Senin, 29 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (13): Agama Islam di Wilayah Banyuwangi; Masjid Baiturrahman, Masjid Tertua di Kota Banyuwangi (1773)?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini persentase penduduk di wilayah Banyuwangi beragama Islam sebesar 84,37 persen dari keseluruhan penduduk. Persentasi kedua adalah agama Hindu sebesar 13,23 persen. Gambaran seakan Banyuwangi dalam banyak hal begitu dekat dengan (pulau) Bali. Dalam sejarah agama, di wilayah Banyuwangi, seperti halnya di Jawa bagian lainnya, umumnya Hindu. Masuknya agama Islam ke Jawa juga pada akhirnya mencapai wilayah Banyuwangi (pada era VOC). Bagaimana dengan keberadaan masjid?


Masjid Baiturrahman Banyuwangi adalah sebuah masjid yang berada di Banyuwangi, kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdirinya masjid ini dimulai sejak tanggal 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Raden Tumenggung Wiraguna I—Bupati pertama Banyuwangi. Masjid ini sejak awal pembangunan setidaknya mengalami beberapa renovasi, yakni pada tahun 1844, 1971, 1990, dan tahun 2005. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah agama Islam di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, penyebaran agama Islam di wilayah Banyuwangi bermula pada era VOC. Salah satu penanda navigasi sejarah adalah keberadaan masjid. Pada masa ini masjid Baiturrahman di kota Banyuwangi disebut masjid tertua. Lalu bagaimana sejarah agama Islam di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Agama Islam di Wilayah Banyuwangi; Masjid Baiturrahman Masjid Tertua di Kota Banyuwangi

Sebelum membicarakan pendirian masjid di wilayah Baanjoewangi, ada baiknya membicarakan lebih dahulu masuknya agama Islam di wilayah Banjoewangi di ujung timur pulau Jawa. Yang mana ini bermula ketika kota Banjoewangi belum terbentuk, masih ada kehidupan Hindoe di seluruh wilayah dimana pusat kerajaan di kota (stad) Balambangan (tidak jauh dari teluk Balambangan).


Dalam laporan Cornelis de Houtman, pemimpin ekspedisi pertama Belanda ke Hindia Timur (1595-1597), ketika dalam pelayaran dari Zunda Kalapa menuju Maluku di sekitar perairan Japara (sekitar Rembang) bertemu dengan utusan Balambangan yang meminta bantuan mereka untuk menghalangi ancaman Mataram (Islam). Cornelis menolak karena tujuan mereka hanya semata-mata ke Maluku. Namun situasi kondisi berubah, saat mana mereka berada di Laut Bali (selepas pulua Madura), salah satu kapal mereka rusak dan harus memutar balik di laut Sape di timur pulau Lombok untuk kembali ke Eropa. Kapal yang rusak kemudian dditenggelamkan dengan membakat di selatan pulau Lombok. Sebelum pulang mereka singgah di pantai timur Bali (kini Padang Bai).  Cukup lama singgah karena radja Bali menerima mereka dengan baik. Pada saat pulang dua pelaut mereka ditinggalkan di Bali dan mereka kembali melalui pantai utara Bali dan berbelok ke selatan melalui selat Balambangan. Besar dugaan pelaut-pelaut Belanda telah memberi bantuan kepada kerajaan Balambangan.

Jauh sebelum kehadiran Belanda di kawasan selat Balambangan, sudah lama kehadiran misionaris Portugis di wilayah Balambangan di lereng gunung, di barat laut kota Banyuwangi yang sekarang. Gunung tersebut dalam peta-peta diidentidikasi sebagai Peters Berg. Lalu bagaimana ancaman selanjutnya di Balambangan dari Mataram?


Di masa lampau pada era Portugis, di barat pulau Jawa, juga ada kehidupan Hindoe yang berpusat di Pakwan Padjadjaran. Ancaman dari Demak dan Cheribon terhadap Pakwan Padjadjaran dari dua arah yakni di Tjeribon dan di Banten. Pengepungan Pakwan Padjadajran dari arah pantai, di wilayah Banjoewangi datang dari satu arah, yakni dari arah pedalaman. Seperti halnya Pakwan Padjadjaran, di Balambangan (jalur escape ke pantai selatan Jawa), di wilayah Balambangan masih ada jalur escape ke perairan (ke arah Bali).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Masjid Baiturrahman Masjid Tertua di Kota Banyuwangi: Pada Era VOC pusat Relokasi dari Balambangan ke Banjoewangi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar