Kamis, 20 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (366): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pulau Bali: Cornelis de Houtman s/d Presiden Soekarno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah (pulau) Bali adalah sejarah yang panjang.Dalam penulisan sejarah. Pada saat pelaut-pelaut pertama Belanda (1595-1597) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman tiba di Indonesia (baca: Hindia Timur) hanya diterima di Bali (setelah mereka terusir dari pelabuhan Banten). Saat de Houtman kembali ke Belanda ditinggal dua pedagang di Bali. Sebagaimana di daerah lainnya, sejarah Belanda di Bali terus berlangsung hingga pada era Presiden Soekarno (Belanda terusir dari Bali).

Pulau Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang berada dalam gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini sekarang termasuk wilayah Provinsi Bali. Pulau ini juga sebagai Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura. Pulau Bali terletak di sebelah timur Pulau Jawa dan sebelah barat Pulau Lombok. Jarak dengan ujung tertimur Pulau Jawa yaitu 1,6 km. Titik tertinggi pulau ini yaitu Gunung Agung dengan tinggi 3.142 meter. Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 M) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Bali? Seperti disebut di atas, Bali adalah tempat pertama bagi kehadiran Belanda di Hindia Timur (era Cornelis de Houtman) dan harus berakhir pada era Presiden Soekarno. Seperti kita lihat nanti pada tanggal 19 Agustus 1950, kontingen terakhir dari batalyon Prajoda meninggalkan pulau Bali (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-10-1950). Lantas bagaimana sejarah Bali dari Cornelis de Houtman hingga Presiden Soekarno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pulau Bali: Cornelis de Houtman hingga Presiden Soekarno

Ada satu kisah menarik awal kehadiran pelaut-pelaut Belanda pertama yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597) datang ke Indonesia (baca: Hindia Timur). Setelah menemui pulau Enggano di pantai barat Sumatra terus menavigasi ke selat Soenda hingga tiba di (pelabuhan) Banten bulan Juni 1596. Di pelabuhan paling ramai di Jawa ini akhirnya mendapat penolakan (pengaruh Portugis masih kuat di Banten). Setelah mampir di beberapa tempat seperti Jacatra dan Japara, mereka ingin meneruskan pelayaran ke Maluku (Amboina) tetapi di sekitar pantai utara salah satu kapal mereka mengalami kerusakan, lalu berbalik arah di pantai timur laut pulau Lombok dan merapat di pelabuhan Lombok. Tampaknya mereka enggan berlama-lama karena sudah ada perdagangan Japara di pelabuhan. Lalu pulang dengan menuju laut selatan Jawa tetapi satu kapal yang rusak beanr-benar tidak bisa bergerak di perairan antara Lombok dan Bali. Kapal itu kemudian dikosongkan dan dibakar hingga tenggelam. Dengan dua kapal yang tersisa mereka merapa di pantai timur Bali (Padang Bai yang sekarang) pada tanggal 21 Februari 1597. Tampaknya radja Bali menerima mereka. Sebelum kembali ke Belanda via selatan Jawa dan Afrika Selatan, Cornelis de Houtman meninggalkan dua pedagang Belanda di Bali. Dari sinilah sejarah (pulau) Bali mulai dicatat.

Laporan perjalanan pelayaran pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini dapat dibaca pada catatan hariannya (logbook) yang telah dibukukan yang diberi judul ‘Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent, ...’. Jurnal ini diterbitkan pada tahun 1598. Dalam laporan ini tentang Bali hanya beruba teks dan peta-peta profil pantai Lombok dan pantai Bali. Namun ada gambar dimana kapal dibakar yang berada pintu masuk dari selatan di antara pulau Lombok dan pulau Bali  Pelabuhan pantai timur Bali tidak digambarkan (hanya pelabuhan Banten yang digambarkan). Gambar yang diduga di pantai timur Bali adalah situasi dan kondisi dimana iring-iringan Radja Bali mendekati pantai dan para pelaut-pelaut Belanda mendekati pantai. Dua pedagang Belanda yang ditinggalkan di Bali tidak disebut, hanya dilaporkan pada pelayaran ekspedisi kedua yang dipimpin oleh Oliver Noort yang secara tidak sengaja berlabuh di pantai timur Bali setelah mereka terusir dari Borneo ketika hendak pulang ke Belanda melalui selat Makassar dan laut Bali. Diduga kuat Oliver Noort mendapat informasi di perairan laut Bali dari perahu-perahu lokal bahwa di pantai timur Bali ada orang Belanda. Oliver Noort tampaknya telah menambahkan hubungan manis (persahabatan) antara orang Bali dengan orang Belanda. Gambar: pelabuhan Banten dengan tiga kapal Belanda pimpinan Cornelis de Houtman.

Pantai dimana kali pertama mendarat pelaut-pelaut Balanda di pulau Bali adalah wilayah yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Karangasem. Wilayah kerajaan ini berada di pantai timur Bali. Pantai utara Bali tampaknya sudah ramai sebagai jalur navigasi pelayaran perdagangan kerajaan Demak (Kerajaan Japara) hingga Lombok (pntai timur pulau Lombok) dan Bima (pantai utara pulau Soembawa). Seperti disebut di atas di pelabuhan Lombok seperti dicatat Cornelis de Houtman sudah ada koloni Jepara (dalam perdagangan kayu). Tampaknya pengaruh luar di Bali baru ada di pantai utara Bali (Buleleng) sebagai pelabuhan perdagangan (internasional). Arus perdagangan Bali (terutama Karangasem di pantai timur Bali) menuju pantai utara (Buleleng).

Toponimi nama (kerajaan) Karangasem diduga merujuk pada pantai timur yang berkarang (menurut berbagai laporan pelayaran). Hal itu mengapa pantai timur Bali dihindari dalam navigasi pelayaran dan lebih memilih pantai barat Lombk (dalam lebih aman pantai timur Lombok (selat Sape, selat yang diduga dinaimai oleh pelaut-pelaut Portugis sebagai selat yang aman dalam navigasi pelayaran). Dalam hal ini pantai timur Bali kurang berkembang sejak lampau hingga secara tidak sengaja pelaut-pelaut Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman terdapat di pantai timur Bali (Padang Bai). Hubungan intens Belanda dan pantai timur Bali ini diduga yang membesarkan kerajaan Karangasem sebagai kerajaan yang menjadi digdaya diantara kerjaan-kerajaan Bali yang ada di pulau. Seperti kita lihat nanti modal ini menjadi penting ketika pengaruh asing di pantai utara sangat kuat (Jawa) dan adanya aneksasi Mataram ke pantai timur Jawa (yang berhadapan langsung dengan pantai barat Bali).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Pulau Bali: pada Era Presiden Soekarno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar