Senin, 04 Desember 2023

Sejarah Bahasa (155): Bahasa Hatang-Kayi di Luzon Tengah Teluk Manila; Pasangkayu di Mamuju dan Sibatangkayu di Tapanuli


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Hatang-Kayi di pulau Luzon juga disebut bahasa Sinauna. Seberapa banyak populasinya kini tidak diketahui secara pasti tetapi bahasa Hatang-Kayi masih lestari di lima desa: Minanga, Sitio Sari, Sitio Paimuhuan, Sitio Nayon dan Sitio Kinabuan. Nama-nama tersebut mirip dengan nama-nama di wilayah Tapanuli seperti Minanga, Kinabuan dan Sibatangkayu. Di wilayah Mamuju pantai basat Sulawesi ada nama Pasangkayu.


Bahasa Hatang-Kayi, juga dikenal sebagai Sinauna, Kabalat, atau Remontado, adalah suatu bahasa Austronesia yang dituturkan di Tanay, Rizal, General Nakar, Quezon (termasuk di Paimahuan, Limoutan, Rodriguez, Rizal dan Antipolo, di Filipina). Penutur asli menyebut bahasa Hatang-Kayi ("bahasa ini"). Sinauna (berarti "kuno" atau "purba" dalam bahasa Tagalog) adalah nama yang digunakan dalam beberapa catatan setelah penemuan bahasa ini pada tahun 1970-an. Nama Agta Remontado juga pernah digunakan, tetapi keliru karena penutur bahasa ini tidak pernah disebut sebagai Agta. Penutur Hatang-Kayi awalnya ditemukan di pegunungan sekitar perbatasan antara distrik Sampaloc di Tanay, Rizal, dan General Nakar, Quezon. Saat ini, Hatang-Kayi dituturkan di lima desa, di mana hanya dituturkan oleh kalangan tua yang berusia lebih dari 50 tahun: Minanga (Sentro), Barangay Limutan; Sitio Sari dan Sitio Paimuhuan, Barangay Limutan; Sitio Nayon, Barangay Santa Inez; Sitio Kinabuan, Barangay Santa Inez (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Hatang-Kayi di Luzon Tengah Teluk Manila? Seperti disebut di atas bahasa Hatang Kayi dituturkan di Luzon Tengah bertetangga dengan Pampanga. Nama Pasangkayu di Mamuju dan Sibatangkayu di Tapanuli. Lalu bagaimana sejarah bahasa Hatang-Kayi di Luzon Tengah Teluk Manila? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Hatang-Kayi di Luzon Tengah Teluk Manila; Nama Pasangkayu di Mamuju dan Sibatangkayu di Tapanuli

Hatang Kayi, Pasang Kayu dan Batang Kayu tiga nama yang mirip yang ditemukan di tiga tempat berbeda yang saling berjauhan (Luzon, Sulawesi dan Sumatra). Di Tapanulu Batang Kayu ditambah awalan Si sehingga Sibatangkayu. Batang dalam bahasa Batak adalah sungai. Bagaimana dengan Hatang di Tanay, Luzon dan Pasang di Mamuju (kini kabupaten Pasangkayu)? Apakah maksudnya sama? Sama-sama sungai? Lantas bagaimana dengan Kayi dan Kayu? Besar dugaan artinya adalah kayu. Dalam hal ini apakah ketiga tempat itu bernama sungai kayu? Sungai tempat didatangkan kayu ke hilir/pantai (untuk diperdagangkan).


Pada masa ini bahasa Hatang Kayi di Luzon masih lestari di lima desa: Minanga, Sitio Sari, Sitio Paimuhuan, Sitio Nayon dan Sitio Kinabuan. Yang perlu diperhatikan adalah nama Minanga dan Sitio. Minanga adalah nama tempat yang mirip dengan nama Binanga di Tapanuli. Sementara Sitio adalah tempat dalam bahasa Spanyol (tetapi di Tapanuli juga ada nama marga Sitio). Seperti halnya Minanga sebagai nama tempat, yang menjadi nama tempat sitio adalah Sari, Paimuhuan, Nayon dan Kinabuan. Nama Minanga sebagai nama tempat juga ditemukan di wilayah Mamuju.

Di tiga (wilayah) tempat bernama Hatang Kayu, Paang Kayu dan Batang Kayu (yang dapat diartikan secara umum sungai kayu), sama-sama ditemukan nama tempat Minanga. Nama Minanga diduga adalah nama tua, nama yang berasal dari zaman kuno. Nama Minanga paling tua ditemukan dalam prasasti Kedukan Bukit (Sumatra) bertahun 682 M. Disebutkan raja dengan pasukannya sebanyak 20.000 berangkat dari Minanga dengan sampan. Nama Minanga ini di Sumatra ini diduga Binanga di muara sungai Barumun di Padang Lawas (Tapanuli, pantai timur Sumatra).


Nama yang mirip dengan Minanga ditemukan dalam prasasti Laguna di pulau Luzon. Prasasti Laguna ini bertahun 900 M. Nama Laguna kini di pulau Luzon adalah nama danau. Isi prasasti antara lain menyatakan ada radja termasyhur di Binwangan. Nama Binwangan mirip dengan nama Minanga/Binanga di Tapanuli. Lantas di masa lalu apakah ada jalur navigasi yang menghubungkan Tapanuli, Luzon dan Mamuju dalam hal perdagangan kayu?

Selain nama Hatang Kayi di Luzon dan Batang Kayu di Padang Lawas (Tapanuli), dan dalam hubungannya dengan navigasi pelayaran, juga ada sumber Portugis (lihat Mendes Pinto, 1537) yang menyatakan bahwa Kerajaan Aru Batak Kingdom di pantai timur Sumatra memiliki sebanyak 15.000 tentara, yang mana delapan ribu orang Batak dan sisanya didatangkan dari Djambi, Indragiri, Broenai dan Luzon. Catatan: nama kerajaan Aru diduga merujuk pada (muara) sungai/batang B-aru-mun dimana sungai Batang Pane bermuara.


Lantas bagaimana dengan bahasa-bahasa di tiga tempat itu? Di Batang Kayu, Hatang Kayu dan Pasang Kayu? Tampaknya sama. Sejumlah kosa kata elementer seperti ibu (ina), ayah (ama) dan kakek (ompu/empung) kurang lebih sama. Kosa kata elementer adalah kosa kata yang sehari-hari digunakan di tingkat keluarga/rumah.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Pasangkayu di Mamuju dan Sibatangkayu di Tapanuli: Bahasa Ina Ama Opung

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar