Minggu, 28 Januari 2024

Sejarah Bahasa (264): Bahasa Sempan di Inauga, Distrik Wania; Kampong Timika di Sungai Timika Teluk Mimika Tempo Dulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sempan dituturkan di kampong Inauga, distrik Wania, kabupaten Mimika, provinsi Papua Tengah. Di wilayah timur adalah wilayah bahasa Kamoro, di sebelah utara bahasa Mume dan di sebelah selatan bahasa Koprapoka. Bahasa Sempan berbeda dengan bahasa Kamoro, bahasa Ekari, bahasa Wolani dan bahasa Moni.


Wania adalah sebuah distrik yang terletak di Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Distrik ini mencakup wilayah seluas 197,32 km². Pada tahun 2019, terdapat 24.847 jiwa yang menempati distrik ini. Pembagian administrative terdapat 3 kelurahan di distrik ini. Inauga, Kamoro Jaya dan Wonosari Jaya. Selain itu, terdapat juga 4 kampung di distrik ini adalah Kadun Jaya, Mandiri Jaya, Mawokau Jaya, Nawaripi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sempan di Inauga di distrik Wania, kabupaten Mimika? Seperti disebut di atas bahasa Sempan di wilayah Wania. Kampong Timika di sungai Timika dan teluk Mimika tempo dulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sempan di Inauga di distrik Wania, kabupaten Mimika? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Sempan di Inauga Distrik Wania, Mimika; Kampong Timika di Sungai Timika Teluk Mimika Tempo Dulu

Kampong Inaoega di hulu sungai Wammar di wilayah Mimika (Mimikastreek). Di wilayah ini disebut orang-orang Manu dan orang Mamppi melakukan perburuan. Kampong Inaoega memiliki cukup bahan makanan. Penduduk Mappi berada di timur laut sepanjang sungai Eiland (sungai Mimika yang sekarang). Pusat Belanda berada di Mimika dan Kokonau.


Nama Warmar sudah dikenal sejak lama di wilayah Fakfak. Lantas bagaimana dengan nama Inauga di Mimika? Yang jelas pada era VOC (Belanda) kawasan pantai Mimika ini ditandai pada Peta 1720 sebagai Caap Nassau. Kawasan ini sudah dilalui oleh kapal-kapal VOC apakah dari Ternate atau dari Banda melalui pulau Kei dan Pulau Aru. Pulau-pulau di utara Pulau Aru dan di barat laut kawasan Caap Nassau ditandai sebagai Moerasch, yang dapat diartikan sebagai kawasan orang-orang Moor. Kawasan ini meliputi pulau Namatota, pulau Lakahia, teluk Triton dan wilayah Kaimana yang sekarang. Orang Moor adalah pelaut-pedagang asal Afrika Utara beragama Islam yang sudah sejak zaman kuno eksis di Hindia Timur (orang Moor telah lama memperkuat Ternate, dan orang Moor terkonsentrasi di pulau Halamahera yang di era Portugis pada peta ditandai sebagai Terra del Moro. Besar dugaan mereka inilah yang menyebarkan agama Islam di kawasan pantai barat daya Papoea. Berdasarkan Peta 1695 sungai besar di Mimika (Timika) ditandai sebagai Moerschestraar Rivier. Peta 1720

Nama (kampong) Mimika berada di kawasan Caap Nassau, yang diduga pusat-pusat perdagangan dari perluasan di pulau Namatota. Di kampong Mimika ini menjadi pusat perdagangan kawasan dengan penduduk di pedalaman yang semua suku-suku diidentifikasi sebagai orang Manowean (kini suku Asmat).


Kawasan ini kali pertama dikunjungi oleh pedagang-pedagang VOC pada tahun 1623 yang dipimpin oleh Kaptein Jan Carstenz. Dalam ekspedisi ini peta dibuat yang dilakukan oleh Arent Martensz de Leeuw, Dalam Peta 1623 diidentifikasi Amboina, Banda, Pulau Kei dan Pulau Aru asal rute, yang melakukan ekspedisi pertama ke pantai barat Papua menuju tempat yang diduga kuat kampong Mimika. Di selatan kampong ini ditandai (muara) sungai. Ekspedisi ini melakukan navigasi ke arah selatan melewati pulau Frederik Hendrik dan Merauke hingga Pulau Daru. Satu yang penting dalam peta ini pegunungan (puncak) tinggi di pedalaman sudah diidentifikasi (kini puncak Carstenz, sesuai nama komandan ekspedisi). Catatan: Peta kuno ini sempat hilang dan baru ditemukan pada tahun 1866 (lihat Nederlandsche staatscourant, 18-02-1866).

Muara sungai besar yang diidentifikasi pada Peta 1623 diduga kuat adalah sungai di Timika (kini sungai Ajkwa). Di sekitar muara sungai ini pada masa kini sudah tertutup daratan karena proses sedimentasi jangka panjang. Hal ini diduga karena pada Peta 1695 di sekitar muara sungai terdapat gosong yang sangat luas dan hanya ada satu pulau yang didientifikasi. Pulau ini diduga adalah pulau Mimika (yang menjadi pusat perdagangan di sekitar muara).


Apa yang menjadi penyebab terjadinya gosong yang luas ini diduga terdapat pertambangan sejak zaman kuno,  Kemungkinan terjadinya pengaruh vulkanik karena pegunungan di hulu meletus kecil sekali karena hanya pegunungan Arfak yang bersifat aktif. Pertambangan ini diduga menjadi faktor penting mengapa pedagang-pedagang Moor memiliki pemukiman di pantai selatan Papua ini seperti di teluk Triton (sekitar Kaimana yang sekarang) di Pulau Aru dan di pulau Daru. Seperti di tempat lain, aktivitas penduduk yang intens di pedalaman menjadi satu faktor penting mengapa teluk yang luas menjadi kawasan daran seperti Batavia, Semarag dan Soerabaja. Di wilayah Maluku seperti di Amboina dan Ternate kasus gosong ini tidak ada, karena sungai besar tidak ditemukan. Selain muara sungai Mimika yang mengalami proses sedimentasi jangka panjang juga ditemukan di muara sungai Digul dan di muara sungai Membramo.

Wilayah pesisir Mimika sudah lama dikenal, Bagaimana dengan nama kampong Inauga di wilayah belakang pantai? Seperti disebut di atas dari tiga kelompok populasi di daerah hulu sungai terkonsentrasi di kampong Inauga. Seperti kita lihat nanti di kampong Inauga inilah kemudian terbentuk kampong Timika.


Nama Inauga tampaknya bukan nama asli. Akan tetapi nama Inauga sebagai nama tempat pemukiman baru dari orang pendatang. Seperti disebut di atas, penduduk Manoe (Asmat) berada di arah hulu sungai, sedangkan orang Mappi berada di sebelah timur sepanjang sungai Eiland (kini sungai Timika). Dalam sejarah navigasi pelayaran perdagangan di pantai barat bermulau di wilayah barat laut di Radja Ampat (wilayah kerajaan Tidore). Di kampong Inaufa inilah diduga pedagang-pedagang dari Tidore membangun pos perdagangan untuk bertransaksi dengan hasil perburuan pendudu Manu di bagian dalam dan penduduk Mappi di bagian timur sungai.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kampong Timika di Sungai Timika dan Teluk Mimika Tempo Dulu: Gunung Puncak Salju dan Daerah Aliran Sungai di Mimika  

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar