagaimana diketahui di Bandoeng klub OSVIA berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola Bandoeng (Preanger Voetbalbond). Mengapa sepak bola di Soerakarta hingga tahun 1916 belum ada? Pertanyaan serupa ini juga berlaku untuk sepak bola di Manado.


Jika pertandingan sepak bola sebagai penanda awal sepak bola di suatu tempat/kota, di Manado pertandingan sepak bola pertama kali baru diadakan pada tahun 1918 (lihat De locomotief, 17-04-1918). Disebutkan pertandingan sepak bola pertama di (residentie) Manado diadakan pada tanggal 9 ini di Tondano antara para pemain terbaik dari pemuda sekolah MULO disana dan tim Eropa/Belanda terpilih. Lantas mengapa di Tondano? Kegiatan sepak bola di Tondano secara terbatas sudah eksis diantara para pradjurid di Tondano dan bahkan pertandingan sepak bola di barak telah menjadi hal sehari-hari. Sebagaimana di ketahui garnisun militer utama di wilayah residentie Manado terdapat di Tondano seperti halnya di Ambarawa (yang memicu penyelenggaraan sepak bola bermula di Salatiga). Keberadaan sepak bola di berbagai barak-barak militer di Hindia Belanda sudah lama diketahui sebagai bagian dari kegiatan mereka dalam permainan di lapangan dan udara terbeuka. Usulan itu muncul setelah diketahui adanya pertandingan sepak bola di Medan pada tahun 1893.

Bagaimana dengan di Ambon? Hingga tahun 1918 sepak bola di Ambon belum terinformasikan. Situasi dan kondisi di Soerakarta mirip dengan di Manado/Tondano. Sementara itu, situasi dan kondisi di Ambon kurang lebih serupa di Padang Sidempoean. Hingga tahun 1918 di Padang Sidempoean juga belum terinformasikan adanya permainan/pertandingan sepak bola.


Di Padang Sidempoean tidak terinformasikan sepak bola. Namun orang berasal dari Padang Sidempoean sudah terbiasa dengan sepak bola. Sudah sejak lama orang Padang Sidempoean merantau ke berbagai penjuru seperti Padang, Batavia dan Medan. Umumnya merantai karena studi, pegawai pemerintah, pekerjaan profesi seperti guru dan dokter serta jurnalistik. Di Medan pada tahun 1903 sudah ada klub orang asal Padang Sidempoean yang diberi nama Letterzetter (anak-anak percetakan). Letterzetter adalah salah satu dari tiga klub di Medan dimana salah satu klub adalah orang-orang Eropa/Belanda. Salah satu pemain klub Docter Djawa VC yang bermain di kompetisi Batavia tahun 1904 bernama Mohamad Daoelaj berasal dari Padang Sidempoean. Salah satu pengurus Docter Djawa VC tahun 1907 adalah berasal dari Padang Sidempoean bernama Abdoel Rasjid Siregar. Pada tahun 1909 klub Docter Djawa VC melakukan lawatan ke Medan tahun 1907 untuk melawan klub Tapanoeli VC yang berpartisipasi dalam bond Medan. Tapanoeli VC adalah klub para pelajar/pemuda asal Padang Sidempoean (suksesi Letterzette VC). Para pemuda asal Padang Sidempoean tidak ada yang bekerja sebagai tantara, sebab ada kebijaka pemerintah tidak mengizinkan’ pemuda Tapanoeli dalam kemiliteran. Mengapa? Apakah karena perlawanan Sisingamangaradja baru berakhir tahun 1907? (seperti kita lihat nanti, baru tahun 1940 diperbolehkan memasuki militer, dua yang pertama Abdoel Haris Nasoetion dan TB Simatoepang di Akademei Militer di Bandoeng—boleh jadi itu karena sudah terpaksa?).

Meski belum terinformasikan sepak bola di Ambon, tetapi para pemuda yang berasal dari Ambon sudah banyak yang bermain sepak bola di perantauan. Para pemuda asal Ambon ini terutama yang bekerja sebagai tantara terutama di Jawa dan Sumatra. Di Tjimahi sudah ada klub yang pemainnya didominasi anak-anak Ambon. Di Padang ada klub yang diberi nama BAD, singkatan dari Blanda, Ambon dan Djawa (lihat Sumatra-bode, 21-09-1912). Klub ini berbasis di barak militer. Sebagaimana diketahui pribumi yang banyak berkarir di militer Hindia Belanda secara terbatas berasal dari Ambon, Manado, Djawa (Solo/Djogja) dan Madura. Mengapa?


Sejak kapan sepak bola bermula di Ambon tidak diketahui secara pasti. Sementara pemuda Ambon banyak yang bermain bola di perantauan, terutama di lingkungan militer. Paling tidak keberadaan sepak bola di Ambon terinformasikan pada tahun 1918 (lihat De locomotief, 05-06-1918). Disebutkan dalam kunjungan kapal perang Hollandsehe Jantjes merapat di Ambon, segera pengurus sepak bola Koningin Regentes bertemu dengan para tamu untuk diatur pertandingan sepak bola yang akan diadakan antara kesebelasan kru kapal dengan dua tim dari asosiasi sepak bola yang ada di Ambon. Laga tim kapal akan melawan gabungan Koningin Regentes dan Hamidia. Laga berakhir dengan 1-1 sehingga klub Ambon cukup puas.

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar