Selasa, 16 Januari 2024

Sejarah Bahasa (240): Bahasa Ayamaru di Pedalaman Vogelkop Kepala Burung Pulau Papua; Danau Amaroe dan Sungai Kais


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Aifat adalah sub-etnis Maybrat mendiami daerah aliran sungai Kamundan dan sekitar danau Ayamaru, kabupaten Sorong. Ada budaya tukar-menukar kain timur diantara mereka, yaitu kain tenun. Keluarga batih Aifat tinggal di rumah bertiang tinggi yang dihuni oleh satu kelompok kekerabatan dengan garis pihak laki-laki (patrilineal). Suku aifat dikatakan masih meneruskan budaya membayar air susu ibu dengan membayar mahar berupa kain timur.


Bahasa Ayamaru atau Karon Dori sebuah bahasa dalam rumpun bahasa dituturkan di bagian tengah Semenanjung Doberai di Papua Barat. Sejauh ini, Ayamaru tidak dapat dihubungkan secara genealogis dengan bahasa manapun di dunia, sehingga dianggap sebagai bahasa isolat. Jumlah konsonan yang kecil dan penghindaran kluster konsonan. Terdapat dua gender gramatikal dalam bahasa ini, yaitu gender maskulin dan taktermarkahi. Morfologinya sederhana. Imbuhan-imbuhan penanda persona ditambahkan pada verba dan nomina secara inalienabel. Bahasa Ayamaru memiliki sistem demonstrativa (kata seperti "ini" atau "itu") yang rumit. Demonstrativa dalam bahasa Maybrat memarkahi jarak dari pembicara, kekhususan dan fungsi sintaktis. Dalam klausa, bahasa Ayamaru memiliki urutan kata subjek–verba–objek yang kaku. Dalam frasa nomina, pewatas diletakkan setelah nomina inti. Deret verba seperti verba serial lazim ditemui, dan verba juga mengisi fungsi yang biasanya dipenuhi oleh adjektiva dan preposisi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ayamaru di pedalaman Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Ayamaru dituturkan di daerah aliran sungai Kais dan danau Amaroe. Lalus bagaimana sejarah bahasa Ayamaru di pedalaman Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Peta 1911-1913 S Kais dan S Metamani

Bahasa Ayamaru di Pedalaman Vogelkop Kepala Burung Pulau Papua; Danau Amaroe dan Sungai Kais

Tunggu deskripsi lengkapnya

Danau Amaroe dan Sungai Kais: Asam di Gunung, Garam di Laut

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar