Senin, 11 September 2023

Sejarah Bahasa (14): Bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar; Bahasa Bugis, Mandar dan Toraja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Bugis terkait dengan kerajaan Bone. Kerajaan Gowa terkait dengan bahasa Makassar. Nama Makassar sudah dicatat dalam teks Negarakertagama (1365). Nama lain yang dicatat adalah Selayar, Luwu, Buton dan Banggai. Nama Makassar dan nama Selayar adalah nama lama. Duan ama bahasa di Sulawesi Selatan. Makassar di pantai, Selayar di pulau.


Bahasa Makassar disebut juga sebagai Makasar, Mengkasar, Mangkasar adalah sebuah bahasa yang lazimnya dituturkan oleh penduduk bersuku Makassar di sebagian wilayah Sulawesi Selatan di kabupaten Gowa, Sinjai, Maros, Takalar Jeneponto, Bantaeng, Pangkajene dan Kepulauan, Bulukumba, Kepulauan Selayar dan Kota Makassar. Dalam rumpun bahasa Austronesia, bahasa Makassar merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, walaupun kosakata bahasa ini tergolong divergen jika dibandingkan dengan kerabat-kerabat terdekatnya. Bahasa Makassar merupakan bahasa Austronesia dari subrumpun Melayu-Polinesia cabang Sulawesi Selatan, khususnya kelompok Makassar atau Makassarik yang juga mencakup bahasa Konjo (baik ragam Pegunungan maupun Pesisir) serta bahasa Selayar. Ragam bahasa Konjo dan Selayar terkadang juga dianggap sebagai dialek bahasa Makassar. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, bahasa Makassar juga berkerabat dekat dengan bahasa Bugis, Mandar, dan Sa'dan (Toraja). Dalam hal kosakata, rumpun bahasa Makassarik merupakan yang paling berbeda di antara bahasa-bahasa Sulawesi Selatan. Persentase kemiripan kosakata antara rumpun Makassarik dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya adalah sebesar 43%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, bahasa Konjo dan bahasa Selayar? Seperti disebut di atas, bahasa Makassar di satu sisi berbeda dengan bahasa Bugis dan di sisi lain dianggap dekat dengan bahasa Selayar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, bahasa Konjo dan bahasa Selayar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (13): Bahasa-Bahasa Negeri Minahasa; Dialek-Dialek Bahasa Tondano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Tontemboan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada bahasa Minahasa? Apakah ada etnik Minahasa? Tentu saja ada semuanya. Bahasa Minahasa adalah bahasa-bahasa di Minahasa. Bahasa-bahasa yang dimaksud lebih tepat sebagai dialek bahasa-bahasa seperti halnya dalam bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Sunda dan bahasa Minangkabau, Bagaimana dengan bahasa Manado di wilayah Minahasa? Bahasa Manado adalah sebuah dialek bahasa Melayu. Bahasa Melayu Manado memiliki kesamaan dengan dialek bahasa Melayu di wilayah Sunda (bahasa Betawi).


Rumpun bahasa Minahasa adalah sekelompok bahasa Melayu-Polinesia yang di pertuturkan di Sulawesi Utara. Kelompok ini termasuk dalam rumpun bahasa Filipina. Bahasanya adalah: Kelompok Minahasa Utara: Kelompok Timur Laut: bahasa Tondano; bahasa Tombulu; bahasa Tonsea; bahasa Tonsawang; bahasa Tontemboan. Adelaar dan Himmelmann (2005) mengklasifikasikan Sangirik dan Minahasa sebagai cabang dari bahasa Filipina. Namun, analisis 2008 dari Austronesian Basic Vocabulary Database ditemukan moderat (80%) dukungan bagi keluarga Sangir-Minahasa, yang ditempatkan dalam suatu kelompok bahasa Melayu–Polinesia Inti (Wikipedia). Bahasa Minahasa dialek Tountemboan dituturkan di Desa Poopo, Passi Timur, Bolaang Mongondow; Desa Paku Ure II, Tenga dan Desa Ritey, Amurang Timur, Minahasa Selatan; Desa Tombasian Atas, Kawangkoan Barat, Minahasa; Desa Saluan Satu, Tareran, Minahasa; Desa Tumaratas, Langowan Barat, Minahasa; Dialek Toulour Jaton dituturkan di Desa Pulutan, Remboken, Minahasa; Desa Kakenturan, Modoinding, Minahasa Selatan; Desa Kayuroya, Lembean Timur, Minahasa; Dialek Tombulu dituturkan di Desa Lemoh, Tombariri Timur, Minahasa dan Kelurahan Woloan Dua, Tomohon Barat, Kota Tomohon. Persentase perbedaan antardialek itu berkisar antara 68%--77% (Wikibuku).

Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Minahasa? Seperti disebut di atas bahasa Minahasa terdiri dari dialek-dialek bahasa Tondano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Tontemboan. Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Minahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 10 September 2023

Sejarah Bahasa (12): Bahasa Banjar, Selatan Kalimantan; Bahasa Minangkabau Sumatra, Betawi di Jawa, Bahasa Iban Borneo Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Seberapa dekat bahasa Banjar dengan bahasa Melayu? Pertanyaan yang sama untuk bahasa Minangkabau di Sumatra, bahasa Betawi di Jawa dan bahasa Iban di Borneo Utara. Jika bahasa Banjar terbentuk di pantai selatan pulau Kalimantan, seberapa tua bahasa Banjar. Dengan memisahkan bahasa-bahasa Dayak, bagaimana hubungan bahasa Banjar dengan bahasa tetangga terdekat bahasa Kutai dan bahasa Berau?


Bahasa Banjar adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh etnis Banjar yang merupakan etnis pribumi yang berasal dari daerah Banjar di Kalimantan Selatan. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Banjar termasuk kelompok bahasa Melayu, Borneo Timur. Kelompok Borneo Timur pula menurunkan dua kelompok, yaitu Borneo Utara dan Borneo Tenggara. Borneo Tenggara menurunkan satu cabang yang akhirnya menurunkan bahasa Berau dan bahasa Kutai, satu cabang lagi disebut sebagai kelompok Borneo Selatan yang menurunkan bahasa Banjar dan Bukit. Beberapa dialek Melayu di Borneo tersebut ada yang hanya menurunkan 3 vokal saja, yaitu: /i/; /u/; /a/. Collin (1991) menemukan gejala penyatuan vokal e dan a menjadi /a/ di Berau dan juga dialek lain di timur pulau Borneo, yakni dalam dialek Banjar dan Kutai (Kota Bangun). Walaupun bahasa Banjar dianggap sebagai bahasa Melayu, tetapi faktanya tidak ada kekerabatan dengan bahasa Melayu lainnya. Di tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar, yaitu Banjar Kuala dan Banjar Hulu. Masyarakat Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar yang ditulis dengan aksara Arab. Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banjar di Kalimantan Selatan? Seperti disebut di atas, bahasa Banjar diduga mirip bahasa Melayu seperti halnya bahasa Minangkabau di Sumatra, bahasa Betawi di Jawa dan bahasa Iban di Borneo Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Banjar di Kalimantan Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (11): Bahasa Bugis Sulawesi Selatan dan Ragam Dialek; Seberapa Dekat Bahasa Makassar dengan Bahasa Bugis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa menunjukkan bangsa. Seperti umumnya identifikasi bahasa mengindikasikan nama etnik, bahasa Bugis juga menunjukkan orang (etnik) Bugis. Bahasa Bugis utamanya ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan dengan berbagai dialek. Pada masa ini penutur bahasa Bugis ditemukan di berbagai wilayah. Dialek bahasa Bugis yang mana yang digunakan di luar wilayah Sulawesi Selatan. Di wilayah Sumatra Utara tidak ditemukan secara signifikan penutur bahasa Bugis. Mengapa? Terlalu jauh. Bagaimana dengan di wilayah Sulawesi Utara.


Bahasa Bugis adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Austronesia. Penutur bahasa Bugis umumnya di Sulawesi Selatan, terutama di kabupaten Maros, Pangkajene dan kepulauan, Barru, Majene, Luwu, Sidenreng Rappang, Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai, Pinrang, Parepare. Bahasa Bugis juga dipertuturkan di sebagian wilayah di kabupaten Enrekang, Majene, dan Bulukumba. Dalam bahasa Bugis, bahasa disebut Basa Ugi dan suku Bugis disebut To Ugi. Menurut mitos, istilah Ugi diambil dari nama La Sattumpugi, raja pertama Cina kerajaan kuno di tanah Bugis. To Ugi diartikan "pengikut La Sattumpugi". Hanya sedikit diketahui sejarah awal bahasa Bugis. Catatan paling awal adalah Sureq Galigo. Sumber tertulis lain adalah Lontara. Catatan sejarah Lontara paling awal berasal dari sekitar abad ke-17. Bahasa Bugis terdiri beberapa dialek. Kosakata dialek Pinrang dan Sidrap menyebut "loka" untuk pisang, sementara dialek Bugis lain menyebut "otti" atau "utti". Dialek Sinjai setiap bahasa Bugis menggunakan huruf ‘w’ diganti dengan ‘h’, seperti ‘diawa’ menjadi ‘diaha’. Huruf ‘c’, dalam dialek Sinjai berubah menjadi ‘sy’ seperti ‘cappa’ (ujung) menjadi ‘syappa’.  (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bugis di Sulawesi Selatan dan ragam dialek? Seperti disebut di atas, bahasa Bugis terutama di wilayah Sulawesi Selatan dengan ragam dialeknya. Bahasa Bugis kini ditemukan di berbagai wilayah. Seberapa dekat bahasa Makassar dengan bahasa Bugis? Lalu bagaimana sejarah bahasa Bugis di Sulawesi Selatan dan ragam dialek? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 09 September 2023

Sejarah Bahasa (10): Bahasa Osing, Warisan Bahasa Kawi? Bahasa Osing di Banyuwangi Ada Diantara Bahasa Jawa, Madura dan Bali


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Di pulau Jawa, sejatinya berawal dari banyak bahasa-bahasa asli. Lalu bagaimana antara bahasa Jawa dan bahasa Sunda? Seperti halnya di pulau Jawa, di pulau Madura juga awalnya memiliki bahasa asli tersendiri. Lantas bagaimana hubungannya bahasa Madura dengan bahasa Jawa. Dalam konteks itulah posisi bahasa Osing di pulau Jawa. Bahasa Osing bukan bahasa Jawa, dan juga bukan bahasa Madura. Selain bahasa Osing juga ada bahasa Tengger. Last but not least: bagaimana dengan bahasa Banyumas/Tegal? Apakah bahasa Jawa telah menjadi lingua franca di daratan pulau Jawa, layaknya bahasa Melayu di lautan Nusantara?


Bahasa Osing (bahasa Banyuwangi) adalah ​sebuah varietas dari bahasa Jawa yang dituturkan oleh suku Osing di Banyuwangi. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Using mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain: adanya diftong [ai] untuk vokal [i]: semua leksikon berakhiran i pada Bahasa Osing selalu terlafal sebagai/ai/; diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran u hampir selalu dilafalkan sebagai /a/. Bahasa Using mempunyai kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuna yang masih tertinggal. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya di wilayah Giri, Glagah dan Licin, di mana Bahasa Using di sana masih dianggap murni. Kosakata Bahasa Using merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Kuna, akan tetapi menurut penelitian oleh Prof. Dr. Suparman Heru Santosa: Bahasa Using sudah memisahkan diri dari Bahasa Jawa Pertengahan sejak tahun 1400 M hingga 1500 M, dengan demikian sebelum Kerajaan Blambangan berdiri pun Bahasa Using sudah berkembang dan digunakan di Banyuwangi. Sehingga ada beberapa kata pada Bahasa Using yang berasal dari Bahasa Jawa Kuna, serta adanya pengaruh Bahasa Bali sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini, seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Osing, sisa bahasa Kawi? Seperti disebut di atas, di pulau Jawa awalnya banyak bahasa-bahasa asli. Apakah bahasa Osing sisa bahasa asli? Bahasa Osing di Banyuwangi berada diantara bahasa Jawa, bahasa Madura dan bahasa Bali. Lalu bagaimana sejarah bahasa Osing, sisa bahasa Kawi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (9): Bahasa Sasak di Pulau Lombok, Mengapa? Bahasa Bali di Pulau Bali - Bahasa Sumbawa di Pulau Sumbawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sasak di pulau Lombok. Mengapa Namanya bukan bahasa Lombok di pulau Lombok seperti halnya bahasa Bali di pulau Bali dan bahasa Sumbawa di pulau Sumbawa. Itu satu hal. Dalam hal ini bagaimana sejarah bahasa Sasak di pulau Lombok. Ada pengaruh bahasa Bali di pulau Lombok dan pengaruh bahasa Sumbawa di pulau Lombok.


Bahasa Sasak merupakan bahasa ibu yang dituturkan oleh suku Sasak yang menjadi etnis mayoritas di pulau Lombok. Bahasa ini berkerabat dekat bahasa Bali dan bahasa Sumbawa. Bahasa Sasak mempunyai sistem tingkatan bahasa, mirip dengan bahasa Jawa dan Bali. Ahli bahasa Austronesia, K. Alexander Adelaar, mengklasifikasikan bahasa Sasak sebagai bagian dari subkelompok Melayu–Sumbawa dari rumpun bahasa Melayu–Polinesia. Bahasa Kawi, yang merupakan ragam literer dari bahasa Jawa Kuna, telah mempengaruhi bahasa Sasak secara signifikan. Bahasa Kawi digunakan di dalam seni pewayangan Sasak, syair-syair, dan dalam beberapa naskah lontar, terkadang bercampur dengan bahasa Sasak. Bahasa Sasak memiliki keragaman dialek, baik secara fonologi, kosakata maupun tata bahasa: Kutó-Kuté (Sasak Utara), Nggetó-Nggeté (Sasak Timur Laut), Menó-Mené (Sasak Tengah), Ngenó-Ngené (Sasak Timur-Tengah, Sasak Barat-Tengah) dan Meriaq-Meriku (Sasak Selatan-Tengah). Orang Sasak memilki tradisi menulis dengan perantara daun lontar yang dikeringkan. Tradisi baca-tulis mungkin dikenalkan pada abad ke-14 oleh kemaharajaan Hindu-Buddha Majapahit. Naskah-naskah lontar tertua yang bertahan berasal dari abad ke-19. Lontar Lombok ditulis dalam bahasa Sasak. Naskah-naskah ini menggunakan aksara hanacaraka, sebuah sistem penulisan yang hampir serupa dengan aksara Bali. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sasak di pulau Lombok? Seperti disebut di atas, bahasa Sasak terdapat di pulau Lombok. Bagaimana dengan bahasa Bali di pulau Bali dan bahasa Sumbawa di pulau Sumbawa? Lalu bagaimana sejarah bahasa Sasak di pulau Lombok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.