Sabtu, 06 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (217): Pahlawan Nasional Diasingkan di Afrika Selatan 1693; Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1626-1699)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada sejumlah Pahlawan Nasional pernah diasingkan, tetapi hanya beberapa yang diasingkan ke luar negeri. Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1626-1699) diasingkan ke negeri jauh di Afrika Selatan. Disebutkan Syekh Yusuf oleh warganya sebagai Tuanta Salamaka ri Gowa (tuan guru penyelamat kita dari Gowa). Syekh Yusuf tumbuh semasa Sultan Alauddin (1593-1639) di kerajaan Gowa (sultan pertama yang muslim). Sepulang dari Mekkah disebutkan Syekh Yusuf menjadi mufti di Banten. Saat mana kesultanan Banten (Sultan Tirtajasa), dikalahkan VOC (Belanda) tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka pada September 1684 dan kemudian dipindahkan ke Afrika Selatan pada bulan Juli 1693.

Salah satu tempat pengasigan pada era VOC adalah di Afrika Selatan (Goode Hoop). Jauh sebelum Syekh Yusuf Tajul Khalwati diasingkan, sudah banyak pemimpin pribumi yang diasingkan ke Afrika Selatan. Setahun yang lalu seorang warga Indonesia mewakili kawan-kawanya di Cape Town (Afrika Selatan) mengirim kepada saya foto sebuah prasasti untuk dimintai komentar atas prasasti tersebut. Di dalam prasasti itu disebut pada tanggal 24 Januari 1667, melalui kapal Polsbroek dari Batavia tiga pemimpin dari pantai barat Sumatra diasingkan. Mereka ini sejatinya dapat dikatakan gelombang pertama pribumi yang diasingkan ke Afrika Selatan. Saya menjawab pertanyaan rekan kita dari Cape Town itu bahwa para pemimpin itu melakukan perlawanan kepada pemerintah VOC, yakni ketika para militer VOC melakukan ekspedisi ke pantai barat Sumatra tahun 1665 untuk mengusir pengaruh Aceh. Militer VOC ini turut dibantu oleh pasukan Aroe Palakka (Bone). Pemimpin perlawanan, yang notabene perwakilan Aceh di pantai barat Sumatra, inilah yang ditangkap dibawa ke Batavia dan tiga tokohnya diasingkan ke Afrika Selatan. Besar dugaan ketiga pemimpin itu adalah raja Pasaman, raja Ticoe dan raja Pariaman/Paoeh.

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1626-1699) asal Gowa? Seperti disebut di atas, Syekh Yusuf yang berasal dari (kerajaan) Gowa menjadi mufti (kerajaan) Banten. Saat terjadi peristiwa politik di Banten (antara anak dan ayah), Syekh Yusuf salah satu yang ditangkap dan diasingkan ke Afrika Selatan. Lalu bagaimana sejarah Syekh Yusuf asal Gowa berjuang di Banten dan kemudian diasingkan ke Afrika Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Nasional Diasingkan di Afrika Selatan, 1693

Kudeta di kerajaan Banten menyebabkan penduduk Banten terbelah. Pasukan yang dipimpin sang anak mempertahankan kota dan kerajaan, sementara sang ayah yang terusir dari kraton lebih memilih menyingkir ke arah timur hingga perbatasan sungai Tangerang (sungai Tjisadane). Riak-riak politik di kerajaan Banten sudah dimulai tahun 1682 dan memuncak pada tahun 1683. Majoor St Martin berhasil meredakan situasi. Para pengikut sang ayah (Sultan Tirtajasa) banyak ditangkap.

Sejak 1679 di wilayah hilir sungai Tangerang sudah ada seorang pengusaha yang membuka lahan. Adanya eskalasi politik di Banten,membuat sang pengusaha membentengi diri (menjadi awal benteng Tangerang; kini di pusat kota Tangerang). Oleh karena mulai ada hambatan pelayaran ke arah muara (laut) pengusaha van Mook merintis pembangunan kanal ke arah Batavia (benteng Angke) di Pesing. Kanal yang selesai dibangun 1687 (pasca huru hara di Banten) dikenal senagai Mookervaart yang pada saat ini masih eksis sebagai sungai/kanal di sisi selatan jalan Daan Mogoot (dari Tangerang ke Pesing).

Seperti disebut di berbagai tulisan, Syekh Yusuf Tajul Khalwati diduga salah satu yang ditangkap sebagai pengikut Sultan Tirtajasa, Pangeran Hadji yang telah bekerjasama dengan VOC di Batavia, situasi dan kondisi di Banten mulai kondusif. Batas wilayah VOC (kerajaan Jacatra) dengan kerajaan Banten sendiri adalah sungai Tjisadane mulai dari muara hingga ke benteng Sampoera (kini Serpong). Akibat kerjasama ini, pengaruh VOC semakin kuat di Banten, sebaliknya pengaruh Inggris dengan sendirinya berkurang.

Dalam surat kabar Oprechte Haerlemsche courant, 04-05-1686 disebutkan bahwa di Den Haag tanggal 2 Mei. Tuan Skelton, Utusan Luar Biasa dari Yang Mulia Kerajaan Inggris, diketahui pada pertemuan Hoog Mog telah menyampaikan Memoar yang intinya mengharuskan penghentian sehubungan dengan masalah Banten serta yang terjadi di tempat Gombron (Bandar Abbas, Iran), Malabar (pantai barat India, Mumbai) dan Makassar: Dalam pertemuan tingkat tinggi juga hadir Prince van Orange. Perwakilan-perwakilan negara lain yang juga ada hubungan baik dengan VOC juga hadir seperti Swedia dan Denmark. Dua bulan kemudian di Den Haag pada tanggal 2 Juli, De Heeren Oost Indische Compagnie baik disini maupun di pertemuan, dipahami telah mengirimkan pesan tentang subjek tentang Bantam, &c., kepada Hoog Mog. (lihat Oprechte Haerlemsche courant, 04-07-1686). Pada tahun 1687 sudah diketahui nama kapal VOC bernama Bantam (lihat Amsterdamse courant, 26-08-1688). Disebutkan 1 Desember kapal-kapal dari Osst Indie diantaranya Ridderschap van Hollandt dan Bantam tiba dengan kargo dari Ceylon. Muatan sebanyal 81 item mata dagangan diantara lada (paling banyak volumenya), getah puli, indigo, benzoin Batak (kemenyan), cendana Bima, cardamom (kapulaga), caneel (kayumanis) dan sendawa. Nama kapal Bantam ini masih terdeteksi hingga tahun 1697.

Dalam situasi kondisi inilah Syekh Yusuf Tajul Khalwati diduga diasingkan ke Ceylon (dan kemudian ke Afrika Selatan). Sebab, pengaruh VOC tidak hanya semakin menguat di Banten, tetapi juga di India. Dengan hilangnya pengaruh Inggris di Malabar maka pengaruh VOC semakin kuat di India (bagian barat). Di Ceylon pengaruh VOC sudah sejak lama (setelah menghalau pengaruh Portugis).

Afrika Selatan sendiri awalnya adalah wilayah yurisdiksi Portugis. Pada pelayaran Belanda pertama tahun 1595 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mengambil tempat di Madagaskar. Setelah pelaut-pelaut Belanda menaklukkan Portugis di Amboina (1605) dan di Solor dan Koepang (1612) diduga posisi Portugis di Afrika Selatan juga diduga kuat digusur oleh Belanda. Salah satu orang terkenal kelahiran Afrika Selatan adalah Abraham van Riebeeck lahir 18 Oktober 1653. Ketika ayahnya (Jan van Riebeeck) pindah ke Batavia ia berangkat studi ke Belanda 1662. Di Belanda dia meneruskan pendidikan tinggi di bidang hukum di Leiden University (1673-1676). Usai kuliah  ia menjadi pedagang dengan VOC dan berlayar ke Batavia 1677. Abraham van Riebeeck diangkat sebagai gubernur di Malabar. Sepulang dari Malabar di Batavia menjadi sekretaris VOC. Pada tahun 1703 Abraham van Riebeeck memimpin ekspedisi ke Pakuan. Setelah sukses mengembangkan pertanian di wilayah Batavia, Preanger dan Carawang, Abraham van Riebeeckpada tahun 1709 diangkat menjadi Gubernur Jenderal. Pada tahun 1710 Abraham van Riebeeck mengintroduksi tanaman kopi yang didatangkan dari Malabar dan uji coba di Tangerang. Inilah awal dunia kopi di Indonesia. Abraham van Riebeeck adalah putra dari Jan van Riebeeck yang dianggap sebagai pendiri koloni Belanda di Afrika Selatan. Namanya pernah diabadikan sebagai nama kapal ss ‘van Riebeeck’ (lihat Het nieuws van den dag: kleine courant, 13-10-1890). Sudah barang tentu, ketika tiga pemimpin dari pantai barat Sumatra diasingkan ke Afrika Selatan pada tahun 1667 sudah eksis VOC yang diduga sebagai mantan gubernur adalah ayah Abraham van Riebeeck.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1626-1699) Asal Gowa

Jauh sebelum Syekh Yusuf Tajul Khalwati diasingkan ke Afrika Selatan tahun 1693, kawasan selatan benua Afrika ini bukanlah daerah kosong. Bahkan wilayah selatan benua Afrika ini sudah dihuni oleh penduduk yang berasal dari Hindia Timur (baca: Indonesia), bahkan jauh sebelum tiga pemimpin dari pantai barat Sumatra pada tahun1667.. Keterangan ini ditemukan dalam catatan pelayaran pertama Belanda ke Hindia Timur (1595-1597).

Frederik de Houtman pada tahun 1596 membuat perbandingan bahasa Malagasi dengan bahasa Melayu di pulau Madagaskar. Frederik de Hourman adalah adik Cornelis de Houtman yang menjadi ahli bahasa dalam pelayaran Belanda pertama tersebut. Dengan modal kamus bahasa Melayu yang dikumpulkan di Madagaskar ini tiga kapal yang dipimpin Cornelis de Houtman berlayar ke Hindia. Kamus baru (Belanda) ini adalah kamus lama (Portugis) yang dibawa diperkaya di Madagaskar. Saat itu Portugis berbasis di Goode Hoop (pantai selatan Afrika). Pelaut-pelaut Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman lebih memilih di Madasgar untuk banyak tujuan (aklimatisasi, perbaikan kapal, menunggu angin munson dan sebagainya). Selama enam bulan di pulau itu Frederik de Houtman mempelajari bahasa setempat, yang notabene banyak kesamaan dengan bahasa yang dibawanya dari Eropa (buatan Portugis/Spanyol). Frederick de Houtman mendapat keterangan sebagain penduduk yaang bermukim berasal dari Hindia Timur. Mereka sudah beberapa dekade di pulau itu (termasuk Afrika Selatan) bahkan berabad-abad sebagai pekerja sejak awal kehadiran Portugis di Hindia Timur, bahkan jauh sebelum kehadiran Portugis, Sebagaimana diketahui orang-orang Moor sudah berabad-abad melakukan perdagangan ke Hindia Timur. Orang Moor adalah pelaut/pedagang beragama Islam berasal dari Laut Mediterania (Afrika Utara) seperti Maurutania, Marokko dan Tunisia (pasca Perang Salib di Eropa/Spanyol)..

Saat kali pertama tiba di Afrika Selatan tahun 1693, Syekh Yusuf Tajul Khalwati boleh jadi tidak merasa asing di Afrika Selatan. Tidak sulit menemukan komunitas-komunitas Hindia Timur berbahasa Melayu di Afrika. Sudah barang tentu sebagian atau seluruhnya mereka beragama.Tiga pemimpin yang diasingkan tahun 1667 dari pantai barat Sumatra (yang berafiliasi dengan Aceh) tentu saja para pemimpin yang memiliki pengetahuan agama (Islam) yang memadai. Apalagi kawasan itu sudah sejak era Portugis cukup banyak orang-orang Hindia Timur yang berbahasa Melayu ditempatkan di Afrika Selatan (pulau Madagaskar) bahkan jauh sebelumnya pada era orang-orang Moor. Bahasa Melayu adalah bahasa Nusantara yang meluas hingga ke Madagaskar dan Afrika Selatan (sejak orang-orang Moor). Tentu saja Syekh Yusuf Tajul Khalwati berbahasa Melayu, karena datang dari (kerajaan) Banten dan berasal dari (kerajaan) Gowa, dimana di duna kerajaa pantai ini juga sebagai lungua franca adalah bahasa Melayu.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar