Kamis, 23 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (311): Pahlawan Indonesia Ani Manoppo, Sarjana Hukum; Parada Harahap dan Abdoel Abbas Siregar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Abbas Manoppo adalah wanita Indonesia pertama menjadi sarjana hukum di Rechthoogeschool Batavia. Parada Harahap bukan revolusioner biasa. Parada Harahap pimpinan surat kabar Bintang Timoer memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang termasuk di dalamnya Drs Mohamad Hatta. Saat itu saudara Ani Manoppo yang studi di RHS Batavia adalah salah satu redaktur Bintang Timoer. Teman sekampus Ani adalah kerabat dari Parada Harahap bernama Abdoel Abbas Siregar. Ani Manoppo, wanita Indonesia pertama menjadi Sarjana Hukum di dalam negeri menginsipirasi Parada Harahap mengarahkan putri sulungnya Aida Dalkit Harahap studi hukum (lulus dari Universitas Indonesia, 1959).

Prof. Mr. Ani Abbas Manopo (4 Mei 1909 – ?) adalah wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum (Meester in de Rechten). Dia menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool di Batavia. Dia pernah menjadi dekan fakultas hukum di Universitas Sumatra Utara dan Universitas Negeri Medan. Ani lahir di Langowan, Minahasa. Orang tua Ani adalah Wolter Manopo dan Anna Massie. Pada tahun 1915, ia masuk sekolah dasar HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Kemudian dari tahun 1923 hingga 1927, Ani sekolah MULO di Tondano (sekitar 20 Km dari Langowan). Ani melanjutkan studi di AMS Bandung. Di antara teman sekelas Manopo di sekolah ini adalah Mohammad Natsir dan Sutan Sjahrir. Pada tahun 1930, Manopo memulai studinya di RHS Batavia. Dia bertemu dan menikah dengan Abdul Abbas, yang juga studi di RHS. Ani lulus dari RHS pada tahun 1935 dan menjadi wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum. Pada tahun 1945, suami Manopo diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Abbas menjadi wakil pemerintah Indonesia di Sumatra. Manopo mengikuti suaminya dalam perjalanan untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Sumatra sampai ke kota Medan, yang kemudian menjadi kota di mana mereka menetap. Selain menjadi advokat, Manopo ikut serta dalam pencetusan dan pembentukan fakultas hukum di Universitas Sumatera Utara. Dia kemudian menjadi dekan fakultas tersebut pada tahun 1955. Pada tahun 1957, ia ikut serta dalam pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di universitas yang sama. Ia juga menjadi dekan fakultas ini pada tahun 1957. Fakultas ini adalah cikal bakal Universitas Negeri Medan (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Indonesia Ani Manoppo? Seperti disebut di atas, Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Manopo, wanita Indonesia pertama sarjana hukum di dalam negeri yang kemudian Ani Abbas Manoppo menjadi guru besar fakultas hukum Universitas Sumatra Utara. Suaminya Mr Abdoel Abbas Manoppo, anggota PPKI pernah menjadi ketua presidium Republik Indonesia di Tapanoeli 1949. Lalu bagaimana sejarah Ani Manoppo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia Ani Manoppo, Sarjana Hukum: Parada Harahap dan Johan Manoppo

Ani Manoppo melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah (AMS) di Bandoeng TAHUN 1927. Saudaranya, Johan Manoppo bekerja di Batavia sebagai redaktur surat kabar Bintang Timoer (lihat De Indische courant, 10-10-1927). Pada tahun 1928 Ani Manoppo naik kelas dari kelas empat ke kelas lima (lihat De koerier, 07-05-1928). Disebutkan di AMS Bandoeng afdeeling Westersch Klassieke lulus ujian dari kelas empat ke kelas lima antara lain AH Manopo.Gele Haroen al Rasjid Nasoetion, Mohamad Natsir, RR Siti Soendari, RM Soelasmirah dan Masmoein.

Di atas mereka satu rahun antara lain I G Ktoet Poedja, R Santoso dan Soetan Sjahrir. Yang lulus ujian akhir antara lain R Samsoedin, Catatan: Sekolah AMS terdapat di beberapa tempat seperti Batavia, Bandoeng dan Jongjakarta. Lama studi enam tahun (siswa yang diterima lulusan HIS). Lulusan MULO yang diterima ditempatkan di kelas empat. Ani Manopo disebut lulusan MULO di Tondano. Gele Haroen seperti kita lihat nanti melajutkan studi hukum ke Belanda. Mr Gele Haroen menjadi Residen Lampoeng pertama.  Nama Soetan Sjahrir dan M Natsir menjadi Perdana Menteri.

Ani Manoppo lulus tahun 1930. Ani Manoppo tidak melanjutkan studi ke Belanda, tetapi lebih memilih di sekolah hukum Rechthoogeschool di Baatavia. Teman-teman yang disebut di atas juga lulus dari AMS Bandoeng. Dengan kata lain, Ani Manoppo dan teman-temannya yang disebut tersebut lancar dalam studi di AMS Bandoeng.

Perempuan pertama Indonesia studi ke Belanda adalah Ida Loemonggan Nasution tahun 1922 (lulusan HBS PHS Batavia). Ida Loemongga meraih gelar dokter di Univ, Utrecht tahun 1927 dan gelar doktor (Ph.D) bidang kedokteran di Univ, Amsterdam tahun 1932 (doktor perempuan Indonesia pertama). Dua diantara teman sekelas Ani Manoppo melanjutkan studi ke Belanda. Masmoein berdasarkan manifes kapal bulan Juli 1930 berangkat ke Belanda, sementara Gele Haroen berangkat bulan September 1931 (satu kapal dengan FJ Inkiriwang dan Egon Onggara Hakim). Egon Onggara adalah sepupu Gele Haroen yang lulus ELS di Padang langsung studi ke Belanda tahun 1924. Ir. FJ Inkiriwang kelak menjadi Menteri. Mr Egon Hakim anak wali kota Padang Dr Abdoel Hakim Nasution menculik dan mengamankan Ir Soekarno di Padang saat akan dievakuasi Belanda ke Australia tahun 1942.  Dr Ida Loemongga Nasution adalah kelahiran Padang Sidempoean, anak pertama Dr Haroen Al Radjid di Telok Betoeng (saudara perempuan Gele Haroen).

Pada tahun 1931 Ani Monoppo lulus ujian kandidat pertama di Rechthoogeschool (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-07-1931). Disebutkan di Rechthoogeschool lulus ujian kandidat pertama antara lain nona AH Manopo dan M Taib Dalimonte.

Rechthoogeschool dibuka tahun 1924. Sebelumnya yang ada adalah sekolah menengah hukum Recht School di Batavia yang kemudian ditutup dan kemudian dibentuk Rechthoogeschool. Fakultas ini adalah fakultas kedua di Hindia setelah setelah sebelumnya THS di Bandoeng dibuka tahun 1920. Untuk mendapatkan gelar sarjana hukum (Mr) biasanya lulusan Recht School melanjutkan studi ke Belanda. Dua orang Indonesia pertama meraih gelar sarjana hukum (Mr) di Belanda adalah Mr. Gondokoesoemo dan RM Koesoema Atmadja. Keduanya menaljutkan ke tingkat doktoral dan berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) tahun 1922. Lalu kemudian menyusul doktor (Ph.D) berikutnya R Soegondo pada tahun 1923 dan Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi pada tahun 1925. Setelah Rechthoogeschool dibuka tahun 1924 siswa-siswa sudah sangat jarang melanjutkan studi hukum ke Belanda karena sudah bisa di Batavia dengan gelar yang sama (Mr). Rechthoogeschool semakin terkenal karena panitia Kongres Pemuda 1028 pentolannya mahasiswa Rechthoogeschool yakni Soegondo (ketua), Djokomarsadi (wakil ketua), Mohamad Jamin (sekretaris) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (bendahara). Djokomarsaida adalah salah satu angkatan pertama (masuk 1924); Soegondo masuk 1925 dan M Jamin dan Amir Sjarifoeddin Harahap (sama-sama masuk 1926), M Taib Dalimoente adalah sepupu Gele Haroen (dari pihak ibu).

Pada tahun 1933 AH Manoppo lulus ujian doktoral pertama (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 25-07-1933). Tinggal dua tahap lagi AH Manoppo akan menjadi sarjana hukum. Nona AH Manoppo terbilang studinya lancar, masuk tahun 1930, seperti kita lihat nanti lulus tahun 1935 (lima tahun). Sementara para seniornya yang aktivis Koengres Pemuda 1928  belum ada yang lulus. Bahkan Djokomarsaid yang angkatan pertama (masuk 1924) baru lulus dengan gelar Mr pada tahun 1936 (sementara Mohamad Jamin dan Amir Sjarifoeddin Harahap) keduanya lulus tahun 1937.

Pada tahun 1933 ini adalah masa genting. Para revolusioner seperti Ir Soekarno dan Ir Anwari ditangkap dan akan diasingkan. Surat kabar revolusioner juga semua dibreidel termasuk surat kabar Bintang Timoer yang dipimpin Parada Harahap dimana saudara Ani Manoppo sebagai satu editor. Melihat ini, Parada Harahap yang pernah membingkar kasus poenalie sancti di Deli 1918 marah besar. Parada Haraha[ lalu memimpin tujuh revolusioner berangkat ke Jepang untuk menjalin kerjasama ekonomi dan peningkatan pengetahuan. Mereka berangkat pada bulan November 1933 dengan kapal Panama Maru. Diantara tujuh revolusioner terdapat Abdoellah Lubis pemipin surat kabar Pewarta Deli di Medan, Drs, Sjamsi Widagda, Ph.D guru di Taman Siswa Bandoeng dan Drs Mohamad Hatta yang belum lama pulang studi dari Belanda. Tujuh revolusioner ini baru kembali ke tanah air dengan kapal Jepang dan merapat di pelabuhan Tandjoeng Perak Soerabaja tanggal 14 Januari 1934. Pada hari yang sama Ir Soekarno diberangkatkan dari pelabuhan Tandjong Priok Baravia untuk diasingkan ke Flores. Tampaknya gerakan tujuh revolusioner menyebabkan pemerintah memulihkan semua surat kabar yang dibreidel (mungkin untuk sedikit menenangkan penduduk Indonesia yang tengah marah karena Ir Soekarno ‘dibuang’ ke Ende, Flores.

Nona AH Manoppo lulus ujian doktoral kedua di Rechthoogeschool pada bulan Februari 1935 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-02-1935). Pada bulan November nona AH Manoppo lulus ujian doktoral ketiga (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-11-1935).

Pacar nona AH Manoppo di kampus yang sama, Abdoel Abbas Siregar lulus ujian doktoral pertama di Rechthoogeschool (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-09-1935). Disebutkan di Rechthoogeschool lulus ujian doktoral pertama Abdoel Abbas Siregar. Abdoel Abbas pada awalnya setelah lulus HIS di Medan melanjutkan studi k e sekolah kedokteran (STOVIA). Pada tahun 1927 Abdoel Abbas lulus ujian naik dari kelas tiga persiapan ke kelas satu medik (lihat De Indische courant, 14-05-1926). Pada tahun 1927 naik ke kelas dua medik (lihat  Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-05-1927). Dalam saftar ini satu kelas dengan Abdoel Abbas antara lain Assaat dan Soekiman. Di bawah mereka satu tahun antara lain Armijn Pane, Abdoel Gani, Sjamsoedin, R Mohamad Roem dan Soedarsono.  Abdoel Abbas dan Assat tidak melanjutkan studi di STOVIA, tetapi transfer ke AMS. Tahun berikutnya, kecuali Armijn Pane yang melanjutkan ke AMS di Solo, semuanya melanjutkan ke AMS Batavia. Pada tahun 1929 Assaat dan Abdoel Abbas lulus ujian akhir di AMS afd, B Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-05-1929). Abdoel Abbas dan Assaat sama-sama melanjutkan studi ke Rechthoogeschool Batavia. Pada tahun 1932 Abdoel Abbas dan Assat diterima di Rechthoogeschol. Pada tahun 1933 Assaat dan Abdoel Abbas lulus ujian kandidat pertama (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-04-1933). Adik-adik kelas mereka yang di AMS yang disebut diketahui juga melanjutkan studi Rechthoogeschool Batavia.

Setelah lulus sarjana hukum di Rechthoogeschool nona AH Manoppo tidak terinformasikan bekerja dimana? Besar dugaan menjadi guru di sekolah Pergoeroean Rakjat di gang Kenari (dekat gedung PPPKI) dimana juga Mr Amir Sjarifoeddin Harahap pernah mengajar. Gedung PPPKI ini masih eksis hingga ini hari di jalan Kenari (kini lebih dikenal gedung MH Thamrin).

Disebut gedung MH Thamrin boleh jadi karena gedung itu dibangun setelah PPPKI (federasi organisasi kebangsaan Indonesia) dibentuk tahun 1927 dimana sebagai ketua MH Thamrin dan Parada Harahap sebagai sekretaris. Untuk pembangunan gedung itu, MH Thamrin menghibahkan tanah miliknya. MH Thamrin adalah tokoh organisasi kebangsaan Kaoem Betawi. MH Thamrin adalah mertua dari Mr Egon Onggara Hakim Nasution (lulus sarjana hukum dari Belanda tahun 1936) dan menjadi advocat di Padang. Besan MH Thamrin (ayah Egom Hakim) adalah Dr Abdoel Hakim Nasution sejak 1932 sebagai wakil wali kota (locoburgemeester) Padang (sementara MH Tahmrin adalah wakil wali kota Batavia, sejak 1931). Hanya mereka berdua pribumi yang menjabat setingkat wakil wali kota. Mr Egon Hakim (di Padang) adalah sepupu dari Mr Gele Haroen (di Telok Betoeng).

Abdoel Abbas kemudian diketahui telah lulus dengan gelar Mr dan bekerja sebagai advokat di Telok Betoeng dengan wilayah kerja Residentie Lampoeng. Mr Gele Haroen yang kembali pulang studi dari Belanda tahun 1938 bekerja sama dengan Mr Abdoel Abbas di wilayah kerja hukum residentie Lampoeng.

Para aktivis mahasiswa Rechthoogeschool sangat jarang bekerja untuk pemerintah. Mereka yang telah lulus dengan gelar sarjana hukum (Mr) lebih memilih sebagai guru dan advokat. Sejak 1937 Mr Mohamad Jamin, Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mr Sjamsoedin membuka firma hukum di Soekaboemi. Mr Sjamsoedin adalah putra asli Soekaboemi yang menjadi sekretaris Partai Indonesia (Partindo) cabang Batavia dimana sebagai ketua Amir Sjarifoeddin Harahap; sedangkan ketua Partindo cabang Soerabaja adalah Mohamad Jamin. Ketua umum Pertindo adalah Mr Sartono (lulusan Recht School yang melanjutkan studi ke Belanda dan mendapat gelar Mr pada tahun 1932). Partindo adalah suksesi PNI yang dipimpin Ir Soekarno (yang telah diasingkan ke Flores). Saudara Mr Ani Manoppo, yakni Johan Manoppo mantan redaktur Bintang Timoer pada tahun 1937 ini diketahui tinggal di Soekaboemi (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-10-1937).  Yang menjadi pertanyaan mengapa dua keluarga Manoppo ini begitu dekat dengan orang-orang Tapanoeli?

Pada tahun 1939 diketahui Mr Abdoel Abbas sebagai ketua Parindra afdeelung Lampoeng (lihat De locomotief, 04-07-1939). Disebutkan di Telok Betoeng diadakan pertemuan umum Parindra dimana tiga pembicara yakni Mr Abdoel Abbas dan dua dari pengurus pusat yakni MH Thamrin dan Soekardjo.

Partai PBI (Partai Bangsa Indonesia) yang berpusat di Soerabaja dipimpin oleh Dr Soetomo dan Radjamin Nasution membuat gekakan. PBI didirikan Dr Soetomo, Radjamin Nasution tahun 1930. Sejak 1931, Radjamin Nasution anggota dewa kota (gemeenteraad Soerabaja). Gerakan PBI ini adalah melakukan pendekatan kepada organisasi kebangsaan terbesar Boedi Oetomo. Kedua belah pihak sepakat lalu PBI dan Boedi Oetomo fusi (merger) dengan membentuk partai baru yang diberi nama Partai Indonesia Raya (disingkat Parindra). PBI tamat dan Boedi Oetomo yang didirikan tahun 1908 juga tamat, yang ada adalah masa depan dengan nama Parindra. Para anggota Parindra ini yang masuk dari luar PBI dan Boedi Oetomo antara lain MH Thamrin, Parada Harahap dan Abdoel Abbas Siregar (yang masih kuliah saat itu). Saat Mr Abdoel Abbas menjadi advokat di Lampoeng, cabang baru Parindra dibuka dengan ketua Mr Abdoel Abbas Siregar.

Pada masa pendudukan militer Jepang (sejak Maret 1942) Mr Ani Manoppo, Mr Abdoel Abbas dan para revolusioner lainnya kurang terinformasikan. Yang jelas sejumlah revoluisioner seperti Ir. Soekarno dari Bengkoeloe dan Drs Mohamad Hatta dari banda sudah kembali ke Batavia.

Ir Soekarro di pengasingan, dipindahkan dari Flores ke Bengkoeloe tahun 1938,  Saat Soekarno di Bengkoeloe kerap dikunjungi oleh Mr Egon Hakim dari Padang dan Mr Abdoel Abbas dan Mr Gele Haroen dari Telok Betoeng. Dalam hal ini Ir Soekarno tidak benar-benar terasing (sebagaimana di Flores). Saat militer Jepang sudah memborbardi sejumlah tempat di Indonesia, orang-orang Belanda panik dan sebagai mulai menyelamatkan diri ke Australia (wilayah aman badi oranhg Eropa/Belanda). Saat itu Letnan Gubernur Jenderal HJ van Mook tengah di Inggris menghadap Ratu yang mengungsi dari Belanda (yang telah diduduki Jerman). HJ van Mook tidak bisa lagi ke Hindia/Batavia karena komunikasi sudah terputus. Sementara orang-orang Belanda di Jawa sebagian menyelamatkan diri ke Australia melalui pelabuhan di selatan seperti Tjilatjap dan Pelaboehan Ratoe. Idem dito di Sumatara evakuasi ke Australia melalui pelabuhan Padang (yang masih dikuasai militer Belanda). Saat inilah Ir Soekarno yang ditahan di Bengkoeloe dibawa oleh orang-orang Belanda ke Padang yang akan turut dievakuasi ke Australia. Lantas apa yang terjadi kemudian? Mr Egon Hakim Nasution di Padang menculik Ir Soekarno pada detik-detik terakkhir dan mengamankannya di rumahnya. Selamatlah Ir Soekarno. Menantu almarhum MH Thamrin dengan heroik mengamankan Ir Soekarno. Lantas bagaimana dengan Drs Mohamad Hatta? Pendudukan militer Jepang lebih awal di Maluku dan Papua. Drs Mohamad Hatta di pengasingan dari Banda dievakuasi ke Bandoeng. Seperti halnya Ir Soekarno akan dievakuasi ke Australia, orang-orang Belanda yang menyelamatkan diri ke Australia termasuk dari Bandoeng menuju Soekaboemi dan akan dievakuasi melalui pelabuhan Pelaboehan Ratoe. Saat ini diduga terjadi negosiasi antara para revolusioner di Soekaboemi dengan orang-orang Belanda yang akan mengevakuasi Drs Mohamad Hatta ke Australia. Hal ini diketehui dari penjelasan FKN Harahap ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda bahwa Mr Amir Sjarifoeddin membantu penyelamatan keluarga HJ van Mook dari Batavia untuk dievakuasi melalui Pelaboehan Ratoe. Penjelasan ini masuk akal telah terjadi tukar guling (keluarga van Mook diselamatkan ke Australia dan Drs Mohamad Hatta diamankan untuk tidak dibawa ke Australia.     

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mr Ani Manoppo dan Mr Abdoel Abbas Siregar: Perjalanan Hidup Dua Sejoli

Nama Ani Manoppo baru tahun 1951 kembali terinformasikan di Medan (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 15-01-1951). Disebutkan Ny Mr Abbas Manoppo memuat pengumuman di surat kabar tersebut sebagai Kepala Djawatan Urusan Pemulihan Bekas Pejuang Sumatra Timur. Sebagaimana diketahui sejak 1 Januari 1951 dibentuk Provinsi Sumatra Utara beribukota di Medan dengan menunjuk Abdoel Hakim Harahap pejabat di Kementerian Dalam Negeri, Abdoel Hakim Harahap.

Pada saat berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda 1941/1942 Abdoel Hakim Harahap adalah kepala wilayah keuangan (pejabat pribumi) di wilayah Groote Oost (Indonesia Timur) yang berpusat di Makassar dengan cabangnya di Ambon, Manado dan Ternate.  Di cabang Manado dipimpin oleh C Ch Mononutu (ayah dari Arnold Mononutu). Pada saat pendudukan militer Jepang posisi tersebut tetap dipercayakan kepada Abdoel Hakim Harahap. Pada bulan Maret 1943 ayahnya meninggal dan berangkat ke Padang Sidempoean. Namun Abdoel Hakim Harahap tidak kembali ke Makasaar dan pemerintah pendudukan militer Jepang mengangkat Abdoel Hakim Harahap sebagai ketua dewan Tapanoeli. Singkat kata: setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Abdoel Hakim Harahap diangkat pemerintah RI di Djakarta sebagai Wakil Residen Tapanoeli. Oleh karena Dr FL Tobing diangkat sebagai gubernur Sumatra bagian utara, Abdoel Hakim Harahap menjadi Residen. Pada agresi Belanda Desember 1948, Abdoel Hakim Harahap sebagai Residen ikut mengungsi bersama militer. Lalu kemudian hasil perjanjian Roem Royen (yang pihak revolusinoer Indonesia diwakili Mr Mohamad Roem) April 1949 dilakukan gencatan senjata dan dilakukan persiapan perundingan KMB di Den Haag yang akan dipimpin PM Mohamad Hatta dari Djogjakarta. Abdoel Hakim Harahap menjadi salah satu penasehat ekonomi ke KMB (posisinya di Tapanoeli digantikan oleh Mr Abdoel Abbas sebagai Ketua Presidium Republik Indonesia di Tapanuli (tentu saja Mr Abi Manoppo ikut mendampingi suami). Hasil KMB kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara Republik Indonesia Serikat yang akan berlaku tanggal 27 Desember 1949. Abdoel Hakim Harahap sepulang dari Den Haag tidak kembali ke Tapanoeli tetapi ke Jongjakarta sebagai Republiken. Sebagai Presiden RIS dan Perdana Menteri RIS adalah Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta. Pada awal tahun 1950 ini di Jogjakarta dibentuk Kabinet RI (yang menjadi bagian dari RIS) dimana sebagai Presiden Mr Assaat, Perdana Menteri Dr Abdoel Halim dan Wakil Perdana Menteri Abdoel Hakim Harahap. Semasa Kibinet RI di Djogja ini Mr Assaat menginsiasi pembangunan masjide Soehada di Djogja, sementara Abdoel Hakim Harahap menginisiasi pembangunan Taman Makam Pahlawan Jogja yang juga merehabilitasi bekas pejuang yang cacat maupun keluarga para pahlawan yang gugur. Namun dalam perkembangannya negara-negara federasl seperti Negara Sumatra Timur dibubarkan yang kemudian pada tanggal 17 Agiustus 1950 Presiden Soekarno membubarkan RIS dan kembali ke NK(RI) dengan membentuk kabinet baru yang diketuai oleh Mohamad Natsir dari Mashumi (teman Ani Manopa di AMS Bandoeng). Saat Kabinet Natsir diumumkan, di Jogjakarta Kabinet RI dibubarkan. Oleh karena Abdoel Hakim Harahap adalah pendiri Masyumi di Tapanoeli maka diminta menjadi pejabat di Kementerian Dalam Negeri (Menteri Dalam Negeri Mr Assaat). Oleh karena Negara Sumatra Timur dibubarkan maka pemerintah pusat menyatukan residentie Tapanoeli, residentoe Atjeh dan residentie Sumatra Timur menjadi satu provinsi yang disebut Provinsi Sumatra Utara yang secara definitif diresmikan pada tanggal 1 Januari 1951 dengan menunjuk Abdoel Hakim Harahap sebagai gubernur. Tentu saja Abdoel Hakim Harahap tidak asing baginya kota Medan. Sejak 1930 Abdoel Hakim Harahap sebagai pejabat keuangan di Medan diangkat menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) hingga tahun 1936 yang kemudian sebagai pejabat keuangan dipindahkan ke West Java sebelum akhirnya ditempatkan di Makassar (Groote Oosst). Abdoel Hakim Harahap lulus HBS di Prins Hendrik School (PHS) tahun 1927. Setelah mengikuti pendidikan (cursus) keuangan di Batavia dua tahun kemudian ditempatkan di Medan. Abdoel Hakim Harahap semasa di Batavia adalah anggota Jong islamieten Bond.  Sekolah PHS adalah sekolah elit bermutu yang jarang dimasuki pribumi. Lulusan dari PHS ini antaralain Drs Mohamad Hatta (1921), Dr Ida Loemongga Nasution. Ph.D (1922), Anwar Makarim tahun 1931 (kakek Nadiem Makarim) dan Soemitro Djojohadikoesoemo tahun 1936 (ayah dari Prabowo Subianto).

Saat Gubernur Abdoel Hakim Harahap (sejak 1 Januari 1951) keluarga Mr Abdoel Abbas pindah dari Tapanoeli ke Medan yang mana sanga istri Mr Ani Manoppo diangkat sebagai Kepala Djawatan Urusan Pemulihan Bekas Pejuang Sumatra Timur. Mr Abdoel  Abbas di Medan kembali ke profesi awal sebagai advokat dengan membuka firma hukum. Sedangkan Dr T Mansjoer, mantan Wali Negara Sumatra Timur kembali juga ke profesi awalnya dengan membuka praktek dokter. Dr T Mansjoer lulus STOVIA tahun 1927.

Gubernur Abdoel Hakim Harahap yang matang dalam pengalaman di pemerintahaan, tahun apa yang diperbuat. Pada saat menjadi anggota dewan kota Medan tahun 1930a Abdoel Hakim Harahap menginisiasi pembangunan rumah sakit kota (kini RS Pirngadi) dan pasar sentral (kini pasar utama di Medan). Pada tahun 1951 ini Abdoel Hakim Harahap memajukan diri untuk menjadi tuan rumah PON III ( di Medan 1953) setelah PON I di Djakarta dan juga menginisiasi pendirian Universitas Sumatra Utara. Untuk itu Abdoel Hakim Harahap memanggil sejumlah individi sebagai komite pendirian universitas yang diketuai oleh Abdoel Hakim Harahap. Anggota komiter antara lain Mr Ani Manoppo, Mr Mahadi, Dr T Masjoer, Dr Mohamad Ildrem Siregar serta Dr Acmad Sofjan. Lalu dengan kepanitian ini dibentuk Jajasan Universitas  Sumatra Utara yang aktanya dibuat oleh notaris Soetan Pane Parahoem Harahap (satu dari tujuh notaris pribumi pada era Pemerintah Hindia Belanda yang lulus sekolah notariat di Batavia tahun 1927). Jajasan Universitas Indonesia yang dibuat tahun 1950 dibuat notaris Mr R Soewandi (notaris pertama pribumi). Setelah Universitas Sumatra Utara dibuka tahun 1952 dan sukses penyelenggaraan PON III, pada akhir tahun 1953 Abdoel Hakim Harahap selesai menjabat dan kembali ke Kementerian Dalam Negeri. Pada saat Perdana Menteri Mr Boerhanoeddin Harahap 1955, Abdoel Hakim Harahap diangkat menjadi Menteri Negara (bidang pertahanan).  

Seperti halnya Abdoel Hakim Harahap, Mr Abdoel Abbas Siregar (suami Mr Ani Manoppo) juga bukan orang biasa. Pada era pendudukan militer Jepang, Mr Abdoel Abbas dan keluarga kembali pindah dari Telok Betong ke Djakarta. Mr Ani Manoppo di Lampong tentu saja ikut dalam firma hukum, dan di Batavia Mr Ani Manoppo kembali ke dunia pendidikan sebagai guru atau dosen.

Pada saar mulai eskalasi politik dunia meningkat (Perang Dunia), pemerintah pendudukan militer Jepang di Indonesia mulai memberikan isyarat kemerdekaan bagi Indonesia dengan membentuk panitian penyelidikan upaya-usaha kemerdekaan BPUPKI dimana di dalamnya termasuk Ir Soekarno, Drs Mohamad Hatta, Parada Harahap, Drs Sjamsi Widagdam Mr R Samsoedin, Dr Soekiman, Mr Sartono dan Mr Soewandi. Setelah BPUPKI selesai bertugas kemudian dibentuk panitia persiapan kemerdekaan PPKI yang diketuai oleh Ir Soekarno dan wakil Drs Mohamad Hatta. Salah satu anggotanya adalah Mr Abdoel Abbas Siregar.dan Mr I Ktoet Poedja.

Setelah PPKI bekerja lalu dibentuk pemerintahan daerah dimana ditetapkan sejumlah gubernur untuk Sumatra Mr T Mohamad Hasan, Ratulangi (Sulawwesi), Latuharhari (Maluku), I Ktoet Peodja (Bali dan Nusa Tenggara). Untuk ketua KNIP di Sumatra yang mendampingi Gubernur Sumatra ditunjuk Mr Abdoel Abbas. Setelah KNIP terbentuk di berbagai residentie di Sumatra, lalu Mr Abdoel Abbas diangkat menjadi residen di residentie Lampoeng (yang berkedudukan di Telok Betoeng), lalu kemudian dipindahkan sebagai residen ke residentie Sumatra Timur yang berkedudukan di Medan. Namun tidak lama kemudian kekuatan Belanda/NICA yang terus meningkat menggeser para republiken di Medan harus mengungsi ke Pematang Siantar. Sementara itu yang menjadi residen di residentie Tapanoeli adalah Dr FL Tobing dengan wakilnya Abdoel Hakim Harahap yang mana sebagai Gubernur adalah Mr Soetan Mohamad Amin Nasution.

Jabatan Mr Abdoel Abbas sebagai residen untuk residentie Sumatra Timur yang berada di pengungsian (di Pematang Siantara) lalu kemudian tergeser lagi dengan desakan Belanda/NICA sehingga Mr Abdoel Abbas dan keluarga pindah ke Tapanoeli di Sibolga (ibu kota residentie Tapanoeli). Secara perlahan posisi Mr Abdoel Abbas sebagai residen semakin menghilang karena tidak kunjung Medan terpulihkan sebagai ibu kota residen republiken. Seperti disebut di atas, pada saat Residen Tapanoeli Abdoel Hakim Harahap menjadi bagian delegasi RI ke KMB di Den Haag maka pemilik potofolio tertinggi diantara para republiken di Tapanoeli adalah Mr Abdoel Abbas (mantan residen Sumatra Timur) yang kemudian diangkat menjadi ketua Presidium RI di Tapanoeli. Foto: Ketua Presidium RI di Tapanoeli, Mr Abdoel Abbas Siregar (1949)

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, presidium RI Tapanoeli ini dihapus. Mr Abdoel Abbas pensiun. Untuk wilayah Tapanoeli dikembalikan sebagai residentie dengan mengangkat Binanga Siregar sebagai Residen Tapanoeli (wakil Abdoel Hakim Harahap sebelumnya). Untuk residen di Sumatra Timur diangkat Moeda Siregar (bupati Tapanuli Selatan) sedangkan di Aceh diangkat T Daoedsjah. Saat inilah ketika Sumatra Timur dipulihkan pada era RIS, Mr Abdoel Abbas dan istrinya Mr Ani Manoppo serta anak-anak kembali ke Medan. Lalu pada saat tiga residentie ini disatukan menjadi provinsi dengan gubernur Abdoel Hakim Harahap sejak 1 Januari 1951, lalu Mr Ani Monoppo diangkat menjadi Kepala Djawatan Pemulihan Bekas Pejuanga Sumatra Timur. Mr Ani Manoppo tentu sesuai dengan jabatan ini, karena dia sendiri adalah istri dari mantan residen Sumatra Timur (Mr Abdoel Abbas).

Seperti disebut di atas, di Medan, sehubungan dengan pendirian universitas pada era Gubernur Abdoel Hakim Harahap, Mr Ani Manopo berada di tempat dan waktu yang tepat untuk menemukan jalan karir ke masa depan sebagai guru besar fakultas hukum dan menjadi dekan fakultas hukum Universitas Sumatra Utara. Het nieuwsblad voor Sumatra, 05-08-1952 memberitakan bahwa ‘Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan resmi dibuka pada 20 Agustus di Auditorium fakultas di Jalan Seram, Medan. Oleh Dewan manajemen Jajasan Universitas Sumatera Utara yang dipimpin oleh Gubernur Abdul Hakim telah dibentuk sebuah Dewan yang terdiri dari curator: Ketua, Dr Ahmad Sofian, anggota yang ditunjuk: Walikota Djalaluddin, Dr; M. Wasidin, Istri Mr. A. Abas Manopo, Mr. Lic Ghien Ghiam, Tan Boen Djin, M. Ganie dan Arsul dan lainnya. Sekretaris yang juga Kepala administrasi pusat universitas, ditunjuk Mr Usman Fachroeddin. Dewan pengawas yang memiliki tugas kepentingan dari universitas akan dibventuk jika perlu untuk menjaga hubungan antara pemerintah dan lembaga-lembaganya, dan untuk memastikan bahwa semua peraturan telah dipenuhi pada organisasi universitas’

Setelah pendirian fakultas kedokteran segera dibuka fakultas hukum yang mana sebagai dekan fakultas diangkat Prof Ani Abbas Manoppo. Pada saat Prof Mr Ani Manoppoj menjabat sebagai dekan fakultas hukum Universita Sumatara Utara, sang suami yang telah berjuang untuk bangsa dalam usia 48 tahun meninggal dunia di Medan (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 12-07-1954). Ny Abbas Manoppo kehilangan cinta, tetapi masih ada cinta terhadap anak-anak mereka. Prof Mr Ani Manoppo diketahui tidak menikah lagi, Cinta dua sejoli dari kampus Rechthoogeschool di Batavia tersimpan dengan baik di Medan.

Abdoel Abbas Siregar (lahir di Medan 1 Agustus 1906) dimakamkan di pekuburan Kaju Besar di Jalan Thamrin Medan. Saat penghormatan terakhir hadir Gubernur Sumatra Utara Mr. SM. Amin Nasution, Kolonel M. Simbolon, Residen Sumatra Timur Binanga Siregar, Walikota AM Djalaluddin dan banyak tokoh-tokoh lainnya. Dr. Gindo Siregar atas nama keluarga berpidato dengan baik dan hikmat. Istrinya yang sangat setia sangat kehilangan dengan meninggalnya Mr. Abdul Abbas Siregar. Istri almarhum Mr. Abdul Abbas Siregar yang telah dikenalnya sejak mahasiswa itu tidak bisa menahan tangis. Istri Mr. Abdul Abbas Siregar lebih dikenal sebagai Prof. Mr. Mrs. A. Abas Manoppo (dekan fakultas di awal pendirian USU).

Mr Abdoel Abbas Siregar dan Mr Ani Manoppo, sebagai pahlawan Indonesia, keduanya tidak memiliki cacat (cleand en clear) dan kedua sejoli itu layak ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1957: ‘Dalam upacara pembukaan perpeloncoan dari empat fakultas Universitas Sumatra Utara hadir Prof. Dr. Maas, selaku wakil ketua dewan pembina Universitas Sumatera Utara dan Prof. Mr. Mrs. Ani A. Abbas-Manoppo selaku Dekan Fakultas Hukum. Jumlah mahasiswa yang mengikuti perpeloncoan tersebut sebanyak 200 mahasiswa berasal dari fakultas hukum dan ilmu sosial, 105 mahasiswa dari fakultas kedokteran, 200 mahasiswa dari fakultas pedagogi (keguruan) dan 15 mahasiswa dari fakultas pertanian.

Prof Mr Ani Abbas Manoppo tampaknya berumur panjang. Seperti tampak dalam dokumentasi Tempo yang dipotret pada tahun 1978 masih terlihat sehat pada usia 69 tahun.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar