Sabtu, 18 November 2023

Sejarah Catur (20): Han Liong Tan dan FKN Harahap Antar Generasi; Juara Indonesia di Belanda dan Juara Belanda di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa pemain catur Indonesia yang mengikuti turnamen di Belanda. Tiga diantaranya adalah Mohamad Iljas (tahun 10an), FKN Harahap (tahun 30an) dan Han Liong Tan (tahun 50an). FKN Harahap ketua Pertjasi mendorong Han Liong Tan untuk mengikuti turnamen di Belanda. Han Liong Tan sukses dan mampu meraih gelar master internasional (IM FIDE).


Hoan Liong Tan, Hoan Liang Tan ataur H.L Tan lahir di Buitenzorg, 20 Agustus 1938. Ia adalah pecatur Indonesia pertama yang menyandang gelar International Master. Tan berangkat ke Amsterdam pada tahun 1956 untuk menyelesaikan sekolah menengah atas, setelah itu melanjutkan studi Matematika Asuransi. Pertandingan pertamanya di salah satu permainan simultan Botvinnik pada tahun 1958, tetapi ia segera menjadi pemain yang jauh lebih kuat. Ia bermain untuk Indonesia di papan keempat dalam Olimpiade Catur ke-14 di Leipzig 1960, dan memenangkan medali emas individu (+14 –1 = 5). Tan juga mengikuti Kejuaraan Catur Belanda di Den Haag pada tahun 1961, mengalahkan Jan Hein Donner dalam perjalanannya. Pada tahun 1962, ia adalah salah satu pemenang turnamen catur internasional IBM tradisional di Amsterdam, bersama Moshe Czerniak. Ia dianugerahi gelar International Master (IM) pada tahun 1963 setelah mencetak 7,5 dari 17 pertandingan di turnamen Hoogovens tahun itu. Karena sakit dia tidak bermain catur di turnamen internasional sejak 1963. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Han Liong Tan dan FKN Harahap antar generasi? Seperti disebut di atas Han Liong Tan dan FKN Harahap dua pecatur tangguh beda generasi yang sama-sama pernah mengikuti turnamen di Belanda. Juara Indonesia di Belanda dan juara Belanda di Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Han Liong Tan dan FKN Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Han Liong Tan dan FKN Harahap Antar Generasi; Juara Indonesia di Belanda dan Juara Belanda di Indonesia 

Setelah lama di Belanda, FKN Harahap kembali ke tanah air pada tahun 1950 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951). Disebutkan FKN Harahap dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba di Bandara Kemajoran. FKN Harahap di Belanda telah menyelesaikan studi.


FKN Harahap lahir di Depok tanggal 5 Maret 1917. Frits pada umur 15 tahun sudah termasuk pemain catur yang disegani. Namun anehnya, Frits bukan pemain catur yang masuk Tim Depok, tetapi Tim dari salah satu klub di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1932). Pada tahun 1933 FKN Harahap berangkat ke Belanda. Di Belanda FKN Harahap yang baru berusia 16 tahun ikut dalam turnamen catur Belanda (Haagsche courant, 18-09-1934). Pada tahun 1935 FKN Harahap kembali mengikuti turnamen catur (Haagsche courant, 09-09-1935).Salah satu game dari FKN Harahap di Belanda adalah melawan A Stevenhagen tahun 1936 yang dianalisis oleh Dr P Feenstra Kuifer (lihat Leeuwarder courant, 25-04-1936). De Telegraaf, 19-06-1938 melaporkan bahwa FKN Harahap di Chr. Lyceum, afd. Gymnasium di Haarlem termasuk dari 21 candidaten yang dinyatakan lulus dan mendapat gelar Diploma. FKN Harahap setelah meraih Diploma segera pulang ke tanah air. Namun belum lama di tanah air, FKN Harahap kembali lagi balik ke Belanda. FKN Harahap akan melanjutkan studi (lihat Soerabaijahsch handelsblad 12-09-1938).  Drsebutkan kapal ss Johan de Witt, Zaterdag van Batavia naar Amsterdam di dalam daftar manifest kapal termasuk nama FKN Harahap. Beberapa waktu kemudian, surat kabar Haagsche courant, 22-06-1939 melaporkan FKN Harahap di Vrije Universiteit telah berhasil menjalani prop examen. FKN Harahap di Belanda menjadi anggota klub catur Haarlemsch Schaakgezelschap (Haarlem's dagblad, 28-03-1940). FKN Harahap aktif berorganisasi di dalam kampus Vrije Universiteit (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-11-1941). Dalam kepengurusan Senaat van het Studentencorps periode tahun 1941-1942, FKN Harahap menjabat sebagai Abactis (Sekretaris). Setelah tahun-tahun inilah FKN Harahap mulai aktif berjuang demi kemerdekaaan Indonesia melalui Perhimpunan Indonesia.

FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di Akademi Wartawan di Batavia. Akademi Wartawan ini dipimpin oleh Dekan, Parada Harahap. FKN Harahap mengajar mata kuliah sejarah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-02-1952). Para staf dosen di Akademi Waryawan antara lain Hamka, T Soedjanadiwirja-Harahap, Ds. FKN Harahap dan Prof. dr. R. Beerling (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1952). T Soedjanadiwirja-Harahap adalah istri FKN Harahap yang menikah di Belanda.


Pada tahun 1955 Pertjasi (Persatoeaan Tjatoer Seloeroeh Indonesia) melakukan kongres di Djakarta (lihat De nieuwsgier, 22-08-1955). Dalam kepengurusan yang baru FKN Harahap menjabat sebagai Wakil Ketua. Namun belum lama, pada tahun 1956 Ketua Pertjasi digantikan oleh FKN Harahap yang sebelumnya adalah Wakil Ketua. 

Pada tahun 1956 salah satu siswa yang memiliki bakat catur, Tan Hoan Liong berangkat studi ke Belanda. Tan Hoan Liong berusia 17 tahun, lahir di Buitenzorg pada tahun 1939. Setelah menyelesaikan sekolah menengah Tan diterima di Gemeentelijk Universiteit di Amsterdam bidang matematika dan fisika.


Kapan Tan Hoan Liong dikenal dalam bemain catur tidak diketahui pasti. Pemain berbakat biasanya dimulai dari usia sangat muda (sekolah dasar). Pada tahun 1956 master catur Belanda Lodewijk Prins melakukan tur ke Indonesia. Pada bulan Januari Prins mengalami kekalahan dengan juara catur Pertjasi Baris Hutagalung di Djakarta. Pada bulan Maret di Soerabaja Lodewijk Prins juga kalah melawan Oei Khee San (lihat De nieuwsgier, 20-03-1956).  Pada bulan April Prins di Djakarta juga mengalami kekalahan dari pemain catur Batak dari Tanah Karo Merlep Ginting (lihat Nijmeegsch dagblad, 04-04-1956). Disebutkan Merlep Ginting sangat istimewa karena tidak bisa membaca dan menulis (dalam aksara Latin). Dalam konteks inilah Tan Hoan Liong, pecatur berbakat berangkat studi ke Belanda. Keberangkatan Tan Hoan Liong untuk studi ke Belanda sudah barang tentu terlebih dahulu bertemu dengan tokoh catur terkenal FKN Harahap yang menjadi ketua Pertjasi. FKN Harahap berangkat studi ke Belanda pada tahun 1933 pada usia 16 tahun. Pada tahun 1934 FKN Harahap telah mengikuti turnamen catur di Den Haag. Spirit dari FKN Harahap sewaktu muda dengan sendirinya memicu spirit Tan Hoan Liong untuk mengembangkan bakatnya dalam bermain catur.

Pada tahun 1958 nama Tan Hoan Liong mulai terinformasikan di Belanda. Tan Hoan Liong diantara waktu kuliah mengikuti turnamen catur di Amsterdam. Dengan modal turnamen catur di Amsterdam kemudian Tan Hoan Liong mengikuti turnamen catur Beverwijk.


Zutphens dagblad, 22-12-1958: ‘Tan Hoan Liong mengikuti turnamen catur Amsterdam yang hasil akhir Tan barada di posisi kedua dengan poin 5 1/2 dari tujuh game’. De Tijd De Maasbode, 10-01-1959: ‘Kemarin pada putaran kedua turnamen catur di Beverwijk, di grup cadangan (kelas 1b) yang sangat kuat adalah Tan-Hoan-Liong tinggal di Amsterdam yang saat ini memimpin grup. Tan berturut-turut mengalahkan Füster dari Kanada dan ahli teori terkenal Jerman Diemer. Sukses Tan Hoan Liong ini menjadi viral di Belanda. Hasil akhir adalah Tan Hoan Liong menduduki posisi teratas di kelas 1b dengan poin 5 ½ (lihat De Maasbode, 16-01-1959).

Nama Tan Hoan Liong semakin terkenal di Amsterdam. Seorang jurnalis menulis profil Tan Hoan Liong yang dimuat di surat kabat Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 16-01-1959.  Tan Hoan Liong menjadi pembicaraan umum di Belanda khususnya di Amsterdam. Warga Amsterdam turut bangga dengan prestasi Tan Hoan Liong karena dia juga adalah warga kota Amsterdam.


Pada bulan Februari Tan diminta dewan catur Amsterdam untuk melakukan permainan catur simultan. Dalam foto memperlihatkan Tan berada di meja dua gadis cilik berbakat Lonnie (9 tahun) dan Carolientje Vitenhove (tujuh tahun) yang disaksikan antara lain Klaas Boot, Hannie Termeulen, RC Keiler dan seorang jurnalis catur BJ Withuis (lihat Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant, 02-02-1959).

Tan Hoan Liong tidak terbendung. FKN Harahap pada tahun 1930an di setiap turnamen bertanding di kelas 1. Boleh jadi Tan Hoan Liong ingin memenuhi harapan seniornya FKN Harahap yang tidak tercapai di waktu dulu untuk naik ke kelas utama. Kini, Tan Hoan Liong dari kelas 1b (cadangan) di Beverwijk pada tahun berikutnya langsung mengikuti turnamen di kelas utama (lihat Volksrant, 07-01-1960). Di kelas ini juga ada nama toppemain catur Belanda. Tentu saja Tan Hoan Liong tidak hanya sekadar gambling. Tan Hoan Liong memiliki modal kuat di turnamen sebelumnya. Dalam turnamen ini juga ada juara Belanda (H Donner) dan juara Rusia (T Petrosian).


Pada tanggal 7 Januari 1960 petang putaran pertama turnamen Beverwijk dimulai. Tan Hoan Liong pada game pertama ini berhadapan dengan grandmaster Donner juara Belanda. Hasilnya Tan Hoan Liong berhasil menahan remis Donner. Heboh seluruh Belanda. Rangkuman pertandingan kemarin malam dapat dilihat antara lain pada Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad. 08-01-1960.  Redaktur catur surat kabar ini adalah Dr Max Euwe, pecatur yang pernah juara Belanda dan pernah ke Indonesia tahun 1930 yang juga pernah menjadi juara dunia memberi judul: ‘Sensationele en snelle remise Tan-Donner’. Algemeen Dagblad, 08-01-1960 memberi judul: ‘Debutant uit Indonesië verraste Hein Donner: Petrosian favoriet in Hoogoventornooi’ yang mana pada bagian teks berita tentang Tan diberi sub judul Briljant yang menjelaskan Tan mampu menahan remis juara Belanda dan grandmaster Hein J Donner. Tigran Petrosian sendiri berasal dari ArmeniaRusia. 

Dr Max Euwe tentu saja di dalam kolomnya menganggap prestasi Tan Hoan Liong tersebut. Dr Euwe sangat paham pemain catur Indonesia sejak era Hindia Belanda. Pada saat Euwe ke Medan tahun 1930 kalah melawan pecatur Batak dari Tanah Karo si Hoekoem. Demikian juga belum lama ini master Belanda Lodewijk Prins kalah melawan Baris Hutagalung di Djakarta dan Oei Khee San di Soerabaja. Dr Max Euwe tidak cukup hanya dengan mengomentari pencapaian sensasional Tan, pada edisi berikutnya menurunkan catatan pertandingan (file) antara Tan dan Donner di bawah kolom Eeuwig Schaak (Catur Abadi) surat kabar Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad. 08-01-1960. Dalam pengantar redaksinya Dr Euwe tidak bisa menahan diri dengan menyatakan partai yang sensasional.


Tan Hoan Liong menahan remis Bouwmeester (lihat Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 16-01-1960). H Bouwmeester adalah pecatur Belanda bergelar master. Ini mengindikasikan bahwa pencapaian Tan tidak lagi dipandang sebelah mata di Eropa/Belanda, dan tidak lagi dipandang sebelah mata lainnya, apakah di Indonesia Tan akan mampu lebih berprestasi lagi. Namun meski hingga sejauh ini di Indonesia belum ada pecatur Indonesia yang bergelar master (IM), tetapi ketua Pertjasi FKN Harahap tentu sdaja lebih dapat memahami tingkat pencapaian Tan Hoan Liong di Belanda ini. Hal ini karena FKN Harahap cukup berpengalaman dalam turnamen-turnamen di Eropa/Belanda dan sebagai ketua Pertjasi harapannya sangat tinggi kepada Tan untuk lebih berprestasi lagi. Mengapa? Karena positioning Tan ini di Eropa/Belanda menjadi hub yang paling strategis untuk mengkoneksikan hubungan catur Indonesia (Pertjasi) dengan dunia catur internasional (FIDE). Sejauh ini, bahkan sejak era Hindia Belanda, Pertjasi belum menjadi anggota FIDE, FKN Harahap dalam hal ini tentu saja berambisi agar selama kepengurusannya di Pertjasi menjadi anggota FIDE.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Juara Indonesia di Belanda dan Juara Belanda di Indonesia: Dr Max Euwe dan Lodewijk Prins

Tunggu deskripsi lengkapnya



*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar