Minggu, 05 November 2023

Sejarah Bahasa (115): Bahasa Dusun di Sabah Borneo; Bahasa-Bahasa dan Dialek-Dialek Bahasa Wilayah Sabah, Borneo Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Dusun atau dikenali juga sebagai bangsa Dusunik merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada sekumpulan suku kaum pribumi di Sabah dan Borneo yang bertutur dalam bahasa Dusunik dan Paitanik (Dusunik Besar). Pada dasarnya, Kadazan (Tanga'ara) dan Momogun (Rungus) merupakan dua etnik yang berada dalam rumpun bahasa Dusun secara linguistik.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Dusun adalah sebuah dialek bahasa Dayak yang dipetuturkan oleh Suku Dayak Kadazan di Sabah. Bahasa Dusun hampir menyerupai bahasa Kadazan tetapi ada sedikit perbedaan terutamanya dari segi ejaan dan sebutan. Misalnya "sembilan" yang disebut "siam" dalam bahasa Dusun dan "sizam" dalam bahasa Kadazan. Akan tetapi, terdapat pula perkataan yang berbeda tetapi maksud yang sama misalnya "di mana" yang disebut "hinonggo" dalam bahasa Dusun dan "hinombo" dalam bahasa Kadazan atau "rumah" yang disebut "walai" dalam bahasa Dusun dan "hamin" dalam bahasa Kadazan. Meskipun kedua-dua bahasa ini sedikit berbeda tetapi kebanyakan suku kaum Dusun-Kadazan menggunakan kedua-dua bahasa ini dalam pembicaraan seharian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Dusun di Sabah Borneo? Seperti disebut di atas bahasa Dusun dituturkan oleh kelompok populasi Dusun di wilayah Sabah. Bahasa-bahasa dan dialek-dialek bahasa di wilayah Sabah, Borneo Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Dusun di Sabah Borneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Dusun di Sabah Borneo; Bahasa-Bahasa dan Dialek-Dialek Bahasa di Wilayah Sabah, Borneo Utara 

Doesoen adalah nama yang sudah lama dikenal, bahkan sejak era VOC. Sebelum disebut nama sungai Barito, sungai disebut dengan nama Doesoen. Bagaimana dengan nama Doesoen, sebagai nama kelompok populasi di pantai utara Borneo di di (wilayah) Sabah? Nama Doesoen di Sabah paling tidak sudah terinformasikan pada tahun 1884.


Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-07-1884: ‘Noord Borneo. North Borneo Herald hari ini berisi, antara lain, berita-berita berikut: Kami mendengar bahwa Yang Mulia Sultan Broenei baru-baru ini menginstruksikan Nakoda (seorang Dayak Sarawak) dan sekelompok Dayak Doesoen dari Tawaran (Tuaran?) untuk menghancurkan Dayak Doesoen di Rambattan (Tambunan?), yang tinggal di pedalaman Tawaran, untuk menyerang jika ada pelanggaran. Geng Nakoda diyakini telah membunuh 20 wanita dan anak-anak serta membawa pulang 12 tengkorak. Para perempuan dan anak-anak ini dibiarkan tanpa perlindungan oleh para laki-laki, yang sebagian besar meninggalkan desa mereka dengan tujuan mengumpulkan teman-teman mereka untuk membela diri dari para penyerang yang datang lebih awal.’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa-Bahasa dan Dialek-Dialek Bahasa di Wilayah Sabah, Borneo Utara: Bahasa Kadazan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar