Selasa, 05 September 2023

Sejarah Bahasa (2):Bahasa Sunda di Sebelah Barat P. Jawa; Literasi Bahasa Sunda Lama (Kuno) hingga Bahasa Sunda Baru (Kini)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sunda dan bahasa Jawa sama-sama berada du pulau Jawa. Bahasa Jawa di sebelah timur pulau, bahasa Sunda di sebelah barat pulau. Sebagai bahasa yang berada di pulau yang sama seberapa dekat kekerabatannya. Berdasarkan perhitungan leksikostatistik antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa persentase kekerabatan sebanyak 36% termasuk pada tingkatan bahasa keluarga (lihat Shifa Nur Zakiyah dkk. Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Vol. 12, No.2, Juli 2022).


Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Sunda di wilayah bagian barat pulau Jawa. Dialek bahasa Sunda mempunyai beberapa ragam. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. (1) Dialek Barat (Banten dan sekitar); (2) Dialek Utara (Bogor dan sekitar); (3) Dialek Selatan (Bandung dan sekitar; (4) Dialek Tengah Timur (Majalengka dan sekitar; (5) Dialek Timur Laut (Kuningan dan sekitar, sebagian barat Brebes, dan sebagian selatan Cirebon); (6) Dialek Tenggara (Banjar dan sekitar, sebagian timur dan utara Cilacap khususnya Dayeuhluhur). Mulanya bahasa Sunda ditulis aksara Sunda salah satu aksara Kawi. Bukti tertulis evolusi aksara ini muncul di beberapa prasasti ditemukan dari abad ke-10 hingga abad ke-15 pada masa Kerajaan Pajajaran. Prasasti yang diyakini merupakan kunci evolusi aksara Sunda adalah Prasasti Batutulis, Prasasti Astana Gede, dan Prasasti Kebantenan. Pada abad ke-15 hingga ke-16, aksara Sunda kuno mulai berevolusi jauh dari aksara Kawi dan mudah dikenali perubahannya. Aksara tersebut digunakan dalam penulisan naskah Bujangga Manik, Carita Parahyangan dan Carita Waruga Guru. Naskah ini kelak dijadikan sebagai rujukan bagi pengembangan aksara Sunda yang kemudian, aksara Sunda baku. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Sunda di sebelah barat Pulau Jawa? Seperti disebut di atas, bahasa Sunda penutur bahasa Sunda umumnya di sebelah barat pulau Jawa (Jawa Barat dan Banten). Literasi bahasa Sunda masa kini (bahasa Sunda baru) dihubungkan dengan bahasa Jawa/Sunda kuno (Kawi). Lalu bagaimana sejarah Bahasa Sunda di sebelah barat Pulau Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Sunda di Sebelah Barat Pulau Jawa; Literasi Bahasa Sunda Lama (Kuno) hingga Bahasa Sunda Baru (Kini)

Kapan bahasa Sunda bermula, tidak diketahui pasti, sudah tentu sejak lampau. Dalam Kongres Kebudayaan pada tahun 1918 disimpulkan bahasa bahasa Sunda dari karakteristiknya lebih tua jika dibandingkan bahasa Jawa (lihat Congres voor Javaansche cultuur-ontwikkeling, 1918). Seperti bahasa-bahasa lainnya, tentu saja bahasa Sunda hanya dapat dipelajari dalam bentuk teks tertulis. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, teks tertulis ditemukan KF Holle yang kemudian disalinnya ke dalam aksara Latin dan diterjemahkannya menggunakan bahasa Belanda (lihat Nederlandsch Indie, 12-11-1858). Teks tersebut berupa puisi Soenda (sindir).


Dua puluh bait sindir itu telah dimuat dalam Tijdschrift voor Indische laai-, land- en volkenkunde edisi kedua bagian ketiga. Teks puisi Sunda tersebut disebut sebagai yang pertama yang ditemukan oleh para pemerhati bahasa dan sastra Belanda. Peran KF Holle dalam hal ini tentu saja sangat penting. Catatan: KF Holle adalah seorang pengusaan pertanian di wilayah Preanger yang menaruh minat pada budaya Sunda. KF Holle bisa berbahasa Soenda.

Dalam sejarah bahasa, puisi bukanlah awal bahasa, tetapi sebaliknya dapat dikatakan salah satu puncak bahasa itu sendiri. Dalam hal ini untuk soal puisi harus dialamatkan kepada ‘budayawan’ Soenda KF Holle. Bagaimana dengan bahasa Soenda sendiri? Nama yang disebut terawal dalam soal bahasa Soenda adalah A de Wilde.


Andries de Wilde adalah seorang pengusaha (landheer) sejak era pendudukan Inggris di Buitenzorg dan Preanger. Ketertarikan de Wilde dalam (pengembangan) pertanian dimulai pada tahun 1813 bersama Raffles, Mac Quoid dan N. Engelhard. Sebagai orang Beanda, Andries de Wilde diposisikan sebagai administratur. Sementara rekan bisnisnya yang Inggris tetap terikat dalam Pemerintah Pendudukan Inggris (sejak 1811). Andries de Wilde kembali ke Belanda pada tahun 1819 (lihat Bataviasche courant, 18-09-1819). Andries de Wilde menulis buku berjudul De Preanger-Regentschappen, op Java gelegen, diterbitkan tahun 1830 di Amsterdam oleh penerbit Westerman. Andries de Wilde sejatinya, berdasarkan buku yang ditulisnya mencerminkan seorang landheer yang merakyat. Andries de Wilde menguasai bahasa Soenda, karena itu Andries de Wilde tidak perlu penerjemah dan rumahnya dengan mudah didatangi oleh penduduk maupun pemimpin lokal di Soekaboemi. Andries de Wilde yang beristri penduduk asli ini dengan sepenuh hati membimbing penduduk untuk mencapai kemakmuran yang berlimpah. Andries de Wilde sendiri adalah seorang Amsterdammer lahir di Amsterdamtahun 1781. Andries de Wilde menyelesaikan pendidikan kedokteran di Belanda. Pada tahun 1803 berangkat ke Batavia dan bekerja untuk Pemerintah Hindia Belanda sebagai dokter militer. Pada era Gubernur Jenderal Daendels, Andries de Wilde mengakuisisi lahan di district Priangan. Setelah beberapa tahun untuk Pemerintah Hindia Belanda, pada era Pendudukan Inggris setelah mengenal seluruh Preanger serta sebagian dari Ciribon, Andries de Wilde mengundurkan diri dari pemerintahan (Asisten Residen) pada Januari 1813 dan kemudian melakukan kongsi dengan Raffles, Mac Quoid dan N. Engelhard. Namun pada tahun 1914 Raflees menjual sahamnya kepada Engelhard dan de Wilde yang lalu kemudian de Wilde. Sebelum ini Andries de Wilde telah membeli lahan di Odjoeng Brung. Dengan pemebelian saham dari Raffles, Andries de Wilde telah menjadi pengusaha terkaya di Preanger. Usaha perkebunan kopi Andries de Wilde di land Soekaboemi sangat luas. Lahan yang akan diusahakan sangat luas yang berada di seluruh distrik-distrik Goenoeng Parang, Tjimahie, Tjiheulang, Pagadongan dan Pagasahan (Palabiehan) yang secara keseluruhan luasanya 150.000 bau. Langkah pertama yang dilakukannya, dengan kemampuan berbahasa Soenda berkeliling wilayah dan mendengar semua keluhan penduduk maupun pemimpinnya serta kokolot.

Dalam soal bahasa, A de Wilde merekrut sejumlah pemuda Soenda yang mendampinginya, mengajari mereka cara menulis bahasa Melayu dan Sunda. Bahan-bahan yang banyak dikumpulkan olehg A de Wilde kemudian oleh Taco Roorda, Profesor Sastra Timur dan Filsafat Reflektif di Amsterdam, pada tahun 1841 menyusun Kamus bahasa Belanda, Melayu dan Sunda serta dua buah untuk latihan dalam bahasa Sunda (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie jrg 4, 1842). Catatan: Majalah semi ilmiah Tijdschrift voor Neerland's Indie adalah majalah pertama di Hindia Belanda terbit sejak 1838.


Kamus bahasa Sunda A de Wilde dan Taco Roorda, meski tidak dapat dikatakan sebagai kamus yang memiliki nilai sastra (tatabahasa) dan tidak dapat disebut kamus yang lengkap, tetapi kamus tersebut adalah kamus pertama bahasa Sunda. Catatan: di Soerakarta sejak 1819 sudah didirikan Java Instituut yang dipimpin oleh CT Winnter yang dibentuk untuk melatih pejabat Belanda dalam bahasa Jawa. Sudah barang tentu kamus bahasa Jawa telah disusunm oleh CT Winter.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Literasi Bahasa Sunda Lama (Kuno) hingga Bahasa Sunda Baru (Kini): Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar