Kamis, 14 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (531): Pahlawan Indonesia dan Sinologi di Indonesia; Peneliti Peneliti Belanda Memerlukan Ahli Sinologi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarahnya, studi tentang Tiongkok (sinologi) terbentuk karena ada kebutuhan para peneliti jaman kuno (kepurbakalaan) diantara peneliti-peneliti Inggris dan Belanda. Secara khusus peneliti-peneliti Belanda di Indonesia (baca: Hindia Belanda) menemukan banyak soal dan pertanyaan yang membutuhkan keahlian khusus yang terkait dengan penemuan kepurbakalaan. Itu bermula ketika seorang peneliti Inggris menemukan arah bahwa Sriwijaya berpusat di Pantai Timur Sumatra (khususnya Palembang) yang mengkomunikasikan kepada para peneliti dan peminat kepurbakalan yang yang tergabung dalam lembaga ilmu dan pengetahuan di Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut sinologi adalah ilmu pengetahuan tentang bahasa dan kebudayaan Cina. Dalam laman Wikipedia sudah ada entri Sinologi, tetapi masih membutuhkan narasi dan rujukan. A Dahana dalam artikelnya  Tentang Istilah: Antara “Cina, China, Tiongkok, Tionghoa dan Cungkuo yang diupload dalam situs https://www.sinologi-indonesia.id menyatakan: Istilah yang lebih umum yakni Tiongkok untuk negeri dan Tionghoa untuk mengacu ke etnis. Sebagai konsekuensi selanjutnya, kami juga menggunakan istilah “Sinologi” sebagai pengganti sebutan “Studi Cina”. Istilah Sinologi memang berbau kuno karena Sinologi yang berasal dari istilah Sinology–mengacu ke studi tentang Tiongkok klasik yang berkembang di Barat sejak awal abad-20. Istilah yang umum dipakai di Barat sejak menjamurnya studi mengenai Tiongkok modern adalah Chinese Studies, tanpa ada muatan bernuansa negatif. Di Universitas Indonesia mahasiswa para peminat Sinologi memiliki organisasi yang diberi nama Ikatan Mahasiswa Sinologi (IMSI) Universitas Indonesia, suatu himpunan mahasiswa Program Studi Cina yang telah dibentuk sejak tahun 70-an. Sebelumnya himpunan mahasiswa ini benama IMSI (Ikatan Mahasiswa Sinologi Indonesia) karena pada saat itu, Universitas Indonesia adalah satu-satunya universitas di Indonesia yang memiliki jurusan yang mempelajari ilmu tentang Cina. Akan tetapi karna disadari bahwa himpunan ini tidak mencakup seluruh Indonesia, maka pada tahun 2003 namanya berganti menjadi IMSi. Anggota IMSi adalah seluruh mahasiswa Program Studi Cina yang telah mengikuti rangkaian kegiatan orientasi jurusan dan aktif berpartisipasi dalam segala kegiatan IMSi (https://fib.ui.ac.id).

Lantas bagaimana sejarah Sinologi di Indonesia? Seperti disebut di atas, terbentuknya bidang peminatan dalam pengetahuan Tiongkok (Sinologi) terkait dengan penelitian-penelitian kepurbakalaan diantara peneliti-peneliti Inggris dan Belanda khususnya yang dihubungkan dengan penyelidikan sejarah dan kepurbakalaan di Hindia Belanda (baca: Indonesia). Lalu bagaimana sejarah Sinologi di Indoesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Sinologi di Indonesia: Peneliti-Peneliti Belanda Membutuhkan (Ahli) Sinologi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perkembangan Sinologi di Indonesia: Dr WF Stutterheim, Prof Dr CC Berg dan Tjan Tjoe Som

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar