Jumat, 21 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (368): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pendidikan di Bali; Putra Bali Studi di Perguruan Tinggi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) terbilang terlambat di Bali. Hanya sedikit lebih lambat di Tapanoeli. Dua wilayah ini pada era Hindia Belanda terbilang wilayah yang baru diintroduksi pendidikan modern. Berbeda dengan Amboina, Manado dan Jawa yang sudah eksis sejak era VOC. Dalam urusan pendidikan tinggi, putra-putra Bali juga terbilang pada kloter terakhir yang memasuki pendidikan tinggi. Mengapa?.

Awal pendidikan modern di Bali baru dimulai tahun 1874 dengan mendirikan sekolah dasar di Singaradja, Boeleleng. Sejak inilah, lulusan sekolah di Bali mulai ada yang mengikuti pendidikan guru dan pamong di Jawa. Sekolah-sekolah yang tinggi di Jawa sudah ada sejak 1851 seperti sekolah guru (Kweekschool) di Soeracarta dan sekolah kedokteran Docter Djawa School di Batavia sejak 1851. Guru-guru dan dokter-dokter asal Jawa ke Bali. Namun pendidikan di Bali hanya terbatas di Boeleleng. Pendidikan di wilayah selatan Zuid Bali baru dimulai tahun 1915 setelah beberapa tahun Perang Badoeng/Poepoetan (1906). Kebencian penduduk Bali khususnya di selatan diduga menjadi faktor keterlambatan perkembangan pendidikan di Bali. Hal ini juga berdampak pada putra-putra yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Padahal dari berbagai wilayah di Hindia Belanda sudah ada yang studi universitas di Belanda (paling tidak sudah ada organisasi mahasiswa pribumi di Belanda yang didirikan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging). Putra Bali pertama yang meraih gelar sarjana (Mr) adalah I Goesti Ktoet Poedja tahun 1934 di Rechthoogeschool Batavia.

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Bali khususnya lulusannya yang memasuki perhuruan tinggi? Seperti disebut di atas, sarjana pertama yang berasal dari Bali baru tahun 1934 (Mr I Goesti Ktoet Poedja). Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Bali khususnya lulusannya yang memasuki perhuruan tinggi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pendidikan di Bali

Tunggu deskripsi lengkapnya

Putra Bali Studi di Perguruan Tinggi: Sarjana Pertama Mr I Goesti Ktoet Poedja

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar