Selasa, 05 Desember 2023

Sejarah Bahasa (157): Bahasa Batanic Pulau Babuyan Utara Luzon, Kepulauan Batanes dan Pulau Pongso Na Tao di Selatan Taiwan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Rumpun bahasa Batanic berada di sejumlah pulau (kepulauan) antara pulau Formasa (Taiwan) dan pulau Luzon (Filipina). Ibarat kepulauan Sulu yang menghubungkan pulau Mindanao dan kepulauan Palawan yang menghubungkan pulau Luzon dengan pulau Kalimantan di Sabah. Apakah juga terdapat hubungan bahasa Batanic dengan bahasa-bahasa asli di Taiwan?


Bahasa Batanic (terkadang juga disebut Bashiic atau Ivatanic) adalah kelompok dialek dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini digunakan di Pulau Babuyan di utara Luzon; tiga Kepulauan Batanes, antara Filipina dan Taiwan; dan di Pulau Anggrek di Taiwan selatan. Varietas di Filipina disebut Ivatan (juga dieja Ibatan), atau diberi nama Babuyan, Batan, atau Itbayat menurut nama pulaunya, sedangkan varietas di Taiwan disebut Yami atau Tao. Proto-Batanic telah direkonstruksi oleh Yang (2002). Malcolm Ross (2005) dan Roger Blench (2015) mencantumkan empat bahasa: Yami (atau Tao) di Pulau Anggrek (dialek Imurud, dialek Iraralay, dialek Iranumilek); Itbayat di Pulau Itbayat. Moriguchi (1983) sebagai berikut: Proto-Vasaik Itbayaten Vasay (cabang) Babuyan, Isamorong Yami: Iraralay, Imorod. Bahasa Batanic sering kali dimasukkan ke dalam bahasa Filipina. Blench menyimpulkan bahwa bahasa Batanik telah lama terpecah dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia dan mengandung banyak akar yang bukan bahasa Austronesia standar. Hubungan antara bahasa Batanic dan bahasa Luzon Utara masih belum pasti. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah rumpun bahasa Batanic? Seperti disebut di atas rumpun bahasa ini antara Filipina dan Taiwan. Pulau Babuyan di utara Luzon, Kepulauan Batanes dan Pulau Anggrek di selatan Taiwan. Lalu bagaimana sejarah rumpun bahasa Batanic? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Batanic; Pulau Babuyan Utara Luzon, Kepulauan Batanes dan Pulau Anggrek di Selatan Taiwan 

Penduduk asli pulau Orchid menyebut identitas mereka sebagai Pongso Na Tao (orang Tao). Dalam peta navigasi awal (Eropa) diidentifikasi sebagai pulau Tobago/Tobaco. Lantas mengapa orang asing menterjemahkan Pongso Na Tao sebagai Pulau Manusia. Apakah karena merujuk pada arti To (orang) di wilayah Sulawesi? Bagaimana jika Pongso Na Tao diterjemahkan dengan bahasa Batak? Akan mirip sebagai Bangso Na Dao (penduduk yang jauh). Jauh darimana? Dari Toba-go?


Wikipedia: Penduduk asli pulau Anggrek (Orchid) orang Tao sebagai Pongso no Tao ("pulau manusia"), juga sebagai Ma'ataw ("mengambang di laut") atau Irala ("menghadap gunung"); yang terakhir dikontraskan dengan nama Tao untuk daratan Taiwan - "Ilaod" ("menuju laut"). Pada abad ke-17, muncul di peta Jepang sebagai "Tabako", sebuah nama yang dipinjam dari bahasa Prancis dan Inggris sebagai "Tabaco". Hal ini masih dikenal oleh orang Filipina sebagai Botel Tobago, sebuah nama yang sebelumnya juga digunakan dalam bahasa Inggris. Pulau Anggrek Kecil juga dikenal sebagai "Botel-Tobago Kecil".

Penduduk Tiongkok adalah penduduk daratan, penduduk Nusantara adalah penduduk kepulauan. Di daratan Tiongkok di masa lampau dihubungkan oleh transportasi sungai dan jalan darat, sementara di nusantara perhubungan antan pulau menggunakan kapal. Oleh karena itu penduduk Tiongkok pada awalnya bukan pelaut. Yang menjadi pelaut adalah orang nusantara. Dalam hal ini orang nusantara mengembangkan teknologi navigasinya sendiri. Hal itulah diduga menjadi sebab orang nusantara bergerak ke utara (hingga Taiwan), bukan sebaliknya. Dalam konteks inilah penting untuk memperhatikan kelompok-kelompok populasi (bahasa) di Taiwan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Babuyan Utara Luzon hingga Kepulauan Batanes dan Pulau Anggrek di Selatan Taiwan: Navigasi Pelayaran Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar