Warga Kota Depok boleh senyum sedikit. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Depok merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan berada pada peringkat ketiga secara nasional setelah Kota Yogyakarta dan Kota Jakarta Selatan. Pada tahun 2011 IPM Kota Depok adalah 79.20. IPM Kota Depok pada tahun 2013 ditargetkan akan mampu melampaui angka 80. Sebagai perbandingan, IPM Kota Bekasi berada di peringkat 50 nasional, Kota Bandung berada pada peringkat 58 dan Kota Bogor pada peringkat 63.
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Sabtu, 27 Oktober 2012
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Depok: Tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan Peringkat Tiga Nasional
Warga Kota Depok boleh senyum sedikit. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Depok merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan berada pada peringkat ketiga secara nasional setelah Kota Yogyakarta dan Kota Jakarta Selatan. Pada tahun 2011 IPM Kota Depok adalah 79.20. IPM Kota Depok pada tahun 2013 ditargetkan akan mampu melampaui angka 80. Sebagai perbandingan, IPM Kota Bekasi berada di peringkat 50 nasional, Kota Bandung berada pada peringkat 58 dan Kota Bogor pada peringkat 63.
Kamis, 18 Oktober 2012
Distribusi Etnik di Kota Depok: Betawi Or Sunda?
Sekurang-kurangnya terdapat sebanyak 260 etnik yang bertempat tinggal di Kota Depok. Lima etnik yang
terbilang signifikan (persentasenya di atas dua persen) adalah Betawi, Jawa,
Sunda, Batak dan Minangkabau. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa
persentase etnik terbanyak adalah Betawi sebanyak 36.70 persen, kemudian
disusul etnik Jawa dengan persentase sebanyak 33.07 persen. Sementara etnik Sunda di posisi ketiga persentase
sebanyak 16.50 persen. Sedangkan dua etnik lainnya yang persentasenya di atas
dua persen adalah etnik Batak (2.91 persen) dan etnik Minangkabau (2.66
persen). Pertanyaannya, etnik mana yang menjadi penduduk ‘asli’? Betawi or
Sunda?
Minggu, 14 Oktober 2012
Bahasa Sehari-hari di Kota Depok: Promosi Bahasa Indonesia, Degradasi Bahasa Sunda
Kota
Depok adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya masyarakat Jawa
Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari di rumah.
Akan tetapi tidak demikian di sejumlah kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi
Jawa Barat. Di Kota Depok sendiri ada sebanyak 82.63 persen warganya yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Ini sangat kontras dengan yang menggunakan bahasa Sunda yang hanya tersisa sebanyak 2.80 persen saja. Anehnya, penggunaan bahasa Betawi dan bahasa Jawa
justru lebih menonjol di Kota Depok jika dibandingkan dengan bahasa Sunda
sendiri. Ini mengindikasikan bahwa bahasa sehari-hari di Kota Depok semakin
Indonesia dan sebaliknya bahasa Sunda semakin terdegradasi. Lantas bagaimana di kabupaten/kota lainnya di Indonesia, khususnya
di Provinsi Jawa Barat?
Sabtu, 13 Oktober 2012
Perumahan di Kota Depok: Where Do You Live?
Jumlah
rumah tangga di Kota Depok berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak
440.475 unit rumah tangga. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 64.62 persen
rumah yang ditempati berstatus milik sendiri. Sebanyak 96.25 persen dari mereka
yang memiliki rumah sendiri dapat menunjukkan ada bukti kepemilikan tanah dari
rumah tersebut. Jenis bukti kepemilikan tanah sebagian besar adalah sertifikat
hak milik (SHM). Namun demikian, kepemilikan SHM tampaknya tidak distribusi
merata di sebelas kecamatan. Kepemilikan SHM yang terbilang sedikit terdapat di
Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan
Cipayung. Sementara kepemilikan SHM yang terbilang tinggi terdapat di Kecamatan
Beji, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoranmas.
Penduduk Kota Depok: Where Are You From?
Penduduk
Kota Depok pada tahun 2010 berjumlah sebanyak 1.736.565 jiwa. Dalam kurun
waktu 10 tahun (2000-2010), penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil
Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Hasil
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 49,91 persen lahir di Provinsi Jawa
Barat, 23,68 persen di DKI Jakarta, 12,09 persen di Jawa Tengah, 3,70 di Jawa
Timur dan 2,16 di Sumatera Utara. Total lima provinsi ini adalah 91.53
persen. Sementara 8,47 persen lagi lahir
di provinsi lainnya. Penduduk yang lahir di Jawa Barat, sebagian besar lahir di Kota Depok (72.50 persen) dan sebanyak 9.77 persen lahir di Kabupaten Bogor serta 3.70 lahir di Kota Bogor. Sementara penduduk yang lahir di Provinsi DKI Jakarta, persentase tertinggi lahir di Jakarta Seatan (45.47 persen) disusul Jakarta Timur (22.63 persen) dan Jakarta Pusat (21.26 persen). Catatan: Dari 1,7 juta penduduk Kota Depok tahun 2010, sebanyak 5.21
persen bertempat tinggal di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2005.
Selasa, 18 September 2012
Universitas Indonesia: Sebuah Otonomi Perguruan Tinggi yang Berlokasi di Daerah Otonomi Kota Depok yang Mengikuti Kebijakan Provinsi DKI Jakarta
Kampus UI dari sisi Kota Depok |
Menurut
pemahaman umum, Universitas Indonesia berada
di Kota Depok. Namun tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya alamat Universitas
Indonesia di dalam kop surat resmi dicantumkan dua alamat: (1) Kampus Salemba,
Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430 (2) Kampus Depok, Depok 16424. Adanya
dua alamat ini karena Universitas
Indonesia yang sebelumnya berlokasi di Jakarta, tahun 1987 memilih pindah ke
Depok. Akan tetapi hingga sekarang belum semua fakultas pindah karena masih ada
dua fakultas lagi yang masih di Jakarta yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi. Pertanyaannya, apakah karena dua fakultas yang tersisa di
Jakarta itu yang menyebabkan Universitas Indonesia memiliki dua alamat? Namun
yang membingungkan, bukankah gedung rektorat (kantor rektor UI) sudah sejak
lama berada di Kota Depok? Lantas mengapa UI tetap merujuk ke Jakarta?
Langganan:
Postingan (Atom)