Rabu, 16 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (420): Pahlawan Indonesia - Dr Yap Hong Tjoen di Belanda; Soetan Casajangan dan Indische Vereeniging

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Yap Hong Tjoen hingga ini hari masih diingat sebagai nama rumah sakit mata di Yogyakarta: RS Mata Dr YAP. Yap Hong Tjoen sendiri di masa lampau termasuk salah satu generasi pertama orang Cina asal Hindia Belanda (baca: Indonesia) yang studi di Belanda. Yap Hong Tjoen sendiri adalah salah satu pendiri organisasi mahasiwa Cina di Belanda Chung Hwa Hui. Pendirian organisasi ini setelah dua tahun pendirian organisasi mahasiswa poribumi di Belanda yang diinisiasi oleh Saotan Casajagan dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Sejak berdiri pada tahun 1923, Rumah Sakit Mata Dr. YAP merupakan rumah sakit khusus mata berstatus sebagai rumah sakit swasta milik masyarakat Yogyakarta. Keberadaan Rumah Sakit Mata Dr. YAP dan lembaga lain yang didirikan disampingnya prakarsa dan usaha Dr. Yap Hong Tjoen, seorang warga keturunan Cina. Setibanya di Indonesia setelah menyelesaikan studi di Belanda, Dr. Yap Hong Tjoen berusaha untuk segera merealisasikanrumah sakit ditandai dengan: Berdirinya Centrale Vereeninging tot bevordering der Oogheelkunde (CVO); Pada era pemerintah pendudukan Jepang tahun 1942, Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders berganti nama menjadi Rumah Sakit Mata Dr. YAP. Dr. Yap Hong Tjoen sendirei pernah ditangkap dan ditawan Jepang. Pada tahun 1948, Dr. Yap Kie Tiong putera Dr. Yap Hong Tjoen, kembali ke Indonesia setelah studi di Belanda dengan meraih gelar Doktor di bidang penyakit mata. Dr. Yap Kie Tiong menjadi penerus Dr. Yap Hong Tjoen. Dengan Akte Notaris No. 53 tanggal 17 Juni 1949 dihadapan Notaris J. Hofstade di Semarang, Dr. Yap Hong Tjoen menyerahkan kuasa penuh kepada Dr. Yap Kie Tiong mengenai segala sesuatunya yang berkaitan dengan Centrale Vereeninging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO), Vorstenlandsch Blinden Instituut, dan Rumah Sakit Mata Dr. YAP. Dr. Yap Hong Tjoen meninggalkan Indonesia pada bulan Juni 1949 dan meninggal dunia di Belanda. Dr. Yap Kie Tiong mengemban kuasa penuh dari ayahnya, hingga wafatnya tanggal 9 Januari 1969. Sebelum meninggal dunia, Dr. Yap Kie Tiong sempat menulis sepucuk surat wasiat antara lain “permintaan mengambil alih Rumah Sakit Mata Dr. YAP guna kepentingan masyarakat”. Pada masa kini, nama Dr. Yap juga diabadikan sebagai nama museum "Dr. Yap Prawirohusodo", suatu museum yang didirikan untuk mengenang pendiri Rumah Sakit Mata Dr. Yap, almarhum Dr. Yap Hong Tjoen dan Dr. Yap Kie Tiong berlokasi di Yogyakarta Jalan Cik Ditiro No.5 dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 1997. Sebagian besar koleksi yang terdapat dalam museum ini adalah peninggalan almarhum Dr. Yap Hong Tjoen dan Dr. Yap Kie Tiong. (Wikipedia)  

Lantas bagaimana sejarah Yap Hong Tjoen? Seperti disebut di atas, Yap Hong Tjoen adalah salah satu generasi pertama oranf Cina asal Hindia studi di Belanda. Yap Hong Tjoenjuga salah satu pendiri organisasi mahasiswa Chung Hwa Hui. Lalu bagaimana sejarah Yap Hong Tjoen? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Yap Hong Tjoen di Belanda: Studi Kedokteran

Yang Hong Tjoen lulus ujian akhir sekolah menengah berbahasa Belanda (HBS) di Semarang tahun 1908 (lihat Het vaderland, 08-10-1908). Yang sama-sama lulus di HBS Semarang antara lain adalah Be Tiat Tjong, Mas Notodiningrat dan Raden Soemitro. Sementara yang lulus HBS di Soerabaja antara lain Raden Ambio Soedibio. Baru tiga sekolah HBS ini yang ada di Hindia Belanda (baca: Indonesia). Yang Hong Tjoen melanjutkan studi ke Belanda.

Surat kabar De locomotief, 07-12-1908 memberitakan sejumlah perkawinan antara tanggal 30 November hingga 6 Dsember di Semarang. Dalam daftar ini terdapat pasangan Yap Hong Tjoen dengan LE Tan. Dalam hal ini Yap Hong Tjoen menikah muda. Sebab usia Yap tentulah masih mudah, normalnya lulusan sekolah dasar (7 tahun) ditambah lulusan HBS (lima tahun), Mungkin sekitar 18-19 tahun.

Kapan Yap Hong Tjoen berangkat studi ke Belanda tidak terinformasikan. Yang jelas Raden Soemitro berangkat ke Belanda bulan Juli 1908 (lihat Sumatra-bode, 08-07-1908). Raden Soemitro berangkat dengan kapal ss Kawi dengan tujuan akhir Nederland. Satu kapal dengan Raden Soemitro adalah Raden Ambia Soedibio. Het vaderland, 14-08-1908 menyebutkan Raden Soemitro dan Raden Ambia Soedibio.adalah anak dari Bupati Koetoardjo dan cucu dari Bupati Banjoemas.

Be Tiat Tjong sudah berada di Belanda sebagaimana diberitakan De nieuwe courant, 10-09-1908. Disebutkan dari 147 yang baru mendaftar di Technische Hoogeschool di Delft, 94 telah terdaftar sebagai calon anggota DSC Groenlijst dimana terdapat 4 nama asing tahun ini, yaitu: Be Tiat Tjong, Notodhiningrat, Ambia Soedibio dan Raden Soemitro. Namun bagaimana hasil selanjutnya belum diketahui (karena masih bersifat kandidat). Namun dalam perkembangannya Raden Soemitro sudah lulus ujian masuk Indischen Administratieven Dienst (lihat De Telegraaf, 11-10-1908).

Yap Hong Tjoen di Belanda belum terinformasikan dimana kuliah. Yang jelas pada tanggal 25 Oktober 1908 di rumah Radjioe Harahap gelar Soeran Casajangan di Leiden berkumpul semua mahasiswa pribumi asal Hindia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-01-1909). Atas prakarsa Soetan Casajangan, meminta Raden Soemitro mengirim undangan semua mahasiswa, semuanya hadir sebanyak 20 orang.undangan. Hari itu diresmikan organisasi mahasiswa pribumi yang diberi nama Indische Vereeniging dimana sebagai ketua Soetan Casajangan (mahasiswa paling senior) dan sebagai sekretaris Raden Soemitro (mahasiswa paling junior yang belum lama berada di Belanda).

Bataviaasch nieuwsblad, 28-01-1909: ‘Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, sebuah persatuan penduduk asli (pribumi) Hindia telah dibentuk di Belanda. R Soetan Casajangan menulis yang dimuat Het Koloniaal Weekblad untuk mengatakan hal berikut tentang asosiasi ini: untuk mendirikan sebuah asosiasi untuk orang Hindia di Belanda: ‘Saya memilih salah satu orang Hindia sebagai kolaborator saya, yaitu R Sumitro. Lalu kami mengirim undangan ke semua orang Hindia yang belajar di Belanda untuk menghadiri pertemuan pembentukan organisasi. Pada tanggal 25 Oktober kami, lima belas orang Hindia, berkumpul di tempat saya, Leiden, dan pertemuan pertama diadakan. Saya meminta R Soemitro untuk menghadiri pertemuan. R.Hoesein Djajadiningrat adalah sekretaris sementara. Anggaran Dasar disetujui pada prinsipnya dengan suara bulat dan diputuskan untuk mendirikan 'Indische Vereeniging'. Kemudian kami melanjutkan untuk memilih dewan. Presiden terpilih: R Soetan Cssajangau Soripada, sekretaris dan bendahara RM Soemitro. Komisarie terdiri dari dari R Soetan Casajangan Soripada, RM Soemitro, RMP Sosro Kartono dan  R. Hoesain Djajadiningrst, ditunjuk untuk menyusun lebih lanjut anggaran dasar dan peraturan. Pada tanggal 15 November pertemuan kedua diadakan di Den Haag. Itu sejarah pendirian 'Indische Vereeninging'. Dalam statuta kami memberi nama Vereeniging dengan nama "Indische Vereeniging" dan didirikan di Den Haag. Tujuannya adalah untuk memajukan kepentingan bersama orang Hindia di Belanda, dan untuk tetap berhubungan dengan Hindia. penduduk asli Hindia Belanda. Asosiasi mencoba untuk mencapai tujuan ini dengan: mempromosikan interaksi antara orang Hindia di Belanda, mendorong orang Hindia untuk datang dan belajar di Belanda. dengan melakukannya dengan memberikan informasi tentang studi dan tempat tinggal di Belanda, dengan membantu orang Hindia yang baru tiba, dan dengan memberikan semua informasi yang mungkin tentang Belanda atas permintaan. Anggota biasa hanya boleh orang Hindia yang tinggal di Belanda. Kami berharap asosiasi muda ini menemukan keberhasilan’.

Yap Hong Tjoen kemudian diketahui studi bidang kedokteran di Universiteit te Leiden (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 11-10-1911). Disebutkan di Uiniversiteit te Leiden lulus ujian fisika kedua (het tweede natuurkundig examen) Yap Hong Tjoen.

Pada tanggal 5 April 1911 didirikan organiusasi mahasiswa Cina asal Hindia di Belanda. Pada tanggal 5 April disebutkan vereeniging ini didirikan dalam pertemuan Yap Hong Tjoen, kandidat dokter di Leiden menyampiakan pidatonya (lihat  De Telegraaf, 07-04-1912). Kepengurusan awal Tjoeng Hwa Hwee [Chung Hwa Hui] terdiri dari Yap Hong Tjoen (ketua); Teng Sioe Hie (sekretaris); Be Tiat Tjoen (bendahara). Komisaris terdiri dari Lie Tjwan Tien dan RAL Tan (alias Tan Tjing Sen). Disebutkan tujuan dari asosiasi adalah: A. untuk mempromosikan persatuan antara Cina yang tinggal di Belanda, dan untuk mempromosikan kepentingan mereka. B. Membangkitkan Cina di Hindia Belanda untuk lebih mengembangkan diri secara intelektual setelah studi pendahuluan selesai. C. Pembentukan Dana Pendidikan. Juga disebutkan untuk membantu orang Cina di Hindia Belanda dalam segala hal yang perlu mereka ketahui jika mereka memutuskan untuk pergi ke Eropa atau mengirim anak-anak mereka ke Eropa (lihat De nieuwe courant, 10-11-1912). Chung Hwa Hui didirikan oleh empat belas pemuda Cina yang belajar di Belanda; sebuah asosiasi, yang menemukan landasan dalam nasionalisme, berasal dari realisasi hak murni dan murni dari saudara-saudara kuning untuk menentang diskriminasi hukum berdasarkan inferioritas ras yang seharusnya (lihat Algemeen Handelsblad, 05-05-1926). Besar dugaan di satu sisi organisasi ini didirikan terinspirasi dari adanya Indische Vereeniging dan di sisi lain selain hukum Belanda yang diskriminatif di Hindia Belanda juga diduga terinspirasi berlangsungnya revoluasi di Tiongkok.

Pada tahun 1913 Yap Hong Tjoen lulus ujian medis teoretis (theoretisch geneeskundig examen). Disebutkan di Universiteit te Leiden lulus ujian theoretisch geneeskundig examen antara lain Yap Hong Tjoen (lihat Algemeen Handelsblad, 11-10-1913). Lulus ujian medis teoretis kemudian lebih dikenal sebagai ujian kandidat dokter. Yap Hong Tjoen dapat dikatakan orang Cina pertama yang akan mendapat gelar dokter di Belanda. Orang pribumi yang sudah mendapat gelar dokter di Belanda antara lain adalah Dr Abdoel Rivai dan Dr F Laoh pada tahun 1908 dan Dr W Tehoepelory tahun 1909. Mereka bertiga sebelum studi kedokteran di Belanda adalah dokter-dokter yang sudah bekerja lulusan sekolah kedokteran Docter Djawa School di Batavia.

Pada bnlan Juli 1913 Soetan Casajangan kembali ke tanah air. Soetan Casajangan tiba di Belanda tahun 1905 yang saat itu mahasiswa kedua asal Hindia (yang pertama adalah R Kartono, abang dari RA Kartini yang datang tanhun 1896). Dalam pendirian Indische Vereeniging tahun 1908, R Kartono dan Hoesein Djajadiningrat sebagai komisaris. Pada tahun 1909 Soetan Casajangan lulus ujian guru LO dan kemudian pada tahun 1911 lulus ujian guru MO (sarjana pendidikan). Soetan Casajangan, kelahiran Padang Sidempoenan adalah lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean. Pada tahun 1913 ini juga Hussein Djajadiningrat di Universiteit Leiden pada Mei 1913 meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang sastra dengan desertasi berjudul ‘Critische beschouwingen van di Sadjarah Banten’.

Di antara waktu studi, Yap Hong Tjoen terus aktif membangun organisasi Chung Hwa Hui di Belanda. Pada bulan Desember 1913 dibentuk Chung Hwa Hui Hich Pan di Amsterdam (Studiefond CHH). Disebutkan Studiefond CHH tersebut telah dibuat akta oleh Yap Hong Tjoen dkk dihadapan notaris Chs. Miseroy (lihat De nieuwe courant, 22-12-1913). Disebutkan Studiefond CHH bertujuan untuk memberikan kompensasi finansial kepada kaum muda keturunan Cina (berjenis kelamin laki-laki atau perempuan) yang berasal dari Hindia Belanda, yang berkelakuan baik dan berakhlak mulia dan yang berkeinginan untuk mengunjungi tempat pendidikan. lembaga-lembaga di Belanda, tetapi yang tidak atau tidak sepenuhnya mampu membiayai sendiri. Disebutkan ketua Chineezen Vereeniging (CHH) juga sebagai ketua Studiefond dimana kontrol atas segala sesuatu yang menyangkut dana dipercayakan kepada sebuah komite, yang terdiri dari setidaknya lima dan paling banyak sembilan orang senior yang tinggal di Belanda yang dengan demikian AD/ART CHH telah mencapai tujuannya yang dinyatakan dalam Pasal 2 sub C.

Pada tahun 1912 Soetan Casajangan (mantan ketua Indische Vereeniging yang sudah lulus kuliah) dan Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon atas nama Indische Vereeniging membentuk suatu komite untuk penggalangan dana untuk membantu biaya pendidikan yang membutuhkan (Studiefonds) dengan nama besar mencatut nama Ratu Belanda (Juliana Fonds). Selama ini studiefonds biasanya dilakukan oleh orang-orang Belanda baik di Belanda maupun di Hindia. Mangaradja Soangkoepon, kelahiran Padang Sidempoean tiba di Belanda pada tahun 1910. Studiefond CHH dibentuk terinspirasi dati studiefond Indische Vereeniging.

Setelah terbentuknya Studiefond, Yap Hong Tjoen mulai fokus studi. Kepengurusan Chung Hwa Hui telah digantikan oleh pengurus baru (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 22-12-1913). Disebutkan pengurus baru terdiri dari ketua Tan Tjing Ien, sekretaris P Sim Zecha, bendahara Li Tjwan Ing. Komisaris terdiri dari Caroline V Tan dan Tap Hong An. Pada yanggal 6 November Yap Hing Tjoen lulus ujian dokter pertama di Leiden (lihat Algemeen Handelsblad, 06-11-1914).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Yap Hong Tjoen Soetan dan Chung Hwa Hui; Soetan Casajangan dan Indische Vereeniging

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar