Senin, 27 Februari 2023

Sejarah Malang (12): Pendidikan di Malang, Sejak Kapan Bermula? Sekolah Eropa dan Sekolah Pemerintah bagi Penduduk Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Puncak perjalanan sejarah pendidikan di Malang pada masa ini adalah keunggulan Universitas Brawijaya dalam pencapaian status universita bermutu. Namun itu semua bermula di awal, sejak introduksi pendidikan modern (aksara Latin) dilakukan di Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Pendidikan tidak hanya bagi anak-anak Eropa/Belanda tetapi juga kemudian anak-anak pribumi. Bagaimana hal itu berlangsung?


Universitas Brawijaya berkedudukan di Kota Malang. Semula berstatus swasta, dengan embrio sejak 1957, berupa Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi cabang Universitas Swasta Sawerigading, Makasar. Dalam suatu pertemuan di Balai Kota Malang pada tanggal 10 Mei 1957, tercetus gagasan untuk mendirikan sebuah Universitas kotapraja (Gemeentelijke Universiteit). Sebagai langkah pertama ke arah itu, dibentuk Yayasan Perguruan Tinggi Malang tanggal 28 Mei 1957, membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM) 1 Juli 1957. Mahasiswa dan dosen PTHPM terdiri dari bekas mahasiswa dan dosen Fakultas Hukum Universitas Sawerigading. Bersamaan dengan itu, pada tanggal 15 Agustus 1957 Yayasan Tinggi Ekonomi Malang mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). Pada perkembangan berikutnya, DPRD Kotapraja Malang dengan keputusan 19 Juli 1958 mengakui PTHPM sebagai milik Kotapraja Malang. Pada Peringatan Dies Natalis IV Universitas Kotapraja Malang, nama universitas diganti menjadi Universitas Brawijaya. Selanjutnya 3 Oktober 1961 diadakan penggabungan antara Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang dilebur dengan membentuk baru Yayasan Universitas Malang. Singkatnya, setelah sejumlah fakultas dinegerikan maka dilakukan penegerian universitas (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 196 Tahun 1963 yang berlaku sejak tanggal 5 Januari 1963). Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya (https://ub.ac.id/id/about/history/)

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Malang, kapan bermula? Seperti disebut di atas, itu bermula sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya penyelenggaraan sekolah Eropa juga sekolah pemerintah bagi penduduk pribumi. Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Malang, kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (11): Kesehatan, Dokter dan Rumah Sakit di Malang; Status Kesehatan Penduduk di Malang, Siapa Saiful Anwar?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimanapun status kesehatan masyarakat di (wilayah) Malang meningkat itu dimulai sejak cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di (wilayah) Malang. Dua elemen penting dalam upaya peningkatan status tersebut adalah kehadiran dokter, dan pembangunan fasilitas kesehatan. Dokter-dokter yang ada adalah dokter lulusan Belanda, lalu kemudian disusul dengan munculnya dokter-dokter pribumi apakah lulusan dalam negeri maupun luar negeri (terutama lulusan Belanda). Dalam hal ini siapa Dr. Saiful Anwar yang Namanya ditabalkan menjadi nama RSUD di Malang.


Sejarah Singkat RSUD Dr. Saiful Anwar. Sebelum perang dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar (pada waktu itu bernama Rumah Sakit Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai rumah sakit militer. Pada saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit tentara, sementara untuk umum digunakan Rumah Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947 (saat perang dunia ke II), karena keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih muda, serta untuk kepentingan strategi militer, rumah sakit Sukun diambil alih oleh tentara pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah Sakit Celaket dijadikan rumah sakit umum. Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur / IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket tanggal 23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI N0. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek. (https://rsusaifulanwar.jatimprov.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan, dokter dan rumah sakit di Malang? Seperti disebut di atas, itu semua bermula pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam upaya peningkatan status kesehatan penduduk Malang dalam perkembangannya semakin dibuttuhkan dokter-dokter pribumi. Siapa Saiful Anwar? Lalu bagaimana sejarah kesehatan, dokter dan rumah sakit di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 26 Februari 2023

Sejarah Malang (10): Tata Kota Malang Era Pemerintah Hindia Belanda Merujuk Sungai Brantas; Kota Lama Dulu - Kota Baru Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apa itu tata kota? Yang jelas bukan tata buku di dalam system library atau dalam system akuntansi. Meski begitu, semuanya menggunakan gagasan tata, menata atau tertata. Kata lain untuk tata adalah kelola. Ilmu yang mempelajari tata/Kelola ini adalah manajemen (PIE: planning, implementation, evaluation). Okelah. Bagaimana dengan tata kota Malang dari masa ke masa? Boleh jadi tidak ada yang peduli. Mari kita telusuri.


Menilik Tata Kota Malang yang Terbaik di Hindia Belanda. Republika. Jumat 07 Aug 2020. Perencanaan Kota Malang masa Hindia Belanda sempat dipuji. Tata kota menghabiskan waktu bertahun-tahun. "Kota Malang bersama Semarang diajukan ke Paris sebagai kota yang perencanaan sangat bagus" kata Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra Surabaya, Handinoto. Perencanaan tata Kota Malang peranan arsitek Herman Thomas Karsten. Sebagian besar tata kota di Hindia Belanda merupakan hasil dari jerih payahnya. Karsten selalu pergi dari kota ke kota lain untuk komandai hampir seluruh kota termasuk Kota Malang," jelas penulis buku Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Karsten mengembangkan Malang dari wilayah Klojen Lor (sekarang area RS Saiful Anwar), sebelumnya terdapat benteng sejak zaman VOC. Kemudian daerah ini berkembang menjadi pemukiman Belanda Tahapan selanjutnya, Karsten fokus mengembangkan pembangunan di alun-alun Kota Malang dan sekitarnya. Setelah abad 20, banyak warga Eropa berpindah di Kota Malang. Karsten mengubah tata kota Malang lebih baru lagi. Ia ingin mendirikan pusat kota baru yang kemudian dibangun alun-alun bundar di dekat gedung Balai Kota Malang. Karsten meletakan perumahan modern khusus masyarakat Eropa dengan gaya arsitektur tinggi di jalan utama, Ijen Boulevard. Saat ini wilayah tersebut masih menjadi kawasan elit di Kota Malang. Perkembangan perencanaan kota Malang dari tahap satu sampai delapan sudah lengkap 1937. Semuanya telah direncanakan dengan standarisasi yang tinggi. Bahkan, peraturan tata Kota Malang disebut menjadi yang terbaik di Hindia Belanda. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti disebut di atas, kota Malang disebut pernah menjadi kota tertata baik pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana bisa? Kota lama dan kota baru. Lalu bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (9): Pembangunan Jalan di Malang dan Jalan Antar Kota; Munculnya Gagasan Pembangunan Jalur Kereta Api


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Jaringan jalan kota di Kota Malang yang sekarang adalah satu hal. Sedangkan jaringan jalan antar kota dari dan ke Malang adalah hal yang lain. Kota Malang yang sekarang diduga pada masa lampau bermula dari lalu lintas air yang berpusat di sungai Brantas. Dalam perkembangannya, jaringan jalan darat terhubung dengan lalu lintas sungai, yang kemudian jaringan jalan darat menggantikan lalu lintas transportasi air.


Sejarah Jalan Ijen Boulevard, Kawasan Elit dan Heritage. Tugumalang.id. Jalan Ijen menjadi salah satu jalan utama di Kota Malang. Jalan ini menjadi salah satu sebab Kota Malang sebagai kota yang indah dan cantik. Selain itu, jalan Ijen juga menjadi ikon bersejarah di Kota Malang. Terdapat bangunan-bangunan kuno peninggalan masa Hindia Belanda seperti perumahan berbentuk vila dan gereja. Sebagian bangunan masih ada mempertahankan bentuk aslinya. Kawasan Jalan Ijen dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang cukup ternama, Ir Herman Thomas Karsten. Pembangunan wilayah ini dilakukan oleh Karsten tahun 1935 dengan perencanaan tata kota yang sesuai sampai tahun 1960. Jalan Ijen merupakan tahapan pembangunan yang ke-5. Pembangunan dimulai dari perempatan Bareng (jalan Kawi hingga ke Gereja Katedral). Pada pembangunan tahap ke-7, jalan Ijen dikembangkan mulai dari Gereja Katedral hingga ke perempatan Lonceng di Jalan Bandung. Sejak saat itu, dua tahapan pembangunan itu menjadi satu kesatuan. Dengan memperhatikan keindahan serta konektivitas dengan bagian yang lain di kota, Karsten merancang jalan Ijen sebagai daerah perumahan mewah. Bentuk jalannya dibuat boulevard, jalan kembar dengan pembatas berupa taman di bagian tengah. Di sebelah kanan dan kiri juga diberi pohon palem untuk mempercantik penampilan jalan. Selain itu terdapat berbagai peninggalan yang menunjukkan bahwa Ijen merupakan kawasan elit dan menjadi kota mandiri di masanya. Salah satunya adalah adanya bekas rumah listrik milik perusahaan Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatchappij (Aniem) yang berada di ujung selatan Jalan Ijen. (https://tugumalang.id/)

Lantas bagaimana sejarah pembangunan jalan di Malang dan jalan antar kota? Seperti disebut di atas, jaringan jalan kota di Malang bermula dari lalu lintas air/sungai. Pembangunan jalan menjadi fungsi pengganti transportasi air. Bagaimana pun pembangunan jalan antar kota menjadi pemicu munculnya gagasan pembangunan jalur kereta api. Lalu bagaimana sejarah pembangunan jalan di Malang dan jalan antar kota? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 25 Februari 2023

Sejarah Malang (8): Nama-Nama Kampong Tua di Malang; Ada Nama Berasal Zaman Kuno,Ada Nama Baru Masa Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti sebuah nama bagi William, Shakespeare. Namun untuk nama suatu kampong dapat memiliki arti apakah sudah tua atau baru. Nama tempat, dalam hal ini nama kampong bersifat diwariskan. Diantara nama-nama tempat, khususnya suatu kampong tempo doeloe ada yang berasal dari zaman kuno. Nama-nama kampong mana di kota Malang yang berasal dari masa lampau tentu saja menjadi menarik perhatian.


Menguak Kisah Desa Gadang Berusia 638 Tahun di Kota Malang. Travel.detik.com. 29 Januari 2023. Jakarta - Penelitian mengungkap riwayat desa Gadang di Kota Malang. Desa ini rupanya sudah eksis sejak zaman kerajaan. Desa Gadang bagian kecamatan Sukun. Sebelum 1987, wilayah Gadang merupakan 'kelurahan' dari kecamatan Kedung Kandang. Dalam Staatblad No. 120 April 1883, desa Gadang masuk district Malang Afdeeling Malang, Residenti Pasuruan. Tahun 1911, desa Gadang tercatat sebagai onderdistrict di district Malang. Nama Gadang sendiri tertulis dalam Prasasti Pamotoh (1198). Pada waktu itu desa Gadang masuk dalam 'wisaya' (wilayah semacam kadipaten) Kanuruhan. Menurut Suwardono, desa Gadang dari prasasti Gadang tahun 1307 Saka. Isi Prasasti Gadang berkenaan dengan penganugerahan tanah sÄ«ma di desa Gadang. Anugerah tanah sÄ«ma di Gadang diberikan kepada tokoh bernama Dhapunta Bulanawijaya guna kelangsungan bangunan suci candi. Peristiwa itu dinyatakan dalam prasasti Gadang bertarih 3 kresnapaksa hari Was Kaliwuan Soma wuku Wuyai bintang yoga Wrdhi tahun 1307 Åšaka (Senin Kliwon 24 Juli 1385). Bukti ini didukung laporan Maurenbrecher yang dimuat dalam Oudheidkundig Verslag tahun 1923 dan laporan Crucq dalam Oudheidkundig Verslag tahun 1929 tentang batu-batu candi di punden makam 'Mbah Djosari' yang kini terdapat di makam lama Jl Gadang Gg VI (https://travel.detik.com/travel-news/)

Lantas bagaimana sejarah nama-nama kampong tua di Malang? Seperti disebut di atas, sebagaimana di tempat lain, di kota Malang sudah tentu ada nama kampong lama. Hanya saja seberapa tua. Dalam hal ini nama kmpong tua di Malang boleh jadi ada yang memiliki hubungan dengan nama-nama kampong tua di tempat lain, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di pulau lain nun jauh di Sumatra. Lalu bagaimana sejarah nama-nama kampong tua di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (7): Populasi Penduduk di Malang Doeloe, Melting Pot; Orang Madura dan Orang Jawa di Malang pada Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Populasi penduduk Kota Malang masa ini berdasarkan SP-2020 sebanyak 843.810 Jiwa. Banyak memang. Akan tetapi itu bermula dar jumlah yang sedikit. Populasi penduduk kota Malang telah meningkat dari masa ke masa, bahkan telah dimulai sebelum era Pemerintah Hindia Belanda. Salah satu elemen populasi dari awal di wilayah Malang berasal dari pulau Madura atau wilayah pantai dimana komunitas penduduk Madura berada.


Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa. Namun, jika dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter. Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, Tionghoa, dan lain-lain. Agama mayoritas di Kota Malang adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman dahulu antara lain Masjid Agung Jami' Kota Malang, Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Ijen (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel), Klenteng Eng An Kiong di Kotalama dan sebuah pura di Puncak Buring. Meskipun Islam adalah agama mayoritas, Kota Malang menjadi salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk Kristen terbesar di Jawa Timur. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan karena memiliki banyak pesantren dan pusat pendidikan Kristen. Salah satu pesantren yang terkenal ialah Pondok Pesantren Al Hikam. Ada pula pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara yang berdiri di Malang pada 1954. Kota Malang dikenal sebagai kota yang toleransi antaragamanya tinggi. Keberadaan Masjid Jami' dan Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel di Kota Malang menarik. Dua tempat ibadah itu bersebelahan dan seolah menjadi simbol toleransi masyarakat di Kota Malang. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Kota Malang, seperti Indonesia. Namun, bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan minoritas suku Madura menuturkan bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut boso Walikan (osob Kiwalan), yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah populasi penduduk Malang, melting pot masa lalu hingga Malang masa kini? Seperti disebut di atas, keberadaan orang Madura sudah diketahui sejak lama di Malang. Dalam perkembangannya kota Malang menjadi kota melting pot, tidak hanya orang Madura dan orang Jawa. Lalu bagaimana sejarah populasi penduduk Malang, melting pot masa lalu hingga Malang masa kini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.