Sabtu, 15 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (356): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Wilayah Lombok Era Negara Indonesia Timur;Dayak dan Lombok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti daerah-daerah lainnya di wilayah Indonesia Timur, juga terdapat sepenggal sejarah Lombok pada era perang kemerdekaan. Ini bermula pada konferensi Malino yang diselenggarakan antara Pemerintah Belanda/NICA yang dipimpin HJ van Mook dengan para pemimpin Indonesia di wilayah Indonesia Timur yang diadakan pada bulan Juli 1946 yang kemudian dilanjutkan Konferensi Denpasar. Semua para peserta berbicara tentang federal versus Republik Indonesia tetapi Dayak dan Lombok belum selesai urusan internal.

Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang. Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung. Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah (wilayah) Lombok pada era perang kemerdekaan Indonesia pada era pembentukan Negara Indonesia Timur? Mungkin sudah ditulis, mungkin juga belum ditulis. Lombok dan Bali memliki sejarah tersendiri, tetapi ketika orang berbicara apakah federal atau republik, di Lombok masih ada soal yang terpisah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 14 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (355): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Wilayah Papua; Soal Pembentukan Negara Indonesia Timur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Papua bagian barat (kini provinsi Papua dan provinsi Papua Barat)  adalah wilayah Indonesia Timur (Groot Oost) yang dipisahkan pada saat pembentukan negara federal Negara Indonesia Timur (NIT). Pertanyaannya: mengapa dipisahkan? Padahal para pemimpin Papua sangat antusias baik dalam persiapan maupun pada saat Konferensi Malino. Siapa yang memisahkan? Jawabnya adalah Kerajaan Belanda melalui Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (NICA) HJ van Mook. Padahal para pemimpin Indonesia ingin bersama-sama dengan para pemimpin Papua.

Indonesia Timur, atau disebut juga Kawasan Timur Indonesia (KTI), adalah sebuah kawasan di bagian timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara (termasuk Bali), Kepulauan Maluku, dan Papua. Pada masa Hindia Belanda, kawasan ini pernah tergabung dalam satu provinsi (gouvernement) bernama Timur Raya (Groote Oost) dengan ibu kota Makassar. Selanjutnya pada masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), kawasan Indonesia Timur (kecuali Papua) juga menjadi negara bagian bernama Negara Indonesia Timur (1946–1950), yang dibentuk setelah dilaksanakan Konferensi Malino pada tanggal 16-22 Juli 1946 dan Konferensi Denpasar dari tanggal 7-24 Desember 1946. Pada masa sekarang, Indonesia Timur terdiri dari 13 provinsi, yakni:  Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pemisahan wilayah Papua pada masa pembentukan negara federal Negara Indonesia Timur? Sampai sejauh ini tidak ada yang pernah menulisnya. Sebab orang lebih tertarik pada upaya Republik Indonesia (NKRI) untuk merebut wilayah Papua dari tangan Kerajaan Belanda. Dalam hal inilah satu mata rantai yang hilang menjadi putus dalam pemahaman sejarah masa kini. Lalu bagaimana sejarah pemisahan wilayah Papua pada masa pembentukan negara federal Negara Indonesia Timur? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (354): Pahlawan Kesiangan dalam Narasi Sejarah Indonesia; Fakta dan Data Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam penulisan sejarah Indonesia terdapat dua frase yang bersifat sindiran yakni Pahlawan Kesiangan dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Sesungguhnya tidak ada pahlawan kesiangan dalam arti sebenarnya. Namun boleh jadi itu ditujukan kepada para pahlawan yang diusulkan oleh ahli sejarah (sejarah) tidak termasuk tetapi terus direkayasa untuk mendapatkan pengakuan pahlawab (terutama pahlawan daerah dan Pahlawan Nasional). Namun kiui banyak peminat sejarah (bukan sejarawan) meski datang kesiangan tetapi dapat menilai narasi sejarah yang ada. Sebagaimana Pahlawan Kesiangan dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dalam konteks para pahlawan sejarah, tetapi penamaan ini juga dapat dialamatkan kepada segelintir para ahli sejarah.

Sejarawan Indonesia Asvi Warman Adam (LIPI) pernah menulis artikel berjudul ‘Jangan Jadi Pahlawan Kesiangan’ yang dimuat pada Media Indonesia edisi 11 November 2004. Saya teringat pada tulisan saya yang dimuat pada Media Indonesia edisi 6 Januari 2004 yang berjudul ‘Metodologi Riset dalam Jajak Pendapat’. Saya mengomentari terhadap banyaknya para politisi yang mengklaim hasil jajak pendapat yang saya harus jelaskan apa itu jajak pendat dan bagaimana metodologi riset yang sebenarnya. Asvi Warman Adam juga harus turun gunung untuk menulis karena banyaknya orang yang hanya mau berjuang setelah pertempuran selesai atau masa sulit berakhir. Atau orang yang ketika masa revolusi tidak berbuat apa-apa, tetapi setelah perang usai mengklaim diri sebagai pahlawan. Salah satu yang ditekankan Asvi Warman Adam jika dulu berperang melawan musuh (penjajah) lalu pada masa ini adalah membela kebenaran juga termasuk bagian dari kepahlawanan. Dalam hubungan ini dapat ditambahkan kebenaran sejarah Indonesia juga banyak dipertanyakan. Seperti disebut Asvi Warman Adam banyak tokoh yang tidak berbuat apa tepay dalam narasi sejarah Indonesia masa kini sungguh sangat heroik dan suci.

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Kesiangan dalam Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, pahlawan kesiangan adalah orang yang membuat klaim yang tidak diperbuatnya. Pernyataan ini dapat diteruskan banyak penulis sejarah (ahli sejarah maupun peminat sejarah) menulis tokoh sejarah mengklaim yang tidak dilakukan sang tokoh. Malpraktek dalam penulisan narasi sejarah semacam ini dapat juga dikatakan pahlawan kesiangan kepada para penulis sejarah. Daripada berbuat serupa itu lebih baik sebenarnya menulis narasi sejarah para tokoh dari mereka yang disebut Pahlawan Tanpa Jasa. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.