Rabu, 23 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (35): Mohamad Noor Pengeran dari Banjar di THS te Bandoeng; Dua Putra Pangeran Kutai Studi ke Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pernah disebut ada dua putra Pangeran Kutai berangkat ke Belanda untuk studi. Keberadaannya di Belanda pada tahun 1903. Lantas bagaimana hasilnya? Satu putra pengeran dari Borneo yang banyak terinformasikan yang studi ke perguruan tinggi adalah Pangeran Mohamad Noor dari Banjar. Apakah masih ada putra Kalimantan lainnya?


Pangeran Muhammad Noor lahir 24 Juni 1901. Ia lahir di Martapoera dari keluarga bangsawan Pangeran Ali dan Ratu Intan (cucu dari cucu Raja Banjar Sultan Adam al-Watsiq Billah). Setelah lulus HIS tahun 1917, ia meneruskan ke jenjang MULO dan lulus tahun 1921, lalu lulus dari HBS tahun 1923, dan pada tahun 1923 masuk Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS). Pada tahun 1927, ia berhasil meraih gelar insinyur dalam waktu empat tahun sesuai masa studi (setahun setelah Ir Soekarno lulus). Pada tahun 1935-1939 ia menggantikan ayahnya Pangeran Muhammad Ali sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1939, ia digantikan Mr. Tadjudin Noor dalam Volksraad. Ia juga merupakan tokoh pejuang yang berhasil mempersatukan pasukan pejuang kemerdekaan di Kalimantan ke dalam basis perjuangan yang diberi nama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan di bawah pimpinan Hassan Basry (1945-1949) dan juga sebagai anggota BPUPKI. Pada periode 24 Maret 1956 - 10 Juli 1959, ia menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Mohamad Noor, pengeran dari Banjar di THS Bandoeng? Seperti disebut di atas, sebelum nama Mohamad Noor terinformasikan sudah ada putra Borneo yang studi ke Belanda. Putra pangeran Kutai Kalimantan. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Noor, pengeran dari Banjar di THS Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Mohamad Noor Pengeran dari Banjar di THS Bandoeng; Putra Pangeran Kutai Kalimantan Sudi ke Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

Putra Pangeran Kutai Kalimantan Sudi ke Belanda: Siapa Lagi Putra Borneo di Perguruan Tinggi?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar