*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Nama-nama kampong di Jakarta (Batavia) sudah ada sejak doeloe, era VOC. Kemudian
Era Hindia Timur (VOC) berganti menjadi era Hindia Belanda (Pemerintah Kerajaan
Belanda) pada tahun 1799. Antara tahun 1799
hingga tahun 1811 dapat dianggap era transisi yang juga diantaranya
terjadi pendudukan Inggris (1811-1816). Era transisi ini membedakan era lama
(sarikat dagang) dan era baru (pemerintahan colonial). Pada era VOC ibukota
berada di Batavia lama (sekitar casteel)
sedangkan pada era pemerintah Hindia Belanda sudah bergeser ke Batavia baru
(yang sekarang).
Era VOC
Nama-nama situs penting di era
Batavia lama yang masih eksis di era Batavia baru, antara lain (Almanak 1819):
Kasteel (Kota Intan), Vierkant (pabean), Groot River (Kali Besar), Diestpoort
(Pintu Kecil), Nieuwpoort (Pintu Besar), Buiten de Boom (Luar Jembatan) dan
Molenvlier. Pada era VOC ini sudah teridentifikasi nama-nama kampong di
Batavia. Nama-nama kampong terawal dicatat di Batavia seperti Kampong Bandan
dan Kampong Heemraden, Kampong Pisang, Kampong Borrong (Loear Batang) dan
kemudian semakin bertambah.
Beberapa tahun sebelumnya sudah dicatat nama-nama
kampong di Batavia dan sekitar (berdasaekan Almanak 1815). Di Batavia dimana
terkonsentrasi orang-orang Cina dikepalai oleh seorang Majoor (Lie Tieuwko) dan
dibantu oleh enam luitenant. Untuk pemimpin pribumi adalah Majoor orang Moor
(Haied Lebe Ibnoo Candoo), Komanadan orang Bali di Kampong Krokot (Mohamad Japar
Jenal Babandam), di Kampong Ankay (Mohamad Jedar Ismael Soojara), di Kampong
Pakojan (Bojeng Abdoel Majeed), di Gustee Ankay (Mohaad Ching). Tampaknya
orang-orang Bali yang sudah ada sejak awal era VOC sudah beragama Islam. Komandan
orang Makassar dan orang Busgis di
kampong Patooakan dan kampang Bugis (Kamalodin), di kampong Jacatra dan kampong
Macassar (Abdoel Manap).Komandan orang Malajoe di kampong Malajoe (Jaman
Andoella). Komandan orang Ambon di kampong Ambon (Mohamad AbdoelKadeer),
Komandan orang Sumbawa di kampong Tambora (Baharan). Komandan orang Paranakan
(Chinese Natives of Batavia) adalah Alimoedin. Komandan orang Jawa di kampong Manggadoea
(Abdoel Somad), di kampong Patoeakan (Mohamad Sahedan) dan di kampong Loear
Batang (Hauwas Kertjaya). Dari daftar ini jelas bahwa penduduk pribumi di
Batavia dan sekitar dominan orang-orang yang berasal dari Jawa, Bali, Makassar,
Bugis, Sumbawa, Melayu dan Ambon. Mereka ini umumnya adalah pasukan pribumi
pendukung militer VOC yang tidak kembali ke kampong asal dan menetap di Batavia
dan sekitar dengan membuka lahan pertanian (yang menjadi cikal bakal munculnya
nama-nama kampong tersebut). Mereka inilah bersama orang Moor dan orang
Paranakan (Cina) plus orang Soenda yang datang dari pedalaman yang mendukung
terbentuknya komunitas pribumi awal di Batavia (yang boleh dikatakan sebagai
orang Betawi yang sekarang).
Dalam perkembangannya
nama-nama kampong yang teridentifikasi di Batavia dan sekitar semakin banyak (lihat
Peta 1825):
Bagian Barat
Batavia: Djacatra, Djambattan Doea, Djambattan Lima, Goesti, Sawa, Doerie,
Boegis, Kapoelian, Soekaboemi, Pisang, Baroe/Baroo, Rawa, Tandjong,
Pamanggisan, Tommang, Silipie, Koabamboe, Kebon Dalam, Baroe, Gallong, Rawa,
Tamboeran, Pedjompongan, Bendoengan, Boekoenang, Doekoe, Boeloe, Bingan, Dapos,
Rontakan, Tjidodol, Goenong, Snahan, Jaman, Batoechepper, Anke, Jacatra.
Bagian Selatan
Batavia: Peljote (Petojo?), Diemet, Tjidang, Menting, Slemba, Tjikenie, Kramat,
Doekoe, Bazaar Baroe, Kare, Koenang Tiga, Panggilingan, Kwitang, Menting
Pisang, Pagansang, Doerin, Panjoran, Dalam, Matraman, Kebon Manggis, Oetang Kaijoe,
Tanarenda, Balie, Magran, Jawa, Malajo, Lalen, Pangadegan, Lengkong, Tandjong,
Baroe, Bedara Tjina, Pataroeman (Petamburan?), Tanabang.
Bagian Timur
Batavia: Kampong Malajo (Melayu), Bidara Tjina, Meester Cornelis, Djacatra,
Kebon Nanas, Tjipinang Lobang Boaja, Tjipinang, Rawa Bankee, Pisangan, Rawa
Mangoon, Kedong Ratoe, Tana Baroe, Pedongkelan, Kandang Sampi, Lembo, Stot,
Bandan, Poelo Nanka, Malajoe, Pagansan, Padoerenan. Toekangan, Pakoeboerang,
Tjakong, Kajotingi, Rawa Ratee, Jatti Nagara, Tano Koja, Baroe, Pondok Gede,
Peesing, Gonong Sahare, Tandong Poora, Pacojan dan Sonthar (Sunter).
Era Pemerintah
Hindia Belanda
Era pemerintahan Belanda yang efektif mulai tahun 1810 baru sekadar
mengidentifikasi nama-nama daerah di seluruh Hindia Belanda. Awalnya dibentuk Residentie (Province),
seperti: Bantam, Batavia, Preanger, Tjeribon dan sebagainya. Pada masa ini
(1865) Residentie Batavia terdiri dari tujuh afdeeling (semacam kabupaten):
Tangerang, Batavia, Weltevreden, Meester Cornelis, Tandjong, Tjibinoeng dan Buitenzorg.