Rabu, 08 November 2023

Sejarah Catur (10): Pecatur Cina Indonesia Era Hindia Belanda; Teka Teki Asal Usul Permainan Catur di Batak dan di Cina

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, apakah ada pecatur Cina? Yang jelas umumnya pecatur pada era tersebut adalah orang Belanda. Diantara pribumi, pecatur-pecatur dari Tanah Batak juga mendapat perahatian. Pertandingan-pertandingan yang dilakukan menggunakan aturan Eropa/Belanda. Namun ada pembahasan tersendiri pada waktu itu, bagaimana dengan catur Batak dan catur Cina? Dimana asal-usul catur masih belum dapat terbuktikan.  


Asian Para Games, China Mau Belajar Catur di Indonesia, Ini Alasannya. Ichsan Kholif Rahman dan Rudi Hartono. Senin, 30 Oktober 2023. Solopos.com. Indonesia melalui cabang olahraga para catur memberi kejutan setelah mampu memborong 10 medali emas Asian Para Games 2022 Hangzhou, China yang digelar 22-28 Oktober 2023 lalu. Prestasi ini membuat China geleng-geleng dan berencana menimba ilmu catur ke Indonesia. Indonesia menjadi juara umum pada cabang olahraga (cabor) para catur dengan berhasil membawa pulang 10 medali emas, tujuh perak, dan delapan perunggu. Kita tahu catur selama ini dikuasai oleh beberapa negara khususnya dari negara pecahan Soviet. Ternyata kita bisa menandingi bahkan lebih baik dari mereka. Dalam pesta olahraga disabilitas Asia itu, Indonesia berada di peringkat keenam klasemen perolehan medali dengan raihan 29 emas, 30 perak, dan 36 perunggu, total 95 medali. Indonesia menjadi kontingen terbaik dari kawasan Asia Tenggara. (https://sport.solopos.com/)

Lantas bagaimana sejarah pecatur Cina di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas adakah pecatur Cina di Indonesia pada era Hindia Belanda? Bagaimana dengan teka teki asal usul permainan catur di Batak dan di Cina? Lalu bagaimana sejarah pecatur Cina di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Pecatur Cina di Indonesia Era Hindia Belanda; Teka Teki Asal Usul Permainan Catur di Batak dan di Cina

Sebelum catur Eropa/Belanda diperdagangkan di Hindia, yang ada adalah catur Cina yang didatangkan dari China. Pedagang Belanda mengimpor catur Cina dari China (lihat antara lain Javasche courant, 12-10-1830). Mengapa? Produk industri itu diperdagangkan diantara orang Cina? Sementara catur Eropa baru terinformasikan tahun 1850 (lihat Javasche courant, 26-10-1850). Disebutkan satu kapal dari Amsterdam tiba di Batavia dengan muatan mata dagangan antara lain schaak bortjes.


Permainan catur yang sudah lama dikenal di Eropa, mulai melembaga secara internasional seiring dengan diadakannnya konfrensi catur internasional (lihat Rotterdamsche courant, 14-06-1862). Disebutkan besok akan diadakan pertemuan pendahuluan untuk mengatur konferensi catur internasional besar, yang mungkin akan berlangsung sebulan. Program ini juga akan mencakup koneksi antara Paris dan London melalui telegraf. Para pemain catur terhebat di dunia diharapkan hadir seperti Anderson, Barnes, Blackburne dan Boilen.

Mengapa catur Cina? Apakah berbeda dengan catur Eropa? Dikatakan bahwa catur ditemukan 200 tahun sebelum Masehi di Tiongkok, yang mana permainan catur Tiongkok disebut Chonge-ke atau permainan raja tersebut tidak persis sama dengan permainan yang dimainkan di Eropa. Seperti kita laihat nanti, ada juga yang menyatakan bahwa permainan catur berasal dari India kemudian diadopsi oleh orang Persia dan bangsa lain lalu menyebar ke Eropa. Juga ada yang menyebut permainan catur tertua ditemukan di Mesir Kuno. Para peminta catur tampaknya tidak puas darei semua klaim, tidak ada informasi yang dapat diandalkan tentang asal mula permainan catur, permasalahannya memang belum selesai. Sementara itu ada suatu anekdot yang terkenal di Inggris tentang catur.


Het nieuws van den dag: kleine courant, 13-03-1892: ‘Diceritakan tentang Gladstone, seorang yang pintar, pria luar biasa itu. Sangat luar biasa pengetahuannnya. Suatu waktu dua temannya berencana mempermainkannya. Mereka berdua akan berbicara di hadapannya tentang sesuatu yang mereka anggap dia tidak tahu apa-apa. Menurut kediua orang itu akan menjadi lelucon besar jika Gladdston harus mengakui bahwa ada satu mata pelajaran yang belum dia pelajari. Mereka telah membuat rencana untuk tujuan ini; namun tidak mudah untuk menemukan subjek yang tidak diketahui oleh Gladstone. Akhirnya mereka menemukan sebuah artikel di sebuah koran bekas tentang permainan catur China. Deskripsi permainan tersebut diambil dari sebuah majalah ternama. Kedua konspirator iyu membaca dan membaca ulang artikel ini sampai mereka memahaminya dengan jelas, dan kemudian mereka menunggu kesempatan di depan umum. Kesempatan datang ketika mereka diundang ke jamuan makan malam dimana dalam jamuan itu mereka akan bertemu Gladstone yang juga turut diundang. Dengan persetujuan tuan rumah mereka meminta duduk di dekat Gladstone. Saat yang tepat kedua teman itu duduk di sua sisi memulai percakapan tentang berbagai permainan yang melibatkan keterampilan atau perhitungan. Setiap pertanyaan rumit dari mereka dapat dijawab Gladstone. Tiba waktunya mereka berdua tentang soal catur China. Mereka telah mempelajari artikel tersebut dengan sangat baik sehingga mereka mengutip banyak dari artikel tersebut sebagaimana hampir secara yang tertulis. Gladstone tampak tertarik, tapi tidak berkata apa-apa. Kedua orang iseng itu secara internal mengucapkan selamat kepada diri mereka sendiri atas keberhasilan rencana mereka dan melanjutkan percakapan mereka dengan lebih bersemangat. Tuan rumah, yang diam-diam, sudah menantikan tamu terhormat Glaston dipermalukan. Ketika pertengkaran pura-pura mereka selesai, Gladstone, yang sampai sekarang belum mengucapkan sepatah kata pun, mengambil seteguk kopinya, meletakkan kembali cangkirnya ke atas piring, dan berkata dengan bercanda, "Saya perhatikan, Tuan-tuan, bahwa mendengar cerita yang kalian sampaikan terdapat di suatu surat kabar. Itu adalah ulasan sebuah artikel yang saya tulis tentang catur China".

Dari anekdot di Inggris tentang catur, catur Cina tampaknya sudah dikenal di Eropa. Namun seperti disebut di atas, catur Cina meski ada kemiripan, tetapi catur Cina berbeda dengan catur Eropa. Lalu apakah catur yang berbeda ini yang diperdagangkan di Hindia sebelum catur Eropa diimpor untuk diperdagangkan di Hindia? Boleh jadi. Fakta bahwa dalam hingga akhir-akhir ini perdagangan barang industri di Hindia dibedakan nama catur Cina dan catur Eropa (lihat antara lain Bataviaasch handelsblad, 07-11-1885). Lantas bagaimana partisipasi orang Cina di Hindia dalam permainan catur ala Eropa? Apakah sudah ada pemain catur Cina yang telah terinformasikan dalam dunia catur di Hindia?


Pada tahun 1904 seorang Jerman Armin von Oefele di Langkat menulis catur Batak yang diterbitkan di Leipzig, Jerman. Para pecatur Belanda di Medan dan kota-kota di Jawa kaget ternyata orang Batak memiliki catur sendiri. Hal serupa ini yanhg sudah diketahui di Eropa tentang catur Cina. Di kota Medan, kota yang tengah berkembang dihuni oleh berbagai bangsa seperti Eropa/Belanda, Melayu, Batak dan Cina serta Jawa. Dengan pengetahuan yang dimiliki ketua klub catur Medan, Th LA Ringe was-was bahwa di masa depan dianggapnya orang Batak dan orang Cina akan mampu menyaningi permainanb catur orang Belanda (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-04-1907). Disebutkan Th LA Runge telah menjelaskan secara singkat kepada anggota dan non-anggota klub catur “Medan" bagaimana permainan catur masa depan dapat dibayangkan. Ia mencontohkan, berdasarkan penelitian catur Batak dan Cina, permainan ini telah melalui berbagai tahap perkembangan, ia berpendapat bahwa ke depan mereka masih bisa diharapkan terus bertkembang, yaitu ke arah gagasan pengendalian pada catur pada papan catur yang diekspresikan dengan lebih baik oleh mereka. Boleh jadi jagoan catur Medan itu telah mengetahui orang Batak dan orang Cina sudah terbiasa sejak lama dengan catur (mereka).

Apa yang dikhawatirkan oleh ketua klub catur Medan, Th LA Runge pada tahun 1907 terbukti bahwa pada tahun 1910 menjadi kenyataan (lihat Sumatra Post, 30-08-1910). Disebutkan dua anak Batak dari Karo, Si Narsar dan Si Hoekoem telah diundang ke gedung societeit di Medan untiuk bertanding. Si Narsar mampu mengalahkan dua pemain terkuat dari klub catur Medan. Berita dari Medan ini dengan cepat menyebar ke kota-kota di Jawa yang kemudian berita tersebut dilansir surat kabar di Belanda. Lalu bagaimana dengan pemain catur Cina yang juga diwaspadai oleh Th LA Runge? Satu yang jelas bahwa orang Batak telah mengadopsi catur Eropa dan aturan permainan Eropa


Dalam perkembangangannya pecatur-pecatur pribumi mulai terinformasikan terutama di Medan dan beberapa kota di Jawa. Si Narsar tampaknya suatu kekecualian. Pada tahun akhir tahun 1913 Si Narsar melakukan tur ke kota-kota di Jawa. Si Narsar sukses dengan berbagai pertandingan simultan. Pada tahun 1916 Si Narsar kembali melakukan tur ke berbagai kota di Jawa. Namun untuk yang pertandingan individu, Si Narsar kalah dua kali dengan jagoan Soerabaja, D Bleykmans, ketua klub catur Soerabaja (klub yang menjadi anggota NISB).

Hingga tahun 1917 catur diantara orang Cina belum terinformasikan. Menagapa? Apakah orang Cina masih terikat atau masih setia dengan catur Cina? Tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pemain catur pribumi yang terinformasikan sebanyak banyak, khususnya di Batavia. Pada tahun 1917 ini di Batavia didirikan dua klub catur yang anggotanya para pelajar pribumi yang bersekolah di Rechtschool dan yang kuliah di sekolah kedokteran STOVIA. Seperti halnya sebelumnya di Medan, Si Narsar mengejutkan para pecatur Belanda, para pemain yang tergabung dalam klub catur Stovia mampu bersaing dengan klub-klub catur orang Belanda di Batavia, Weltevreden dan Meester Cornelis. Lalu bagaimana dengan para pelajar-pelajar Cina?


Yang jelas pada tahun 1917, seorang mahasiswa pribumi di Delft sudah ada yang berpartisipasi dalam turnamen catur di Belanda. Pada tahun 1917 ini di Belanda diadakan Kongres Hindia yang dihadiri organisasi-oganisasi mahasiswa Belanda asal Hindia, organisasi mahasiswa pribumi Indische Vereeniging dan organisasi mahasiswa Cina asal Hindia (Chung Hwa Hui). Indische Vereeniging didirikan tahun 1908 yang dipimpin oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan; sementara Chung Hwa Hui diirikan tahun 1911 yang dipimpin oleh Yap Hong Tjoen. Hingga sejauh ini tidak ada mahasiswa Cina yang aktif bermain catur di Belanda. Tampaknya hanya Mohamad Iljas sorangan yang berasal dari Hindia.

Klub Stovia di Weltevreden pada tahun 1918 sudah bergabung dengan federasi catur nasional Hindia Belanda (NISB, yang didirikan di Jogjakarta pada tahun 1914). Lalu pada bulan Januari 1919, klub-klub yang terdapat di Batavia, Weltevreden dan Meester Cornelis, termasuk Rechtschool Schaakclub dan Stovia Schaakclub bergabung dan menyelenggarakan kompetisi catur.


Selanjutnya pada bulan September akan diadakan kembali kompetisi catur yang kedua. Disebutkan dalam kompetisi kedua ini klub catur Weltevreden tidak berpartisasipai. Juga disebutkan mengapa pelajar-pelajar Cina di sekolah guru (Chineesche Kweekschool) di Meeter Cornelis belum membenyuk klub catur sendiri. Sangat diharapkan adanya klub catur Cina agar terwakili di dalam kompetisi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Teka Teki Asal Usul Permainan Catur di Batak dan di Cina: Pecatur Arab

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar